49 - Giat Belajar

Start from the beginning
                                    

Keributan tiba-tiba datang dari pintu kantin. Yah, mereka tahu siapa yang baru saja melangkah masuk. Benar, si Putri Disney yang kepalanya sudah sembuh dari cedera. Kali ini banyak teman perempuan yang berjalan di sampingnya bagai dayang-dayang istana. Rofira tak sedikit pun melirik ke Afi dan teman-temannya.

"Gue awalnya agak kesel, sih, pas lihat Afi lukain kepala dia tiga minggu lalu," kata Pia, "tapi sekarang, pas udah lihat mukanya yang makin ... maap nih ya, makin sombong itu, kayaknya dia emang pantes dilukain, upsie."

Afi menyikut Pia. "Udah-udah, cukup gue aja yang diancem bakal dikeluarin, lo jangan. Maklumi aja."

Rofira duduk di meja kantin khusus, terjaga dan paling aman dari para kakak kelas yang siap menerkamnya buas. Dia tidak memegang ponsel selama tiga minggu belakangan, karena masih dalam masa hukuman. Kini dia berbicara dengan asik kepada teman-temannya.

Yang terpenting, Gio sudah tidak lagi dia ikuti ke mana-mana. Cowok itu bebas melanglang buana.

* * *

Acara HUT SMA Darwijaya telah tiba. Ada pentas seni, pameran kelas, dan pengumuman peringkat tertinggi tiap angkatan jurusan. Afi amat deg-degan menunggu hari ini, sampai susah tertidur semalam.

Para orang tua juga datang di hari besar ini. Selain karena ingin berkunjung melihat acara, mereka juga mau melihat wajah-wajah siswa yang berhasil menduduki peringkat tertinggi di semester ini. Walau tetap saja, di semester selanjutnya atau semester genap, seluruh siswa akan diacak tanpa didasarkan pada tinggi atau rendahnya nilai.

Di tengah-tengah keramaian Afi berdiri menghadap panggung, sendirian. Jauh dari orang tua, kakak, dan teman-temannya. Dia tidak ingin mendengar segala harapan mereka. Dia juga tidak ingin melihat reaksi mereka secara langsung.

Kepala sekolah naik ke atas panggung dengan semangat menatap seluruh orang yang hadir ke acara HUT. Beliau tersenyum semringah, tidak menyangka acara ulang tahun sederhana yang diikuti dengan pengumuman ternyata akan seramai ini.

Setelah menyampaikan pembukaan mengenai pengumuman, tibalah saatnya sang kepala sekolah menyebutkan nama-nama siswa.

"Saya akan menyebutkan nama siswa peringkat tiga di jurusan IPS kelas XI," katanya sambil membuka sebuah amplop berwarna hijau pastel berisikan nama siswa.

Afi menutup mata, telapak tangannya saling berpadu. Berdoa dalam hati bertubi-tubi.

Di belakang, kedua orang tua Afi saling bergandengan bersama Jefri, amat berharap agar Afi tidak jadi dikeluarkan dari SMA Darwijaya. Teman-teman Afi bahkan saling berpelukan sambil terus berdoa.

"Semoga Afi ranking satu, semoga Afi ranking satu," kata mereka.

"Selamat kepada Haidar Al Ghazali!"

Tepuk tangan terdengar riuh seantero halaman tengah SMA Darwijaya. Siswa bernama Haidar Al Ghazali akhirnya naik ke atas panggung, sesuai panggilan kepala sekolah untuk menunggu dua siswa lainnya.

Jantung Afi semakin berdegup teramat kencang. Tangannya dingin, tubuhnya pun ikut bergetar. Dia berharap sekali namanya disebut sebagai peringkat satu di jurusan IPS, sebab inilah satu-satunya kesempatan terakhir.

Kepala sekolah sudah menerima amplop berisikan nama siswa peringkat dua. Beliau menganggukkan kepala saat membaca nama itu, mendekatkan diri ke microphone. "Peringkat dua di jurusan IPS kelas XI adalah ...."

"Semoga Afi ranking satu, semoga Afi ranking satu." Pia dan yang lainnya masih berdoa.

Dalam hati Afi juga mengulang kalimat yang sama.

GIOFI (Terbit)Where stories live. Discover now