04. •At that time•

5 1 0
                                        


Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


P R E S E N T
(Kala itu)

______________

"Ra!"
"Woy!"
"Eh, Bolot!"

"Apa sih, Kak?! Dari tadi manggil-manggil mulu ihh. Nara lagi ngerjain tugas ini."

"Nyaut lah dipanggil tuh. Kenalin gue sama temen lo dong."

"Temen Nara yang mana? Temen Nara banyak," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku-buku di depannya.

"Yuna. Yang tadi ngobatin gue di UKS." Jimin duduk di tepi kasur dan memandang adiknya yang sedang belajar di mejanya.

"Nara juga baru kenal kemarin, Kak. Dia anak baru. Eh! Sebenarnya murid lama sih, dia pernah kecelakaan mobil terus koma hampir dua tahun."

"Serius, Ra?!" pekik Jimin.

"Iya lah! Ngapain Nara ngada-Ngada. Harusnya sekarang dia kelas tiga. Udah ah sana! Ganggu banget!" usir Nara dengan mengibaskan kedua tangannya untuk mengusir kakaknya itu.

"Ntar dulu. Lo punya nomernya, gak?" tanyanya dengan wajah yang penuh harap.

"Minta sendiri ah sana! Cupu banget!"

Jimin berdecak kesal. "Punya ade rese banget. Gue kiloin juga luu." Jimin ke luar dari kamar Nara dan membanting pintunya kencang.

"Pelan-pelan, woy!!"

Jimin yang mendengar teriakkan dari adiknya hanya acuh dan berjalan masuk ke kamarnya. Dirinya juga langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia berbaring dan menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan. Perlahan bibirnya tertarik kala mengingat kejadian di sekolah barusan. Menurutnya gadis itu begitu cantik, ah bahkan sangat-sangat cantik. Ia juga mengingat wajah marah Yuna saat mengomeli murid-murid yang di lantai dua itu, wajahnya benar-benar lucu. Mengingat kejadian tadi, ia sendiri pun pernah ditolong oleh gadis itu.

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kenapa dia selalu tepat waktu menyelematkan orang-orang yang hampir terkena musibah? Apalagi Yuna selalu berlari dari posisi yang tidak dekat, kemungkinannya kecil bila bisa melihat dari jarak jauh.

"Aneh."

Dan ada satu hal lagi yang membuat dirinya bertanya-tanya. Kenapa Yuna selalu mendekati si kapten basketnya-Yoongi? Mereka kelihatan seperti sudah kenal lama. Tapi anehnya, Yoongi selalu mengabaikan gadis itu dan bahkan juga kasar. Ya memang sih, menurutnya pun Yoongi memang laki-laki yang bertabiat kasar seperti itu. Tapi, setahunya dia tidak pernah kasar pada perempuan. Ya paling tidak dalam dirinya hanya ada sifat dingin dan angkuh.

"Tunggu-tunggu, katanya Yuna pernah koma dan sekarang harusnya dia kelas tiga. Mungkin dulu Yoongi sama Yuna pernah saling kenal, kan?"

Sedari tadi ia hanya bermonolog dan menebak-nebak tentang hubungan mereka. Pasalnya ia juga termasuk murid pindahan di sekolah itu, dan pindah saat ia masih kelas dua. Itu karena pekerjaan ayahnya pindah ke cabang yang berada di Seoul, sebab dulu ia tinggal di kota Daejeon.

𝗦𝗼𝗿𝗿𝘆 | ℱ𝓇ℴ𝓂 𝒴𝓊𝓃𝒶 Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt