8 - Bom Waktu

126 37 0
                                    

"BENTAR, bentar, biar aku rekap dulu. Kamu bakal nulis fanfiksi strangers to lovers. Tempatnya di Ruenne. Alder lagi sembunyi di rumah teman masa kecilnya, terus mereka jatuh cinta. Estimasi jumlah kata sekitar 100 ribu."

"And it's slow burn, Niv. Slow burn. Bukan dari strangers juga, tapi enemies."

"Enemies to lovers?"

"Ya, ya. Si y/n ini ada background kerja di majalah gosip gitu, terus dia punya pengalaman enggak enak pas ketemu Alder. Aku belum kepikiran bikin konfliknya gimana, makanya aku tanya kamu sama Fleur."

Sore itu, menjelang makan malam, Esther meminta video call dadakan untuk mendiskusikan fanfiksi barunya. Dibandingkan pekerjaan utamanya sebagai konsultan desain interior, Esther lebih passionate saat membahas proyek fiksi. Akunnya di salah satu platform menulis menjaring lebih dari 100.000 pengikut dan beberapa ceritanya menjadi favorit di fandom Alder.

Niv dan Fleur tak terlalu memusingkan hobi sahabatnya itu, malah mereka siap membantu kala Esther membutuhkan pandangan mereka seputar dunia selebritis. Faktor yang secara tak langsung menuai pujian dari para pembaca yang menganggap kisah-kisahnya terasa real.

Namun, untuk fanfiksinya kali ini, outline yang Esther bagikan membuat Niv merinding. Sepasang teman masa kecil. Bersembunyi di Ruenne. Barangkali kalau Alder tidak menetap 300 meter dari rumah Donna, Niv bakal meminta Esther mengembangkan cerita itu sampai akhir.

Niv ingin meminta Esther mengubah latar tempatnya, tetapi pasti terkesan mencurigakan. "Kenapa di Ruenne?"

"Kamu belum baca artikel baru Fleur, ya? Dia nulis daftar tempat yang diduga jadi lokasi Alder sembunyi. Ruenne di nomor dua atau tiga, aku lupa." Sang lawan bicara mengambil tablet dan memperlihatkan artikel yang dimaksud. "Aku bisa pilih tempat lain, terus ingat kamu di Ruenne. Lebih praktis kalau aku tanya-tanya sama kamu, kan?"

Timing yang buruk.

Niv bersedia menyediakan informasi yang dibutuhkan. Karya-karya yang Esther bagikan, di luar dugaan, begitu memikat sampat dia yang bukan penggemar fanfiksi selalu menantikan tulisannya. Di sisi lain, kini ada kontrak yang mengikat Niv. Meski bantuannya tak serta-merta langsung membocorkan keberadaan Alder, peluang sejumlah penggemar mengulik Ruenne tetap ada.

"Fleur was right, kamu belakangan suka ngelamun." Esther melempar tatapan penuh selidik. "Lagi ada masalah di sana?Kalau belum bisa bantu riset, aku bisa cari di website atau semacamnya."

"Sori, Esther, aku pengin tanya lagi," Niv berdeham, "fandom Alder apa kabar? Terakhir yang kupantau sebelum minggat dari GlossyGoss, kalian sempat ribut sama fandom lain. Khususnya sama fandom Ivy. Sekarang, lebih dari seminggu Alder 'hilang' dari publik, apa kalian enggak penasaran dan pengin cari dia di mana?"

Esther mengerucutkan bibir, lalu terkekeh. "Kamu, nih, belum pernah gabung di fandom besar, ya? Kami emang cemas sama kondisi Alder, tapi enggak sekepo GlossyGoss sampai bikin daftar sampah itu. We respect his privacy. He can take his time as long as he wants. Kalaupun ada yang lihat atau ketemu Alder di tempat persembunyian, kami janji bakal merahasiakannya."

"Wow, the dedication. GlossyGoss could never." Mendengarnya, Niv diam-diam lega. "Okay, kalau kamu butuh informasi soal Ruenne, chat kayak biasa atau video call. Cuma responsnya bakal agak lambat karena aku bantu Mama di toko dari pagi sampai sore."

"Toko ibumu lucu banget, sih. Aku kepikiran masukin tempat itu ke ceritaku, tapi udah keburu bikin background bakery buat si y/n," cerocos Esther. "Makasih, Niv. Talk to you later!"

I Never Signed Up for ThisWhere stories live. Discover now