Bab 10 - Bertemu Alfian

Start from the beginning
                                    

Orang tersebut mengetuk pintu ruangan tersebut, lalu membukanya, dan mempersilahkan Namira masuk, sebelum kemudian dia menutup pintunya dan meninggalkan Namira hanya berdua dengan Azka di dalam ruang kerja Azka.

Namira melihat Azka yang tampak bangkit dari tempat duduknya. Pria itu lalu menuju ke arah sofa, dan meminta Namira mendekat ke arahnya.

Namira mendekat, sesekali dia mengaamati bagaimana megah dan besarnya ruang kerja Azka ini.

"Apa yang kamu bawa?" tanya Azka saat Namira sudah berada di hadapannya.

"Ibu masak balado siang ini, itu aku tambahin sayuran rebus dan beberapa irisan buah," ucap namira yang kini sudah membuka rantangnya dan mempersilahkan Azka untuk menyantap hidangan makan siang yang dia bawakan.

"Kamu sudah makan?" tanya Azka kemudian.

Namira menatap Azka seketika. Biasanya, Azka tak akan bertanya tentang Namira, pria itu tidak akan peduli apa namira sudah makan atau belum. Tapi kini... Azka mempertanyakan haal itu seolah-olah pria itu peduli padanya.

"Sudah tadi," jawabnya.

"Oke, kalau gitu, aku habisin yang ini," jawab Azka sembari menyantap makan siang yang dibawakan oleh Namira.

Namira hanya mengamati saja, bagaimana Azka tampak lahap memakan makanan yang dia bawakan. Sesekali Namira berpikir, apa yang sedang terjadi dengan Azka? Kenapa Azka tiba-tiba memintanya datang untuk membawa makan siang? Padahal, Azka bisa saja makan di luar, atau mungkin menyuruh seseorang untuk memesankan makan siang untuknya. Namun kenapa Azka memilih agar dirinya datang ke kantornya dan membawakan makan siang? Apa tujuannya?

Pikiran-pikiran Namira tersebut terputar lagi dan lagi dalam kepalanya, membuat Namira bingung dan melamunkan semuanya. Hingga Namira tidak sadar bahwa Azka rupanya sudah menghabiskan bekal makan siang yang dia bawakan.

"Habis! Masakan mama memang yang terbaik," Azka berkomentar sebelum dia meminum air di hadapannya. "Sayurnya juga enak, nggak terlalu matang, buahnya segar," komentarnya setelah meminum airnya.

Namira sempat menatap Azka, kemudian dia segera membereskan sisa makan siang Azka tersebut sebelum kemudian dia berkata "Kalau begitu, aku pulang dulu," ucapnya.

"Nggak mau pulang bareng? Mungkin dua jam lagi aku sudah pulang," dengan spontan Azka mengatakan kalimat tersebut.

"Uumm, aku pulang duluan saja, soalnya ada yang harus kukerjakan di rumah," jawab Namira.

Azka mengembuskan napas panjangnya, "Oke." Akhirnya dia bangkit, dan Namira juga ikut bangkit besamanya. Azka lalu menghubungi seseorang, dan tak lama, pintu ruang kerja Azka dibuka, menampilkan orang yang tadi mengantar Namira hingga ke ruangan Azka.

"Dia akan mengantarmu sampai bawah," ucap Azka pada Namira.

Namira hanya mengangguk menanggapinya, sebelum dia melaangkahkan kakinya pergi meninggalkan Azka.

"Terima kasih makan siangnya," ucap Azka hingga membuiat Namira menghentikan langkahnya seketika.

Namira menolehkan kepalanya pada Azka, pria itu berdiri sembari menjejalkan kedua belah telapak tangannya pada saku celananya. Namira hanya tak habis pikir dengan perubahan drastis pada sikap Azka sepanjang hari ini. Tadi pagi, pria itu meminta maaf padanya, dan siang ini, pria itu mengucapkan terima kasihnya. Sungguh, ini tak seperti Azka yang dia kenal. Apa yang terjadi dengan pria itu?

Pada akhirnya, Namira hanya mengangguk, sebelum dia mulai melanjutkan langkahnya lagi meninggalkan ruang kerja Azka.

Azka mengembuskan napas kasar setelah kepergian Namira. Dia merutuki dirinya sendiri karena tak mampu menahan diri hingga membuat Namira tampak kebingungan dengan perubahan sikapnya. Jangankan Namira, dirinya sendiri saja bingung dengan perubahan sikapnya. Sialan! Apa yang sudah terjadi dengannya?

