Seorang gadis bernama Kim Yuna memiliki kesalahan terbesar karena insiden yang terjadi pada dua tahun silam. Awalnya semua tampak normal dan baik-baik saja. Namun, karena sebuah insiden itu. Segalanya berubah.
Semenjak Yuna terbangun dari koma-nya...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
P R E S E N T (Kencan dengan Jimin)
_________
Dengan begitu sumringah, Jimin tidak henti-hentinya tersenyum di balik helm. Ya, kali ini ia lebih memilih untuk mengendarai motor daripada mobil. Menurutnya akan terkesan sangat romantis nantinya jika ia kencan dengan kendaraan beroda dua ini. Kapan terakhir kali ia merasakan jatuh cinta? Sepertinya itu sudah sangat lama, Mungin saat ia duduk di Sekolah Menengah Pertama. Itu pun cintanya kandas.
Jimin menghentikan motornya begitu tiba di rumah Yuna. Sesegera mungkin ia turun dan mengetuk pintu sambil terus memanggil namanya. Tidak butuh waktu lama untuk gadis itu membuka pintunya. Dan saat itu juga Jimin sedikit ternganga melihat Yuna yang terlihat begitu manis. Jimin menatap lekat, dilihatnya gadis itu dari ujung rambut hingga hingga ujung kaki. Ini jadi pertama kalinya untuk Jimin melihat gadis itu tanpa seragam sekolah.
"Kok bisa ya, lo ada di sini?"
"M-maksudnya? Ini kan rumah aku." Sebenarnya sejak tadi pun ia merasa malu, karena Jimin begitu intens memperhatikan dirinya. Jujur saja, ia juga sempat terkesima dengan tampilan laki-laki itu sekarang.
"Iya. Setau gue, Bidadari hidupnya di khayangan."
Meski terdengar basi, tapi tetap saja Yuna merasakan panas pada pipinya. Semburat merah pasti tampak begitu jelas di wajahnya.
"Iya.. aku sengaja turun ke sini buat jemput kamu," balas Yuna. Jangan salah, ia juga pandai dalam hal merayu seperti ini. Lihat saja, kini giliran Jimin yang wajahnya memerah.
"Aduhh, jadi enak." Jimin menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
"Aku ke dalem dulu ambil tas." Yuna meninggalkan Jimin.
Jimin mengangguk. "Gue tunggu di sini, ya."
Tidak sampai satu menit untuk Yuna mengambil tasnya. Ia bergegas menghampiri Jimin yang menunggu di depan rumah.
"Yuk!" ajak Yuna setelah mengunci pintu.
Jimin mengangguk dan menaiki motornya, tidak lupa ia juga memakai helm. "Ayo, naik!"
Yuna berpegang pada pundak Jimin, ia kesulitan saat menaiki motor tinggi milik laki-laki itu. Begitu bokongnya mendarat di jok belakang, ia melepaskan pegangan tangannya pada pundak Jimin.
"Nih!" Jimin memberikan helm pada gadis di belakangnya. Yuna juga langsung memakai helm tersebut.
"Yun!" panggil Jimin.
Yuna mendekatkan kepalanya di samping kepala Jimin. "Kenapa?"
"Percaya gak kalo biasanya penumpang motor itu yang paling rentan sama kecelakaan."
"Ih, kok gitu sih ngomongnya? Aku turun aja." Yuna hendak turun dari motor. Namun, dengan cepat Jimin menahannya.