"Fayra pulang Ma." Sapa Fayra walau dia tau dia tidak akan mendapatkan respon apa pun dari mama atau pun kakaknya itu.

"Langsung cuci piring, dari pagi piring numpuk. Mamah lagi males marah-marah jadi langsung kerjain." Ucap Aida tanpa melihat ke arah Fayra.

Fayra menghela nafas dan mengangguk, "iya ma, Fayra ke atas dulu." Jawab gadis itu dan langsung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Fayra langsung mencari tempat terhangat untuk menaruh kucing yang baru saja dia dapatkan.

"Moly kamu tunggu di sini ya, jangan nakal-nakal aku mau cuci piring dulu." Ucap Fayra pada anak kucing itu.

Setelah itu Fayra langsung berganti baju dan kembali turun untuk menyelesaikan tugasnya mencuci piring.

...

"Askaaa" panggil Hani pada anaknya yang sedang berada di kamar atas rumahnya.

"Iya bunda bentar." Jawab laki-laki itu dan langsung berlari menuruni tangga.

"Ngga usah lari sayang, pelan-pelan aja." Tutur Hani.

"Lagian Aska udah besar Bun, bisa jaga diri." Jawab laki-laki itu dan mulai merebahkan dirinya di atas paha bunda tercintanya itu.

"Sayang namanya musibah itu ngga lihat usia nak. Emang yang bisa kepleset cuma anak-anak? Kan nggak sayang." Ucap Hani.

"Iya Bun maaf, besok ngga di ulangin." Jawab Aska.

Hani pun tersenyum dan langsung mengelus lembut puncak kepala anaknya yang sedang tidur di atas pahanya.

"Sayang kamu sebentar lagi udah lulus, apa kamu udah ada refrensi kampus nak?" Tanya Hani pada Aska.

"Belom Bun, tapi yang pasti Aska cari kampus yang dekat-dekat sini aja biar bisa nemenin bunda." Jawab laki-laki itu.

"Sayang jangan gitu, kamu cari acara kampus incaran kamu. Jangan pikirin bunda, kejar cita-cita kamu sayang. Bunda bisa jaga diri kok." Ucap Hani.

"Ngga Bun, pokoknya Aska ngga mau jauh-jauh dari bunda. Kita cuma hidup berdua Bun, kalau Aska jauh siapa yang bakal jagain bunda."

Hani pun tanpa sadar meneteskan air matanya, dia benar-benar terharu dengan putranya satu ini.

"Bunda ngga akan maksa kamu nak, tapi bunda pengen kamu ngga merasa terbebani oleh bunda. Bunda tau kamu pasti punya kampus incaran kan, dulu kamu bilang kamu pengen kuliah di London bukan. Kejar itu sayang, bunda janji bunda bisa jaga diri." Ucap Hani.

"Nggak Bun, Aska tetep mau di sini sama bunda." Jawab Aska.

Hani menghela nafas panjang, "kalau aja adek kamu masih di sini ya, pasti kamu bisa kuliah ke sana dan bunda di jagain adek kamu." Ucap Hani dengan tatapan kosong yang selalu membuat hati Aska terenyuh.

Laki-laki itu langsung bangun dari paha bundanya dan langsung memeluk wanita paruh baya yang amat sangat berharga di hidupnya ini.

"Udah Bun, bunda selalu sedih kalau bahas dia, Aska mohon bunda jangan pikirin itu ya. Aska janji Aska akan cari adek Aska sampai ketemu, dan Aska janji Aska bakal balas perbuatan si brengsek itu yang buat hidup bunda menderita!" Tekan Aska.

Hani langsung melepaskan pelukannya dan langsung memegang kedua pipi Aska, "sayang kamu ngga boleh ngomong gitu, mau sejahat apapun dia tetap saja nak dia ayahmu, dan kamu tidak boleh membencinya." Tutur Hani.

"Nggak Bun, dia itu iblis. Kalau ada pilihan aku tidak akan mau darah laki-laki brengsek itu mengalir di tubuhku." Ucap Aska dengan penuh dendam.

Hani menggeleng, "jangan seperti ini nak, bunda sedih melihat kamu seperti ini." Ucap Hani yang kembali meneteskan air matanya.

Melihat itu Aska kembali memeluk Hani dengan penuh sayang, "maafin Aska Bun" ucap Aska.

"Dendam ini harus terbalaskan Bun, walau dia ayahku tetap saja aku membencinya sampai aku mati!" Batin Aska dengan mata yang memerah penuh amarah.

...


"FAYRAAA..." teriak Aida dari lantai bawah yang membuat Fayra langsung kaget.

Ini sudah hampir jam 10 malam, kenapa mamanya masih terus mencari dirinya. Bukankah dia sudah mengerjakan semua yang namanya suruh.

Fayra yang sedang asik bermain dengan Moly pun langsung segera beranjak, "Moly bentar ya aku turun ke bawah dulu. Kamu jangan berisik ya, takut nanti kak Nancy Dateng." Ucap Fayra.

Seakan mengerti yang di ucapkan majikannya anak kucing iku mengeluarkan semua imut yang di milikinya.

"Meow"

Fayra langsung berlari kecil keluar dari kamarnya dan segera menemui mamanya yang masih duduk di ruang televisi.

"Iya ma kenapa?" Tanya Fayra saat sudah sampai di ruang televisi.

"Mama ngga mau basa-basi, besok papa pulang. Kalau tidak besok ya lusa, dan kalau sampai papa kamu datang jangan sampai kamu berbuat keributan antara papa kamu dan Nancy. Kalau sampai itu terjadi mama akan beri kamu hukuman yang ngga pernah kamu pikirkan." Ucap Aida dengan penuh peringatan.

"Baik ma" jawab fayra.

Walau gadis itu sedikit merinding dengan ancaman mamanya namun tidak dapat di pungkiri dia begitu bahagia mendengar kepulangan papanya.

Sebenarnya Fayra tidak pernah sekalipun membuat keributan antara papanya dan kakaknya, tapi mamanya selalu menyalahkan dirinya apabila ada perselisihan antara papanya dan kakaknya. Ingin membela diri pun Fayra tidak punya cukup keberanian.

Fayra langsung kembali beranjak menuju kamarnya, gadis itu seakan tidak sabar menanti hari esok.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now