7

9.7K 839 8
                                    


"Proker osis gimana Zee?" Pak Danu, selaku pembina organisasi sekolah itu bertanya pada Zee.

Keduanya kini sedang duduk santai di lab komputer sekolah, Zee yang memang sudah sohib dengan pak Danu yang juga merupakan guru teknologi informatika komputer itu sudah biasa nongkrong di lab bersama pak Danu dan juga Adel.

"Masih disusun pak, kemarin saya baru diskusi lagi sama Marsha nya" jelas Zee masih sambil fokus bermain game di salah satu komputer lab, game mudah, tumbuhan vs zombi.

"Kelarin cepet Zee, bentar lagi kan kenaikan kelas, penerimaan siswa baru, pensi kakak kelas, banyak dah tuh urusan, perlu dikelarin" pak Danu sambil mengunyah kacang garuda miliknya bertitah yang tidak terlalu memerintah itu.

Zee mengangguk angguk.

"Iya pak, saya sama yang lain juga sekarang lagi rajin- rajinnya ngurusin, nanti kalo udah kesusun saya laporan lagi ke bapak"

Pak Danu mengangguk- angguk.

"Yaudah dah, pokoknya kudu beres ya Zee, kamu juga mesti awasin terus kerja anggota- anggota mu sama anggota- anggota osisnya bareng Marsha, biar meminimalisir kesalahan, bapak mau ke kantor dulu dah mau rekap nilai, kamu kelar main, ac sama lampunya matiin, pintunya dikunci" pak Danu bangun dari duduknya, sambil menepuk- nepuk bahu Zee. Zee hanya mengangguk dan fokus pada komputer.






Marsha berjalan sendiri ke arah lab komputer, mencari seseorang yang beberapa hari ini ia rasa sering berinteraksi dengannya, begitu sampai, netranya melihat orang yang dicarinya itu sedang asik bermain komputer membuat Marsha berdecih.

"Lo tuh punya handphone dipake!" Datang dengan marah- marah, tentu saja mengejutkan Zee, Zee mempause game yang dimainkannya, membalikan badan sampai netranya melihat sosok Marsha, Zee menaikan alisnya heran.

"Dateng- dateng marah tuh maksudnya apa?" Tanya Zee.

Marsha berjalan ke arah Zee, berdiri tepat di hadapan Zee dengan jarak yang tidak jauh, menunjukan ponselnya yang dilayar terlihat room chat milik mereka, disana terlihat spam pesan sampai telepon dari Marsha untuk Zee.

"Gua dari tadi nyariin lo tau ga?! Di chat ga dibales, di telepon ga diangkat!" Wajah sebal itu tidak terlihat menyeramkan untuk Zee saat ini, Zee bangun dari duduknya, membuat dia dan Marsha berdiri saling hadap.

Bukannya menjawab, Zee malah menarik kursi di samping kursinya, di tariklah tubuh Marsha oleh Zee, ia bawa tubuh itu duduk terlebih dahulu, membuat Marsha bingung tapi tetap mengikuti tanpa protes.

"Handphone gua di tas, lupa gua bawa, lo daripada marah- marah mending kasih tau gua kenapa lu nyariin gua?"

Marsha pun menghela nafas.

"Nanti pulang sekolah rapat lagi, pak Danu nyuruh proposal dikelarin secepetnya, lu bilangin anggota- anggota lu buat kumpul" jelas Marsha.

"Udah? Gitu doang?"

"Sama anter gue"

"Kemana?"

"Toko buku"

Zee mengangguk- angguk.

"Iya ntar gua anter, udah itu doang?"

Marsha mengangguk, Zee melengos lagi bermain game.

"Jangan marah marah terus dong shaa.. muka lo sampe merah gitu, pelajaran siapa habis istirahat ini?" Tanya Zee.

"Pak Eko" jawab Marsha, menyebutkan guru mata pelajaran bahasa indonesia. Zee mengangguk- angguk.

"Bolos aja mau ga?" Sekarang Zee mematikan komputernya, pun menghadap Marsha di sampingnya.

Enemies to Lovers [zeesha ff]Место, где живут истории. Откройте их для себя