Pia, Cici, Binar, dan Tami selaku teman yang paling awet dengan Afi tiba-tiba masuk ke kafe setelah menyapa Gio yang pergi. Mereka duduk di meja yang Afi singgahi sambil membuka undangan yang diberikan Gio, masing-masing satu.
Nama Giorufal Ardenas, S.E dan Rofira Arabella, S.E terpampang jelas di undangan itu. Juga tanggal pernikahan mereka: 08-08-2028. Tiga hari lagi.
"Curiga, mereka kuliah barengan juga." Pia menggelengkan kepala. "Kemungkinan Gio lanjutin usaha bokapnya, Rofira juga. Alhasil, usaha mereka gede dan makin kaya. Duh enaknya, instan banget hidup mereka."
"Betah banget ya Gio punya benalu. Sekarang benalunya malah nempel seumur hidup," celetuk Cici.
"Hus, Cici!" tegur Binar. "Kalau udah cinta, mah, mau sebenalu apa pun nggak akan kerasa."
"Emang Gio udah cinta sama Rofira, Fi?" tanya Tami ke Afi yang masih terdiam dari tadi.
Afi mengangguk. "Dan dengan bodohnya gue masih nunggu dia balik. Masih berpikir kalau kita itu bisa bareng, padahal enggak. Andai dulu gue ngamuk aja ya, pas dia dipaksa sama Rofira. Oh, atau gue bilang aja ya tadi, kalau aslinya gue ... masih ada sedikit kemauan nungguin dia?"
"Tapi konsekuensinya lo bakal dikeluarin dari sekolah dulu, Fi," balas Binar.
"Dan kalau lo bilang bahwa lo masih nunggu dia, berisiko jadi pelakor, Fi. Gio statusnya udah calon suami orang." Pia menambahkan.
"Kenapa lo nggak cari dia selama ini, Fi?"
"Udah dicari, tapi Gio emang susah dilacak Tami."
"Berarti dia emang bertekad menjauh dari lo, Fi, tadi dia balik cuma mau tepatin janji untuk kasih lo pertanda buat berhenti nungguin aja," simpul Tami.
Afi bangkit dari kursi. "Gue balik duluan ya. Nggak kuat."
Teman-temannya sontak berisik bertanya. "Kenapa? Kenapa? Ikut!"
"Kasih gue waktu sekitar tiga puluh menit di rumah, baru kalian boleh samperin."
Sampai di rumah, Afi kontan membersihkan kamarnya. Dia mencari segala sesuatu yang terkait dengan Gio. Mulai dari buku sketsa yang pernah pria itu berikan, kertas ulangan, buku tulisnya di kelas X yang pernah dicoret, semuanya. Dia juga membuka MacBook dan menghapus berbagai foto bersama yang masih tersimpan dari dulu.
Afi pergi ke halaman belakang rumah, membuangnya ke tempat sampah, menyalakan api, dan membakar semuanya hingga tak ada satu pun yang tersisa. Termasuk undangan Gio yang sebelumnya dia robek-robek menjadi beberapa bagian.
Nama GIOFI terbakar paling pertama.
"Terima kasih udah tepatin janji untuk kasih pertanda. Lain kali, kasih tandanya jangan terlalu lambat!" oceh Afi, masih kesal.
Dia sudah melenyapkan semua barang terkait Gio yang masih dia simpan selama ini.
"Please, doain gue bisa balik Fi, gue mau balik."
Tak disangka Afi benar-benar hanya menjadi saksi cinta ribet nan penuh drama GIOFI, bukan menjadi orang dari bagian nama tersebut. Undangannya benar-benar persis seperti nama yang Gio sebut saat mereka bertemu pertama kali.
"Nama kita kalau disatuin bisa nggak, sih? Gio ... Giofi?"
Afi tertawa kecut mengingat kejadian itu.
"Mungkin lo bakal bilang ini omong kosong doang Fi, gue nggak peduli, intinya gue ... suka lihat lo senyum. Beneran."
"Oh itu berarti gue yang terakhir? Beberapa tahun ke depan, bisa lo ... ehm, simpan perasaan lo sampai gue balik Fi?"
YOU ARE READING
GIOFI (TERBIT)
Teen FictionSyafika dituntut untuk menjadi seperti kakaknya yang sukses di dunia kerja. Dia harus meraih nilai sempurna, peringkat satu setiap semester, dan mempertahankan beasiswa. Tentu saja dia merasa tertekan. Sisi monster dalam dirinya ingin mengamuk, teta...
● EPILOG ●
Start from the beginning
