Heart Defense (Haikal) end

10.7K 1.3K 35
                                    

Haikal terbangun lebih dulu. Ia menatap Xena yang meringkuk dalam dekapannya. Sisa hujan semalam membuat pagi ini begitu dingin. Pendingin ruangan juga sudah Haikal matikan. Ia menatap jam di dinding kamar. Pukul 7 pagi.

Xena merengek pelan saat merasakan gerakan Haikal yang melepaskan dekapannya. Xena semakin meringkuk dan mengeratkan belitan selimut untuk membungkus tubuh telanjangnya.

"Saya ke bawah sebentar," bisik Haikal pada Xena setelah mengecup kening wanita itu.

Haikal keluar kamar dengan kunci yang sempat ia simpan sejak tadi malam. Pria itu tersenyum lega karena hatinya seketika menghangat mengingat berulang kali mereka bercinta tadi malam.

"Bu, tolong buatkan sarapan," suruh Haikal pada asisten rumah yang sudah bekerja sejak ia masih tinggal sendiri di sini. Sebelum menikah dengan Xena tentunya.

"Baik, Tuan."

Tidak ada yang tahu tentang hubungan rumit Haikal dan Xena. Bahkan keluarga besar tidak mengetahui kedua orang itu berpisah sejak setahun yang lalu. Sesuai permintaan kedua orangtua mereka, Xena dan Haikal masih menjalin hubungan baik karena tidak ingin merusak suasana hati kedua anak-anak.

Xena dan Haikal tidak mau anak-anak mereka berpikir jika perpisahan kedua orangtuanya akan berdampak pada kekurangan kasih sayang untuk mereka. Sebisa mungkin Xena dan Haikal selalu terlihat bersama jika itu menyangkut anak-anak.

"Daddy?!"

Suara terkejut itu membuat Haikal yang hendak naik kembali ke lantai 2 seketika berhenti. Ia menolah pada kamar anak-anak yang memang ada di bawah. Haikal tersenyum menatap anak sulungnya yang masih mengenakan piyama lucu.

"Daddy gak kerja?"

Mata bulat itu membuat Haikal menekan perasaan bersalah yang menggerogoti hatinya. Ia dan Xena terpaksa berbohong tiap kali anak-anak menanyakan kenapa setiap pagi Haikal tidak lagi bergabung dengan mereka di meja makan. Kalau malam, sebisa mungkin Haikal menyempatkan diri untuk ke sini sekadar makan malam bersama.

"Enggak. Daddy mau di rumah aja."

Haikal mengelus puncak kepala putranya dengan sayang, lalu terdengar langkah kaki mendekat. Anak kedua Haikal dan Xena rupanya juga sudah bangun dan kini putranya yang berusia 3 tahun itu tengah memeluk boneka sapi kesukaannya.

"Jagoan Daddy mau ke mana?" tanya Haikal saat putra keduanya itu melewatinya begitu saja dan menaiki undakan tangga.

"Mommy. Peluk."

Haikal terkekeh. Ia menyuruh putra pertamanya untuk mandi sebelum mereka sarapan bersama. Sedangkan ia kembali ke dapur untuk membuatkan susu untuk putra keduanya.

"Mommy!"

Rengekan itu membuat Xena membuka mata perlahan. Ia masih mengantuk, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan rengekan putranya. Dengan mata yang masih terasa berat, Xena mengulurkan tangan untuk memeluk putranya.

Tak lama Haikal menyusul dengan botol susu di tangannya. Pria itu tersenyum saat putranya berseru senang sambil merentangkan kedua tangannya. Haikal mendekat. Ia mengecup puncak kepala putra kecilnya setelah memberikan sebotol susu.

Haikal memilih tempat di belakang Xena yang kini memeluk putra mereka. Haikal mengecup pelipis Xena membuat wanita itu memejamkan mata. Rasanya sungguh berbeda kali ini. Ada keegoisan yang ingin Xena manjakan. Ia ingin Haikal tetap di sini bersamanya dan anak-anak mereka. Ia ingin Haikal melupakan Mia dan kembali padanya.

Xena mungkin tidak akan lupa bagaimana dulu Haikal pergi begitu saja karena ia usir dari rumah ini dan memilih hidup dengan Mia. Tapi Xena juga akan mengingat bagaimana ia merasa bahagia jika bersama pria itu.

SHORT STORY 2022 - 2023 (END)Where stories live. Discover now