04. Siapa???

8.4K 366 5
                                    

W.O.W ngepost lagi di hari yang sama hehehe,, habis karena Author sebenernya udh finish nulis dari jaman bahula, kayaknya nanggung deh nge postnya dikit2..

Maaf ya kalo Title nggak sesuai tema, let read readers...

***

Sudah seminggu ibu memcoba bertanya padaku apa yang terjadi, tapi aku memilih diam saja, tapi entah kenapa aku juga merasa Kak Leo murung juga.

“Ada apa? Jika ada yang membuatmu susah katakan pada Kakak?” Tanya Kak Leo suatu hari, diteras rumah. Mungkin dia tidak tahan lagi, melihatku murung terus. Tapi aku hanya menggeleng.

“Baiklah kalau kamu tidak mau cerita ga papa, bagaimana kalu kita jalan-jalan? Kita ketoko buku, ketaman bermain, keliling pusat hiburan bagaimana?” ajak Kakak, yang membuatku senang.

“Bener nih? Aku ajak teman-temanku boleh?” kataku senang

Kakak langsung tersenyum melihatku ceria kembali, tapi dia menggelengkan kepalanya, menolak. “Kali ini aku ingin kita pergi berdua saja—semacam—eee—kencan begitu, atau apalah aku ga tau—yang penting—kita—berdua—saja? Kata Kak Leo yang tumben-tumbenan agak kikuk bicaranya.

“Ya, sudah aku ganti baju dulu ya?”Kataku ceria sambil berlari kekamarku sembari bernyanyi senang.

“Dia kelihatnnya gembira lagi Leo, sudah kamu tanyakan apa yang membutanya murung?” Tanya ibu yang muncul dari dapur, Kak Leo hanya menggeleng saja.

Sangat menyenangkan berjalan-jalan dengan Kak Leo, petama-tama kami nonton di Bioskop Film tentang laut, yang aku suka. Lalu kami main Ice Skating, dan kemudian melihat buku, di toko buku. Aku menjauh dari kakak karena kakak lebih suka melihat buku mengenai Korespondensi, sedangkan aku lebih suka buku cerita. Dan saat itu...

“Sanny, kamu disini rupanya?” seorang pria menepuk pundakku dari seberang rak pembatas buku, kami sama-sama terkejut. “Maaf aku salah orang?” katanya minta maaf, aku hanya diam. “Maaf sekali lagi, tadi aku kira kamu tunanganku, soalnya kamu terlihat mirip dari belakang,” jelasnya lagi, begitu melihat raut wajahku yang agak terkejut.

“We Shiang ada apa?” Seorang wanita muncul dibelakangku, suara yang membuatku agak rindu, tapi kenapa? Dia seumuran dengan pria yang menepuk pundakku, kira-kira sama dengan Kak Leo juga, mungkin. Wanita itu lalu berdiri sejajar denganku, dan pria ini langsung tertawa.

“Ya tuhan kalau kalian dia padukan wajah kalian hampir mirip, terutama mata dan bibir kalian, kalian seperti kakak adik ya?

Jantungku langsung berdetak kencang, tanpa babibu aku lansung berlari, ada rasa takut, bingung, gelisah, dan banyak persaanku jadi bercampur aduk. Dari kejauhan aku mendengar orang itu memanggilku. Lalu...

“Chika!” Seseorang menarik tanganku, membuat kepanikanku bertambah, setelah kulihat ternyata...

“Kakak...aku kira siapa?” rasa takutku pun hilang setelah melihat bahwa ternyata itu Kakak.

Kakak Leo memegangi tanganku, keheranan melihatku berkeringat dingin. “Ada apa?” Tanyanya bingung, sambil menoleh kesekeliling kami, “Kamu kenapa, bertemu siapa, kenapa kamu ketakutan seperti itu.” Tanya Kak Leo bertubi-tubi. Tapi aku memilih untuk diam saja. Mungkin karena Kakak tahu kebiasaanku makanya dia tidak bertanya lagi.

***

Sudah seminggu sejak kejadian itu, tak terjadi apa-apa lagi. Aku berharap itu cuma mimpi saja. Tak ada yang tanya, apapun padaku, mereka memilih untuk membiarkan aku yang mengatakannya tanpa paksaan.

My Lovley BrotherWhere stories live. Discover now