6. Rahasia Kelam

122 6 1
                                    

Julien memukul tembok dengan kedua tangannya tak kala resepsionis hotel menyampaikan telepon jika mereka gagal mendapatkan tiket penerbangan ke Jakarta untuk hari ini. Penerbangan tercepat ada besok pagi dan mau tidak mau Julien harus puas dengan itu semua. Bisa saja dirinya menghubungi ibu mertuanya dan mengabarkan keadaan Zema, sang cucu laki-laki kesayangannya. Sayangnya mengingat sang ibu mertua memiliki sakit jantung, tentunya Julien tidak mau mengambil resiko. Andai ibu mertuanya sampai terkena serangan jantung lagi, bisa fatal akibatnya karena berarti ini serangan jantung ketiga. Sudah cukup dulu ketika Putri meninggal karena kecelakaan pesawat, kondisi kesehatan ibunya menurun dan harus dirawat lama di rumah sakit. Julien tidak akan pernah melupakan saat-saat itu yang merupakan salah satu saat tergelap serta tersuram dari hidupnya.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Kania sedang duduk dengan santainya di depan laptop dan mempelajari istilah-istilah dalam dunia saham. Ia harus bisa memahami dan mengerti arti semua ini. Jangan sampai jika ia ditanya tentang seluk beluk di dunia saham, ia seperti seseorang yang tersesat di dalam hutan dan tidak tahu arah tujuan.

"Apaan lagi sih ini ARB? Gue tahunya ARB itu tokoh partai, mertuanya artis besar di negera ini."

Zema hanya menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Menurutnya Kania terlalu cerewet. Dirinya yang masih SMP kelas tiga saja sudah mengenal dengan baik dunia persahaman berikut istilah istilah umum seperti ini.

"Lo kalo bego' jangan diumumin sampai seluruh dunia tahu, malu!" kata Zema sinis yang membuat Kania mengangkat kepalanya untuk melihat anak itu yang sedang fokus bermain PS 5 dengan santainya. Tidak tahukah jika Kania cukup tersinggung dengan kata-kata yang baru saja ia ucapkan itu.

Ya, kedua teman Zema yang bernama Gozhali dan Jio membawakannya PS 5 tadi sore ketika menjenguknya. Kania belum sempat bertemu mereka karena saat ia kembali ke kamar Zema, kedua anak itu telah ngacir pulang terlebih dahulu.

"Sok iyes banget lo bocah. Gue yakin lo juga kagak tahu cara baca laporan beginian. Lo paling tahunya nge-Game sama habisin duit bapak lo doang."

Kini Zema tertawa cekikikan. Mungkin usianya masih 15 tahun dan sebentar lagi ia baru akan lulus SMP. Tapi sejak ia masih SD, almarhumah Mamanya dan sang Papa sudah mendidiknya tantang seluk beluk dunia saham. Jadi kini di usianya yang masih 15 tahun, Zema memiliki satu akun sekuritas yang masih menggunakan nama Papanya. Hanya nama saja, karena modal ia berinvestasi dan ber-trading ia peroleh dari uang saku sekolah, THR lebaran bahkan laba ia menjaga distro milik sepupu dari Mamanya.

"Lo mau tahu artinya ARB dalam dunia saham?"

"Gue tahu, tapi gue pingin ngetes lo. Coba apa artinya kalo lo tahu?" Kata Kania yang tidak mau kalah adu debat dengan Zema. Walau dirinya tidak tahu, tapi pantang mengakui keunggulan Zema.

"ARB itu artinya auto rejection bawah. Mudahnya gini, harga saham itu turun secara signifikan. Salah satu ciri-cirinya sudah tidak ada antrian yang nge-bid saham itu."

Ya Tuhan....
Apalagi ini nge-bid? Kania benar-benar mendengarkan Zema dengan baik. Sepertinya anak ini cukup cerdas walau wajahnya membuat Kania selalu ingin melemparkan teflon ke arahnya.

Zema yang melihat Kania tampak bingung segera menjelaskan lebih lanjut. "Lo mungkin nggak tahu artinya bid dalam saham? Biar lo makin pintar, gue kasih tahu. Jangan lupa lo catat. Bid itu istilah yang sering digunakan kalo lo mau beli saham diharga yang lebih rendah daripada harga saat ini. Lo bisa lihat 'kan kolom-kolom di laptop lo itu, ketemu nggak kolom bid-nya?"

Kania hanya menganggukkan kepalanya. Tidak ia sangka jika bocah setengil Zema ternyata cukup berotak. Kini Kania kembali mempelajari hal-hal yang tidak ia sukai sejak dulu, tapi mau tidak mau harus ia kuasai karena ini adalah sumber penghidupannya saat ini. Saat-saat untuk dirinya bersenang senang dengan Mikha dan Maureen telah selesai. Usianya sudah 26 tahun dan sudah waktu yang tepat untuknya terjun ke dunia bisnis orangtuanya. Tidak hanya dunia bisnis, namun juga dunia jual investasi. Karena pasif income yang didapatkan kedua orangtuanya dari saham cukup besar. Sebagian dari apa yang ia miliki saat ini adalah hasil dari investasi turun temurun sejak jaman kakeknya.