****

Namira sudah sampai di lobi kantor Azka. Dia mengucapkan terima kasih pada orang yang sudah mengantarnya tersebut. Pada detik itu, Namira mendengar ada seseorang yang sedang memanggil namanya.

Namira menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, dan dia mendapati seseorang yang cukup dia kenal.

Alfian, mantan kekasihnya... apa yang dilakukan pria itu di sini?

Namira tidak bisa berpikir jernih lagi, saat Alfian tiba-tiba saja berlari ke arahnya dan menghambur memeluknya dengan erat, seolah-olah pria itu sangat bahagia bertemu dengan Namira.

Namira juga merasa bahagia bisa bertemu lagi dengan Alfian. Namun kini, dia juga bingung, kenapa bisa mereka bertemu di sini? Apa yang dilakukan Alfian di sini? Dan... apa yang harus dia jelaskan pada pria ini tentang kondisinya?

"Na! aku nggak nyangka kita bakal bisa ketemu lagi!" ucap Alfian yang kini masih memeluk tubuhnya erat-erat.

"Al..." namira merasa Alfian memeluknya dengan cukup berlebihan. Dia bahkan mlihat orang-orang yang berlalu lalang di sana menatap ke arah mereka.

Tiba-tiba, Alfian melepaskan pelukan mereka seketika, lalu dia mengamati diri Namira dan menatap Namira dengan tatapan penuh tuntutan "Kamu... hamil?" tanya Alfian yang masih tampak tak percaya dengan apa yang sedang dia lihat.

Namira tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Sungguh, dia merasa tak enak sekarang. Pada akhirnya, dia bertemu dengan Alfian, dan pria ini akhirnya tahu bagaimana kondisinya.

Alfian sendiri terlihat kecewa dengan apa yang dia lihat. Jelas Alfian masih menyimpan rasa pada Namira. Selama ini, dia bekerja keras, agar suatu saat dia bisa kembali menghubungi Namira dan meyakinkan kakak perempuan ini bahwa dirinya pantas bersanding dengan Namira. Namun rupanya... dia terlambat.

"Uuumm, aku bisa jelasin sama kamu. Kupikir, kita bisa ngobrol bareng nanti," akhirnya, Namira membuka suaranya setelah dia melihat kekecewaan di wajah Alfian.

"Bener kamu akan jelasin semuanya? Kamu akan menuin aku lagi, kan? Kamu nggak akan ngilang lagi, kan?" tanya Alfian dengan penuh tuntutan. Karena beberapa tahun terakhir, Namira benar-benar terasa menghilang begitu saja. Sebenarnya, Alfian bisa saja mendatangi Namira ke rumahnya, tapi jelas, dia tidak akan diterima oleh kakak perempuan ini.

"Iya... simpan nomor baruku ya, nanti kita bisa janjian," ucap Namira sembari memberikan Alfian nomor teleponnya.

"Baik, aku tagih janjimu nanti..." ucap Alfian sembari menyimpan nomor Namira.

Akhirnya, Namira pamit undur diri, sedangkan Alfian hanya bisa menatap kepergian Namira dengan berbagaimacam pertanyan dalam kepalanya. Apa yang dilakukan Namira di sini? Apa perempuan itu sedang mengirimkan makan siang untuk seseorang di kantor ini? Mengingat Namira membawa sebuah rantang di tangannya. Siapa orang itu? Apa suami Namira?

Sedangkan Namira, pikirannya pun bergejolak saat dia sudah duduk di dalam mobil yang menjemputnya. Amar mulai mengemudikan mobilnya dan meninggalkan gedung perkantoran Pramudya Group. Namun, pikiran Namira seolah-olah masih di sana. Memikirkan tentang perubahan drastis Azka, dan juga memikirkan tentang pertemuannya dengan Alfian...

Bagaimana bisa dia bertemu Alfian di sana? Apakah ini bagian dari skenario Tuhan yang harus dia jalani? Kenapa Alfian datang pada saat ini?

-TBC-

Sampai Jumpa di Bab 11 - Mencium NAMIRA.... huwaaaaa Azka bakal makin nempel nihh kalo udah keluar Second Male leadnya hahhahahahhaha

Marriage Mr. BillionaireWhere stories live. Discover now