"Jangan bilang lo nungguin gue Fi?"
"Syukurlah, takut aja kalau lo cap gue sebagai orang yang banyak omong kosongnya doang."
Afi menggelengkan kepala, menutup mata, dan menghela napas kasar. "Omong kosong Gi!"
Meneguk saliva, Afi menahan diri untuk tidak menangisi pria yang telah pergi itu. "Udah, udah, udah, nggak pantes lo nangisin calon suami orang, Fi. Lo ... udah dewasa."
Afi meraih ponselnya dan mulai mengundang orang-orang di kantor untuk datang ke acara makan malam yang akan dia adakan di rumahnya sebagai peringatan bahwa Afi siap melepas dirinya yang dulu. Melepas harapan yang terpendam lama, hampir musnah termakan waktu.
Menjadi Afi yang lebih sabar dan bersyukur atas apa yang dia miliki.
Menjadi Afi yang akhirnya mau membuka hati.
Dan menjadi Afi yang tak akan mudah membalas dengan ikut menyakiti.
Yang memang ditakdirkan menjadi miliknya akan memiliki cara dan jalan untuk bertahan. Namun, Gio? Memang ditakdirkan hanya untuk menjadi salah satu pelajaran di hidup Afi.
"Afi?" Panggilan Jefri membuatnya menoleh.
Bukannya fokus terhadap Jefri, Afi lebih fokus terhadap Jafar yang berdiri di sampingnya. Keponakannya sudah berumur lima tahun sekarang. Afi kontan berlutut dan memeluk keponakannya kuat.
"Onty Afi kenapa?" tanya Jafar, polos.
Dari arah halaman depan rumah, Pia, Cici, Binar, dan Tami rupanya datang. Mereka menganga melihat asap dari halaman belakang, masih berpikir bahwa bisa saja Afi melakukan tindakan gila karena patah hati.
"Ya ampun ternyata lo cuma mau bakar memori Gio." Pia menghela napas lega. "Kaget gue Fi, sepanjang jalan udah overthinking brutal liat asap dari rumah lo doang."
Yang lain pun tertawa.
"Sini Fi, peluk!" Binar merentangkan tangan dan langsung disambut oleh Afi. "Keputusan lo buat ikhlasin calon suami orang emang lebih bener."
"Syukurnya, gue kehilangan Gio, bukan kehilangan kalian," kata Afi yang langsung disambut pelukan sambungan dari Pia, Cici, dan Tami.
"Ya Fi, lo masih punya kita, punya Jafar, punya Kak Jefri sama Kak Hania, punya orang tua yang sayanggg banget. Yang emang udah waktunya pergi, ya biarkan aja pergi. Ikhlasin. Semoga dapet yang lebih baik," jelas Binar sambil menguatkan pelukannya.
Biarpun hanya menjadi saksi, setidaknya Afi bahagia atas apa yang sekarang dia miliki, bukan terus-menerus tidak terima karena kehilangan orang yang sudah seharusnya pergi.
Afi tetap bahagia, walau tanpa pasangan mendampingi.
Dan kisahnya yang hanya sebagai saksi cinta GIOFI berakhir di sini.
= GIOFI =
by Rifannah_
SELESAI.
*
Start : 21-02-2021
Republish : 22-02-2022
Finish : 04-08-2022
Author's note Agustus 2022:
Tanggalnya dimulai dengan tanggal cantik, diakhiri tanggal berantakan. Sama kayak perasaan Afi, huhu.
Gimana perasaan kalian setelah baca GIOFI? Silakan komen.
Terima kasih buat para pembaca yang baca cerita ini dari awal sampai habis, terima kasih sudah vote dan komentar. Bagikan cerita ini ke teman-teman kalian juga ya, biar merasakan sensasi yang sama! Hihi💝
Maaf kalau ada kekurangan di cerita ini. Aku juga belajar banyak selama proses menulis cerita-ceritaku sendiri.
Oke, apakah ada sequel? Tidak. Afi udah jadi saksi hubungan Gio sama Ofi, alias GIOFI. Dia nggak perlu pasangan baru buat move on dari Gio atau lebih bahagia dari Gio. Dia sudah punya power untuk bahagia.
Semoga kalian dapat hikmah habis cerita ini. Yang Islam jangan lupa istigfar ya. Siapa tau sempat misuh selama baca cerita ini. Hehe, jaga-jaga aja.
Semoga juga, kalian ketagihan baca cerita-ceritaku yang lain. Aamiin. Sekali lagi, terima kasih yaaa semuanya💝 Oh iya, Please, kalau sudah baca ceritaku lebih dari satu, follow ya sebagai dukungan!
Jumpa di ceritaku yang lainnya!
YOU ARE READING
GIOFI (TERBIT)
Teen FictionSyafika dituntut untuk menjadi seperti kakaknya yang sukses di dunia kerja. Dia harus meraih nilai sempurna, peringkat satu setiap semester, dan mempertahankan beasiswa. Tentu saja dia merasa tertekan. Sisi monster dalam dirinya ingin mengamuk, teta...
● EPILOG ●
Start from the beginning
