1. Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS)

1.6K 172 29
                                    

Kania menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan pandangan malas. Sudah tiga tahun dirinya hidup sebagai seorang yatim piatu dan baru saat ini akhirnya ia harus menghadiri rapat umum pemegang saham. Andai saja jumlah lot yang di miliki almarhum sang Papa tidak sampai ratusan ribu lot atau lebih, tentunya Kania memilih untuk tidur di rumah dan menonton Netflix.

"Apes amat sih hidup, gue. Andai gue punya suami yang pinter dan mau ngurusin aset Papa. Tinggal jalan-jalan aja gue tiap hari," kata Kania dengan malas lalu ia meraih sebuah tas Hermes Birkin warna putih milik sang Mama.

Kania yang berusia 26 tahun tentunya bukan sosok wanita muda yang polos, karena ia telah menyelesaikan pendidikan starta duanya di salah satu universitas ternama di negara ini. Ia bukan gadis yang pintar apalagi cerdas. Sejak dulu memang nilai akademik Kania tidak terlalu baik. Ia lebih unggul di bidang seni.

"Aduh, cantik pisan Neng Kania. Sudah mau berangkat rapat?" Tanya pekerja rumah tangga di rumah orangtuanya yang bernama Asih.

"Iya, Teh Asih. Aku berangkat dulu ya?"

"Iya, Neng. Hati-hati di jalan."

"Okay," jawab Kania sambil berjalan menuju ke arah garasi.

Saat tiba di garasi, Kania langsung menuju ke arah mobil Ferarri berwarna merah yang sudah di siapkan oleh supir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat tiba di garasi, Kania langsung menuju ke arah mobil Ferarri berwarna merah yang sudah di siapkan oleh supir. Ia memasuki mobil itu dengan begitu anggun hingga membuat sang tukang kebun dan supir keluarga menggelengkan kepalanya.

"Sopo yo cah sing bakalan dadi bojone? Aku gelem daftar*," kata Parmin sang tukang kebun yang merupakan laki-laki keturunan Jawa. (*Siapa yang bakalan jadi suaminya? Aku mau daftar.)

Tarno yang bekerja sebagai supir menoyor kening Parmin ke belakang. "Ngimpi jangan ketinggian. Bayangin aja to, Min. Kalo Mbak Kania jadi istrimu, aku kasian sama dia. Satu cantik, kaya raya, anak tunggal, masa suaminya itik buruk rupa begini," kata Tarno sambil menatap Parmin dari atas hingga kebawah lalu ia menggelengkan kepalanya pelan.

Tinn....

Suara klakson mobil yang Kania bunyikan saat melewati kedua pekerja rumah tangga di rumahnya membuat Parmin dan Tarno membungkukkan badannya sedikit.

Kania menghela nafasnya berkali kali, hari ini ia harus menghadiri rapat umum pemegang saham salah satu perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia. Jumlah kepemilikan Lot saham Almarhum Papanya yang banyak itu membuatnya harus hadir. Apalagi desas desus pembagian deviden akan di lakukan.

Setelah beberapa saat menembus kemacetan ibu kota yang kata orang lebih kejam daripada ibu tiri ini, akhirnya Kania sampai di sebuah hotel bintang lima tempat acara rapat umum pemegang saham akan di langsungkan. Kania segera mengisi daftar hadir dan ia masuk ke dalam ballroom yang luas berbonus mewah ini.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seducing Mr. Julien Where stories live. Discover now