13. Penyelamatan

183 41 8
                                    

'Kalau nggak ada kamu, mungkin mati adalah pilihan terbaik.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

****

Hanna menatap langit-langit kamar yang dia tempati sekarang ini, seluruh komponen dalam tubuhnya seperti porak-poranda. Seperti nyawanya tercabut dari dalam dirinya, Hanna benar-benar tidak menyangka kalau upayanya membalas dendam membawanya sampai ke pada situasi ini, dia puas sekali, para berubah itu mendapatkan semuanya, semoga saja mereka mati binasa dengan cara yang menjijikkan. Hanna memejamkan matanya saat suara berisik terdengar di luar sana, sekilas dia bisa mendengar suara Jarvis, pria itu datang dan perasaan Hanna seketika menjadi tenang, sudut matanya meluruskan butir bening, tapi ini adalah tangis karena Hanna merasa puas dengan apa yang sudah terjadi.

Polisi langsung membekuk empat orang itu, Hanna sudah mengirimkan bukti-bukti yang ada di ponselnya ke Jarvis, walaupun harga dirinya jadi porak-poranda, tapi perasaannya benar-benar menjadi sangat baik setelah ini.

Hanna memejamkan matanya saat mendengar seseorang membuka pintu kamar.

"Hanna!"

Jarvis langsung mendekat menghampiri tubuh Hanna, Hanna membuka matanya kemudian tersenyum. "Terima kasih udah datang," ucapnya, dia bersyukur sekali karena Jarvis ada di sini, Hanna sudah tidak memakai sehelai benangpun di tubuhnya, Jarvis kemudian mengunci pintu kamar tersebut, setelah itu kembali ke Hanna, dia naik ke atas kasur kemudian mendekap tubuh Hanna.

"Lo ngapain sih?" Jarvis bertanya, dia mau gila rasanya memikirkan apa yang terjadi dengan Hanna, sekarang malah bertemu dalam kondisi Hanna tidak memakai pakaian, hanya tubuh ditutup selimut.

"Aku balas dendam."

Jarvis kemudian memejamkan matanya, dia kembali mendekap tubuh Hanna, mungkin perkenalan mereka memang singkat, tapi sejujurnya Jarvis ingin selalu memastikan keadaan Hanna baik-baik saja, singkat tapi cukup mampu menjadi komponen penting di dalam hidup Jarvis.

Jarvis kemudian menatap wajah Hanna, menangkup wajah wanita itu. "Sekarang kita keluar dari sini."

Hanna menganggukkan kepalanya, Jarvis membantu Hanna untuk memakai kembali pakaiannya walaupun di berbagai kesempatan dia hampir gila rasanya. Hanna tidak peduli seluruh tubuhnya dilihat seorang Jarvis, yang penting sekarang adalah mereka keluar dari sini. Hanna agak kesulitan berjalan, dengan sabar Jarvis membimbingnya untuk berjalan perlahan, satu per satu keluar dari kamar ini.

Semua orang yang sebelumnya melakukan pelecehan terhadap dirinya akhirnya diborgol.

Seorang polisi mendatangi Hanna. "Anda harus ikut ke kantor untuk memberikan keterangan."

Hanna menganggukkan kepalanya, dia sudah siap untuk segala dendam yang akan dia balaskan, segala lukanya harus dibalas dengan membusuk di penjara untuk mereka semua.

"Saya minta waktu untuk membawa dia ke rumah sakit dulu Pak, mentalnya pasti terguncang. Saya yang akan pastikan membawa dia ke kantor polisi untuk memberikan keterangan." Sekali lagi dalam hidup Hanna seorang Jarvis mengambil peran untuk bertanggung jawab, walaupun Jarvis sendiri masih tidak tahu apa maksud dan tujuan Hanna menyerahkan dirinya pada para bedebah tersebut.

Mereka yang sudah menyakiti Hanna itu dibawa keluar dari villa ini. Hanna dan Jarvis juga berjalan bersama keluar dari dalam villa.

