37. Rencana Jahat

Start from the beginning
                                    

Dahi Naira mengernyit heran "Gimana?"

Geo meraih tangan kanan Naira lalu ia luruskan ke dekat wajahnya. Secara cepat, Geo mendekatkan mulutnya dan menggigit lengan Naira dengan gemas.

"Aw sakit Kak!" ringis Naira sambil memukul ubun-ubun Geo. Barulah Geo melepaskan gigitannya.

"Rasain." Geo terkekeh pelan melihat Naira yang meniup niup bekas gigitannya. Padahal ia tidak menggigitnya terlalu keras sehingga tidak ada bekas gigitan di sana.

"Kok kaya umur tiga tahun si mainnya gigit gigitan. Sini gue gigit balik!" Naira tidak terima, ia mencoba menarik tangan Geo namun Geo lebih cepat menghindar.

"Sini kalau bisa tangkap," ucap Geo sambil bangkit dari tempatnya dan berdiri. Begitupula dengan Naira. Ia berancang-ancang menangkap Geo. Namun usahanya gagal, Geo terus bisa menghindar. Mereka terlibat saling kejar di kosan Naira yang sempit. Keduanya tertawa senang menggema ke setiap sudut ruangan.

"Ayo sini tangkap dong. Ini gigit tangan gue." Geo meledek sambil tersenyum menggoda. Naira tertawa dan berusaha menangkat Geo yang lebih gesit darinya.

***

Tepat setelah kelas Mark bubar, Geo sudah berada di depan kelasnya untuk membicarakan kejadian kemarin. Ia hanya ingin meluruskan tentang chatnya kepada Naira agar tidak ada perselisihan dan salah paham. Setelah dosen pergi keluar kelas, sekelompok mahasiswa pun akhirnya keluar. Kebanyakan mereka berwajah semrawut, tidak terbentuk. Kelas di sore hari memang membuat mahasiswa sudah tidak peduli lagi dengan bentukan wajah mereka ditambah kepala yang pusing mencerna materi mata kuliah.

Geo menunggu satu persatu mahasiswa keluar kelas dan belum menemukan Mark disana. Ia jalan perlahan masuk ke dalam kelas, ternyata Mark masih duduk tenang merapihkan catatannya.

Geo menyeret bangku yang ada di samping barisan tempat duduk Mark, dan mendekatkannya ke samping Mark tepat. Tingkah Geo tidak membuat Mark terganggu sama sekali. Ia tetap berada di posisi sama sambil menulis sesuatu di ipad-nya.

"Woy! apatis banget!" cerca Geo melepas paksa satu earphone yang Mark gunakan. Mark memukul meja dengan kesal. Ia menoleh ke arah Geo dengan tatapan sinis.

"Ada apa? Mau bahas Naira lagi?" tanya Mark datar sambil kembali sibuk kepada ipad-nya.

Geo menyinggung senyum sinis. Ia bingung mengapa Naira bisa berteman dalam jangka waktu yang lama bersama orang semacam Mark.

"Iya! Nggak usah basa-basi lah ya, kenapa lu hapus chat gue di Hp-nya Naira?" Tangan Mark yang tadinya sibuk berhenti sejenak setelah mendengar perkataan Geo. Raut wajahnya sedikit syok.

"Maksud lu apa gue nggak paham."

"Enggak usah sok bego segala," cerca Geo meninggikan suaranya.

"Lihat gue chat Naira dan chat ini nggak masuk ke whatsapp-nya."

"Terus dengan itu lu nuduh gue? Kak Geo, lu beneran kakak tingkat gue bukan si? Kok asal nuduh kaya bocah gitu. Mental lu juga nggak cowok! Gini doang segala dibicarain."

"Gue cuman mau tahu...."

"Gue lagi sibuk. Kalau lu mau ngomongin itu nanti aja. Lagian lu mau rapat sama anak acara 'kan?"

Geo bergeming, mengapa Mark tahu rencana dia sore ini. Mungkinkah Naira memberitahu Mark.

"Langsung aja jawab, nggak usah di nanti nanti. Gue cuman tanya satu pertanyaan doang."

"Lu dengar nggak si?! Gue lagi sibuk!" Mark berteriak sambil memukul meja lagi. Geo memundurkan badannya karena syok. Wajah Mark merah padam, matanya melotot berwarna merah hendak menerkam seseorang.

Geo terkekeh kecil. "Santai bro," ujarnya sambil menenangkan Mark.

Mark berusaha mengendalikan diri. Ia diam sejenak sambil menarik nafa. "Jam enam kita ketemuan di parkiran."

Geo mengalah, ia setuju dengan Mark lalu pergi begitu saja tanpa permisi, meninggalkan Mark sendirian di kelas.

Saat Geo beranjak tidak sengaja ponsel dari saku belakang Geo terjatuh di kursi yang beralaskan busa tipis sehingga tidak membuat pemiliknya sadar bahwa ponselnya tertinggal. Geo berjalan tanpa menengok ke belakang.

Setelah Geo pergi, beberapa menit Mark melirik ke kursi yang Geo tempati tadi.

"Lu ceroboh juga ternyata," gumam Mark mengambil ponsel Geo sambil tersenyum sinis. Otak liciknya lansung kepikiran sesuatu untuk menyempurnakan rencananya.

"Maaf ya Naira sayang, hari ini kamu nangis bentar dulu habis itu kita bisa senang-senang kaya dulu," gumam Mark tersenyum penuh kemenangan.

Ia segera mengambil ponselnya dari tas untuk menelpon Kavi, menjelaskan rencana awal hingga akhir yang akan di eksekusi hari ini.

[Ada apa lagi? Gue sudah di kampus] Kavi langsung mengangkat panggilan dari Mark. Suaranya parah dan kesal.

"Sebelum ke sekre ketemu gue dulu di parkiran gedung A lantai 2. Gue dapat ide yang lebih bagus!"

TBC

Positif!Where stories live. Discover now