3. accident

97 3 0
                                    

Kania yang sedang tiduran di atas ranjang setelah seharian ia lelah dengan acara rapat umum pemegang saham kini mengambil kartu nama Julien yang ada di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Ia pandangi kartu nama Julien dengan seksama. Suatu hal gila terjadi pada hidupnya. Bagaimana bisa hanya demi sebuah kartu nama yang ukurannya kecil ini, Kania rela membayar satu juta rupiah.

Heran dengan kelakuannya sendiri, Kania hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu tersenyum kecil. Mungkin pria seperti Julien ini tidak pernah mendekati wanita atau mungkin saking sombongnya karena ia merasa menjadi pria tampan.

"Gue tampol juga lo, Julien kalo jual mahal. Btw, nama lo kebagusan sih ya buat Om-Om. Mending nama lo jadi Panjul. Okay, gue save nama lo sebagai Panjul di handphone gue," kata Kania yang sudah berbicara sendiri dan kini ia bangkit dari ranjang untuk mencari handphone miliknya yang sedang ia isi dayanya.

Saat Kania meraih handphone miliknya yang ada di atas meja kerja di kamarnya, ia melihat group chat pertemanannya dengan Mikha dan Maureen sedang ramai membahas rencana pernikahan Tante Mikha. Tentu saja Kania menjadi melupakan rencananya dan justru fokus membaca chat antara Maureen dan Mikha di sana.

Mikhaila Ameera : tertutup sudah kesempatan gue untuk bersanding dengan Mas Rio tercinta di pelaminan.

Maureen Atmaja : bukannya dari dulu-dulu juga gue sudah bilang ikhlasin, lo aja yang bebal.

Mikhaila Ameera : Lo kan tahu gue cinta setengah hidup sama Mas Rio, berbagai macam cara gue lakuin biar mereka pisah. Nggak rela gue Mas Rio yang ganteng, muda dan berprestasi itu ternyata jadi Om gue. Mana Tante gue sama dia selisih tiga belas tahun, Reen. Bayangin dong, tiga belas tahun... Pas Mas Rio masih hot dan panas begitu Tante gue sudah tua. Gue kasian juga kalo dia sampai gagal lagi di usai tuanya.

Maureen Atmaja : Lo ribet banget sih jadi orang, laki-laki banyak selain Mas Rio. Lagipula Tante lo umurnya doang tua, tapi kalo gue suruh milih dia apa lo, jelas aja gue milih Tante Retno. Gue yang masih muda aja bisa insecure lihat kebohaiannya dia.

Mikhaila Ameera : Kania ke mana sih? Apa dia habis mabuk baca laporan keuangan perusahaan? Kenapa nggak nyaut dari tadi. Babe....gue galau banget, Tante Retno mau nikah sama Mas Rio dua minggu lagi.

Kania tersenyum ketika membaca itu semua. Sudah ia dan Maureen peringatkan berkali kali kepada Mikha untuk melupakan Mas Rio alias Riosandi Gumilang yang sudah jelas-jelas tidak mencintainya. Bahkan penolakan tegas pun sudah berkali kali Rio lakukan kepada Mikha, dasarnya Mikha saja yang tidak punya malu. Saat berpikiran seperti itu, tiba-tiba ia malu sendiri. Apa bedanya dirinya dan Mikha? Justru Mikha masih mending karena mencintai Mas Rio yang single, sedangkan dirinya sendiri kini justru tertarik kepada laki-laki setengah tua dengan pekerjaan sebagai seorang pria kantoran, menjabat direktur pemasaran, terlihat dingin dan belum tentu juga laki-laki itu berstatus available. Lebih parah mana, dirinya atau Mikha? Tentu saja dirinya sendiri, pikir Kania dalam hati.

Kania Briolla : gue masih di sini. Gue setuju sama Maureen, deh kalo sudah menyangkut Mas Rio.

Mikhaila Ameera : kok lo begitu?

Kania Briolla : ya mau gimana lagi sih, Mik? Lo mau berjuang sampai matahari terbit dari barat kalo suratan takdir lo bukan Mas Rio apa lo mau menggugat takdir?

Maureen : udah deh, Mik. Lo balik aja ke Jakarta. Lo seneng-seneng sama Kania.

Kania Briolla : memang lo lagi nggak di Jogja?

Maureen : nggak, gue lagi di Bali. Lagi temani Mama liburan sama Papa.

Kania Briolla : ngapain lo ngintilin emak bapak lo bikin adek?

Seducing Mr. Julien Where stories live. Discover now