Seorang gadis bernama Kim Yuna memiliki kesalahan terbesar karena insiden yang terjadi pada dua tahun silam. Awalnya semua tampak normal dan baik-baik saja. Namun, karena sebuah insiden itu. Segalanya berubah.
Semenjak Yuna terbangun dari koma-nya...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
P R E S E N T
______________
Tidak ada yang lebih bahagia dari berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai, yakni Keluarga. Tampak seorang gadis bersurai panjang berwarna hitam, tengah asyik menghabiskan waktunya dengan bermain bersama Ayah dan Ibunya. Mereka bertiga tampak senang dan begitu bahagia.
"Yuna, sekarang kamu harus kembali, ya," pinta seorang paruh baya yang tidak lain adalah Ibunya.
Gadis itu menggeleng menolak permintaan Ibunya. "Yuna gak mau, Bu. Kenapa kalian selalu meminta Yuna untuk kembali? Yuna mau di sini bersama kalian."
"Sayang, kamu harus bangun. Kamu gak kasian sama Kakak? Dia selalu berharap kamu untuk kembali. Nurut, ya." Kali ini Ayahnya yang berbicara.
"NGGAK!! Pokoknya Yuna mau di sini. Yuna gak peduli sama Kakak, lagipula yang dia lakuin setiap hari cuma bermain games. Buktinya Kakak gak ada di sini, kan?" Gadis itu bersikukuh untuk tidak menuruti perintahnya.
"Yuna sayang. Justru itu, Kakakmu yang akan menggantikan kami berdua. Karena Ayah sama Ibu udah gak bisa jagain kamu lagi. Kami harus pergi dan kamu harus kembali. Oke? Ini demi Ayah sama Ibu."
Kedua orangtuanya mulai berjalan beriringan menjauh dari Yuna-anaknya. Gadis itu berteriak, tubuhnya seakan membeku. Kenapa rasanya sulit untuk mengejar mereka? Yuna hanya ingin menghabiskan waktunya lebih banyak lagi dengan kedua orangtuanya.
"Ayah! Ibu! Bawa Yuna bersama kalian!! AYAH!!! IBU!!"
__________
Yuna merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Matanya mengerjap mencoba menetralkan cahaya yang menusuk penglihatannya. Matanya terasa berat, terlebih lagi tubuhnya pun seperti mati rasa dan sulit digerakkan. Saat matanya sudah terbuka dengan sempurna, sebulir air mata menetes karena merasakan perihnya cahaya lampu yang begitu silau.
Pandangannya ia edarkan, ruangan ber-cat putih kini menyelimutinya. Bahkan tubuhnya sekarang terhubung dengan berbagai peralatan medis melalui selang atau kabel.
Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini? Bukannya aku akan berangkat liburan bersama Ayah dan Ibu?
Disaat matanya masih menelusuri setiap sudut ruangan, pintu berdecit dan kini atensinya teralihkan pada seseorang yang baru saja masuk ke ruangan.
Itu Kakak, kan?
"Yuna!! K-kamu udah bangun?!" Laki-laki yang ber-notabene sebagai Kakaknya langsung menyambar tangan gadis itu. "A-akhirnya!!" Air matanya lolos, dirinya sudah menunggu lama untuk ini. Sudah hampir dua tahun adiknya terbaring di ruangan rumah sakit. Ia sempat kehilangan harapan, namun kini seperti ada keajaiban yang datang. Tangannya bergerak ke samping ranjang dan menekan tombol Nurse Call Bel-pemanggil perawat rumah sakit.