14. WEDDING - END

9.2K 348 17
                                    

Akhirnyaaa.. tamat juga. Terima kasih bagi yang sudah mau membaca tulisan saya. #bungkuk #berihormat # Toss

==================================================================

"Bagaimana enak?" tanyaku pada Kakak. Dia sedang meminum Sup yang ibu buatkan.

"Hmm... enak! Pantas saja adikku jadi gendut begini! Setiap hari makan masakan yang enak begini!" jawab Kak Sanny dengan mulut penuh sup.

Aku langsung berlari ke kamar mandi, membuat semuanya bingung. "Masa? Apa segini sudah gendut namanya!" teriakku dari dalam kamar mandi.

Ibu langsung bangkit menuju kamar mandi. "Sayang! Kau itu punya tubuh yang bagus! Kakakmu hanya bercanda" jawab ibu. Dia langsun membawaku keluar. "Liat dia hanya bercanda".

Aku melotot tajam pada Kak Sanny yang berusaha menyembunyika tawanya. Aku memandang Ibu dengan wajah cemberut. "Bagaimana kalau aku benar - benar gendut Bu? Nanti bagaimana aku bisa menjadi Pengantin Kak Leo kalau badanku melar begini?" protesku lagi.

"Tidak. Kau punya tubuh yang bagus. Lihat kau itu punya bentuk tubuh seperti jam pasir, mata yang bulat besar, bibir yang indah, rambut yang hitam panjang, jemari yang jentik. Kau itu sempurna sayang!" jelas Ibu.

"Iya! Kau sangat mirip sekali dengan Ibumu. Kurasa karena itu Ayahmu jatuh cinta," cerita Bibi sambil tersenyum. Aku tidak melihat sakit hati di matanya, aku rasa dia sudah melupakan semuanya.

"Apa iya aku mirip ibuku!" jawabku pelan dan malu - malu. "Kalau begitu Kakak mirip ayah! (Kak Sanny sudah tersenyum senang) jeleknya maksudku.!" lanjutku. Kak Sanny langsung melempariku dengan bantal. Dia langsung bangkit mengejarku. Ibu dan Bibi berusaha mencegahnya, tapi sia - sia kalau Kak Sanny kalah memang begitu. Ibu dan Bibi hanya saling memandang melihat aku dan Kakak berlarian di koridor rumah sakit, aku minta tolong pada Ibu dan Bibi, bahkan meminta ampun pada Kakak tapi dia tidak mau. Dia akan berhenti mengejarku kalau aku mau panggil dia 'Kakakku yang cantik, manis, imut, maafkan adikmu yang jelek ini!'. Tapi mana aku mau.

"Kau sudah membesarkannya dengan sangat baik Nyonya Kou!" kata Bibi. Ibu menoleh dan tersenyum.

"Terima Kasih, sejujurnya saya tidak akan berhasil tanpa Leo yang membantuku. Semua yang ada pada diri Chika adalah hasil didikan Leo. Chika bahkan lebih takut pada Leo dari pada saya sendiri" jelas Ibu.

"Aku berharap hubungan mereka benar - benar bagus, sehingga kita bisa jadi satu keluarga." Kata Bibi kemudia. Membuat Ibu terkejut.

"Jadi anda setuju dengan hubungan Chika dan Leo? Walaupun keluarga kami berasa dari golongan bawah, yang derajatnya berbeda dengan anda?" tanya Ibu.

"Kami sadar derajat tidak akan menentukan kebahagiaan sebuah pernikahan. Jika bersama Leo, Chika bahagia maka kami akan menerimanya. Lagipula kami sudah membuangnya, jika sekarang kami seenaknya mengatur maka dia akan membenci kami lagi, bahkan mungkin selamanya."

Ibu tersenyum senang. "Aku sangat mengharapkan Chika menjadi putriku"

***

Hari ini merupakan hari bersejarah bagi Kak Sanny, karena akhirnya dia bisa menikah dengan Wei Shiang, hal yang sudah lama ditunggunya. Aku menjadi pendampingnya seperti yang dia inginkan.

Pesta akan dimulai 2 jam lagi, semua orang tampak sibuk merapikan semuanya. Bahkan Ibu pun membantu Bibi menata ruangan. Temanya adalah pesta kebun. Cuaca yang cerah, tidak panas juga tidak mendung. Seolah - olah mendukung hari ini. Tapi tidak secerah wajah sang pengantin. Kak Sanny tampak gugup. Dia terus menerus minta agar riasannya diperbaiki, padahal itu sudah cukup tebal. Dia bolak - balik ruangan karena panik.

My Lovley BrotherWhere stories live. Discover now