***

Julien menatap wanita yang duduk di hadapannya dengan malas. Kadek nama wanita itu adalah teman dekat almarhumah Putri sejak mereka berkuliah di Sydney. Ia bertemu dengan Kadek malam ini karena memang ada hal yang ingin ia ketahui walau itu sudah berlalu lama, namun sayangnya rasa ingin tahu Julien bukannya berkurang justru semakin besar saat ini.

"Sebenarnya apa alasan Putri dulu mengajukan gugatan cerainya sebelum terbang ke Singapura?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Julien.

Kadek hanya tersenyum, haruskah ia menceritakan semuanya walau Putri telah meninggal dunia tiga tahun lalu dan jenazahnya pun tidak di ketemukan hingga detik ini?

"Aku minta kamu jujur, Dek. Bagaimanapun juga sebagai suami aku telah menjalankan semua bentuk tanggungjawab bahkan aku tidak pernah lalai akan nafkah lahir maupun batin untuk Putri serta Zema."

Kadek menghela nafasnya. Baiklah, mungkin ini saat yang tepat untuk jujur. Ia sudah bosan di teror dengan pertanyaan yang sama oleh Julien sejak Putri meninggal dunia tiga tahun lalu.

"Karena dia sudah hamil anak selingkuhannya. Karena itu dia menggugat cerai dirimu."

Deg...

Dunia gonjang ganjing, petir tak kasat mata menyambar begitu hebat dan mengenai tepat di jantung Julien secara bertubi tubi hingga ia rasanya sesak dan tidak sanggup untuk menarik oksigen lagi. Julien terdiam di tempat duduknya. Tapi Kadek tidak mau berhenti untuk membuka rahasia kelam ini. Dalam hati ia juga meminta maaf kepada Putri. Bagaimanapun juga Julien berhak tau alasan sebenarnya.

"Maksudmu?"

Kadek menghela nafas untuk kesekian kalinya dan kini ia tersenyum di depan Julien. "Iya. Putri dulu berselingkuh di belakang kamu sampai hamil empat bulan. Terakhir yang aku dengar dari dia ketika meneleponku, calon bayinya laki-laki dan laki-laki yang menghamilinya akan menikahinya asal dia bercerai dari kamu."

"Siapa selingkuhan Putri?"

Kadek menggelengkan kepalanya dan ia memilih untuk bangkit dari kursi yang ia duduki.

"Kamu mau ke mana?"

"Sorry, aku harus pulang. Sudah cukup aku memberitahukan ini semua kepadamu. Tidak perlu kamu merasa terbebani kerena aku yakin Putri telah tenang di sana," kata Kadek dengan pelan. Walau ia tau siapa nama laki-laki itu, tetapi bukan dalam kapasitasnya untuk membuka rahasia itu semua. Menurutnya Julien sudah cukup mengetahui hingga di titik ini saja. Lagipula 6 bulan sebelum kejadian naas yang membuat Putri meninggal dunia itu, rumah tangga Julien dengan Putri sudah tidak memiliki kecocokan lagi. Menurut Putri Julien terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga sering lupa pulang ke rumah.

Kini Julien hanya bisa menatap kepergian Kadek dengan pandangan nanar. Tidak ia sangka istri yang ia cintai dengan sepenuh hati tega bermain di belakangnya hingga berbadan dua dan mirisnya ia tidak menyadari itu semua. Kini Julien bangkit berdiri dari kursi yang ia duduki dan segera saja ia mengambil dompetnya dari saku belakang celananya lalu mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribuan. Ia letakkan uang itu di atas meja dan ia berjalan keluar dari restoran itu.

Malam ini Julien sedang merasa patah hati untuk kesekian kalinya kepada mantan istrinya yang bernama Putriana. Ia telah berjuang keras menjadi seorang suami idaman dengan memberikan kehidupan terbaik yang mampu ia upayakan, tetapi balasan yang diberikan oleh Putri di akhir-akhir perkawinan mereka sungguh di luar nalar Julien sebagai seorang laki-laki dan kepala keluarga. Putri yang tiba-tiba menggugat cerai dirinya, lalu setelah mendaftarkan gugatan itu, ia lebih memilih angkat kaki dari rumah yang mereka tinggali sejak awal menikah dan sial serta apesnya adalah pesawat yang di tumpangi Putri untuk pergi ke Singapura harus jatuh di lautan. Hingga masa akhir pencarian, Putri tidak di temukan oleh Tim penyelamat. Julien dan Zema yang ikut melakukan tabur bunga hanya bisa menangis dan seakan hidup mereka sudah berhenti di situ. Zema berubah menjadi anak pendiam namun sulit diatur. Sedangkan Julien sendiri untuk membuatnya lupa atas kejadian ini lebih banyak mengabiskan waktunya di kantor. Memang ia mendapatkan hasil yang setimpal dengan kerja kerasnya, namun tidak ada yang menduga jika menjadi seorang workaholic m adalah bentuk pelariannya dari masalah yang ia hadapi.

***

Seducing Mr. Julien Where stories live. Discover now