"Satu lagi, saya positif HIV, jadi mungkin mereka bisa diperiksa juga soal itu." Inilah apa yang paling Hanna niatkan, dia ingin menularkan virus ini pada mereka. Mereka semua akan masuk penjara dan virus ini akan berkembang di dalam tubuh mereka.

Bagas membelalakkan matanya, tiga temannya yang lain juga sama. Hanna yakin kalau salah satu dari mereka adalah pembawa virus ini, karena tidak mungkin seorang Hanna tertular dari orang lain, dia dilecehkan oleh empat orang ini pasti salah satunya ada yang membawa virus ini.

Bagas mengamuk, berusaha untuk menjangkau Hanna tapi para polisi menahannya, Jarvis langsung membawa Hanna masuk ke dalam mobilnya. Masih tanpa campur tangan keluarganya, Jarvis bergerak sendirian, dia menyelamatkan Hanna dengan tenaganya sendiri, dengan segala kekuatannya sendiri.

***

Beberapa kali Jarvis menoleh ke arah Hanna yang duduk di jok sebelah kemudi. Dia tahu kalau pada akhirnya Hanna menyerahkan dirinya untuk menularkan virus yang ada di dalam dirinya, yang Jarvis pikirkan sekarang adalah soal mental Hanna, bagaimana mungkin? Bagaimana Hanna menenangkan dirinya di saat dia harus tidur dengan manusia-manusia yang sangat dia benci sebelumnya. Jarvis tidak tahu akan bagaimana pandangan Hanna soal dunia yang kejam ini. Dia tidak tahu sekuat apa dan sebaja apa diri Hanna. Belum lagi mulai sekarang dan mungkin sampai Hanna tutup usia, dia masih harus meminum obat, untuk menjaga stabilitas virus yang ada di dalam dirinya.

"Are you ok?" Jarvis bertanya.

Hanna menundukkan kepalanya, dia bahkan lupa kapan terakhir kali dia merasa kalau dirinya baik-baik saja, sama sekali tidak, hanya tetap berusaha menjadi manusia. Dia menyerah juga hanya ada satu pilihan, dia harus bunuh diri, sementara tentu saja dia tidak bisa melakukan itu.

"Aku nggak pernah baik-baik aja."

Jarvis menganggukkan kepalanya, dia paham betapa tersiksanya seorang Hanna dengan segala hal yang terjadi dalam hidupnya.

"Apa kamu puas?" Jarvis bertanya lagi, termasuk salah Jarvis sendiri karena waktu itu yang meminta agar dilakukan tes darah untuk tahu virus di tubuh Hanna adalah Jarvis. Karena dia cukup curiga dengan beberapa hal dan akhirnya benar Hanna HIV. Karena tahu kalau virus ini menular Hanna jadi sangat gencar untuk balas dendam.

"Akan lebih puas kalau selamanya mereka nggak diberi obat dan binasa begitu saja."

Jarvis menganggukkan kepalanya, di dalam sel pasti susah untuk mengakses obat-obatan.

"Mari kita berdamai dengan keadaan, kamu boleh Genggam tangan aku sampai kapan pun." Jarvis meyakinkan, ini adalah keputusan untuknya menjadi bagian dari hidup Hanna. Dia sudah tahu kisah hidup Hanna, dia tahu seberapa besar perjuangan dan semua yang Hanna lalui, itu semakin membuat Jarvis merasa kalau dia harus selalu berada di sisi Hanna.

Hanna masih menundukkan kepalanya. "Aku adalah perempuan sampah, mungkin kalau kamu tau apa yang mereka lakukan terhadap tubuhku, kamu akan merasa sangat jijik." Hanna berusaha menyadarkan Jarvis.

"Aku nggak peduli!"

"Kamu bisa tertular sama apa yang ada di dalam diri aku."

"Aku nggak peduli soal apa pun, aku hanya mau kamu berdamai dengan semua hal tidak mengenakkan di dalam diri kamu."

***

Heiyooo

Jadi kita nikahin nggak nih manusia berdua? Tapi kayaknya nggak bisa dan Hanna juga nggak bakal mau. Takut Jarvis ketularan virus juga.

Oke deh jangan lupa dukungannya!



Hidupkan HidupmuWhere stories live. Discover now