23

2.3K 115 12
                                    

Saya sedih plus kesel banget. Tadi udah hampir selesai nulis eh malah ilang 😭 Dicek revisiannya juga nggak ada. Nyesek parah 😢
Untung aja alurnya udah dicatet jadi nggak ngeblank

Coba bakar dulu dong semangat saya 🔥🔥🔥

Happy reading guys!!

Happy reading guys!!

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

..
.


Tubuh Keisha menggigil. Ia menarik resleting jaket hingga ke pangkal leher. Hujan semalam membuat udara pagi ini sangat dingin dibanding biasanya.

Pandangan Keisha memperhatikan aspal yang basah. Petrichor masih bisa tercium oleh hidung membuat perasaan tenang memenuhi dirinya.

Keisha merasa lega. Setelah lumayan lama berpikir, semalam ia berhasil bercerita kepada bundanya perihal perilaku Satria. Ia tidak pandai menyimpan rahasia dari Sofia. Apalagi selama ia hidup ia selalu curhat tentang apa pun kepada Sofia.

Motor berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah.

"Keisha?"

Lamunan Keisha buyar. "Hm?" balasnya singkat. Sesekali ia menggosok kedua telapak tangannya yang dingin.

"Kirain tidur," kata Aditya sembari menatap pantulan wajah Keisha dari spion motor.

"Berisik banget," gumam Keisha.

Aditya tersenyum simpul melihat Keisha yang memperhatikan bunga-bunga yang ada di taman kota sambil memanyunkan bibir. Keisha terlihat seperti anak kecil yang menggemaskan.

Alis Keisha mengkerut melihat punggung Aditya bergetar ringan. "Kok lo ketawa?"

"Habisnya komuk lo kocak Sa kalau lagi ngelamun gitu." Keisha menghadiahi Aditya dengan pukulan lumayan kuat pada punggungnya. "Woi sakit, Sa!"

"Makanya jangan nyebelin!" Keisha mendengus.

Napas Keisha tertahan saat Aditya membawa masuk kedua telapak tangannya ke dalam saku jaket lelaki itu.

"Daripada tangannya digunain buat nabok gue mending dimasukin ke sini. Gue tahu lo kedinginan."

Posisi seperti ini membuatnya memeluk tubuh Aditya. Sekarang bukan hanya telapak tangan Keisha yang hangat, tapi pipinya juga ikut memanas. Disusul jantungnya yang berdetak kencang.

Keisha jadi bertanya-tanya, apakah Aditya dapat merasakan detak jantungnya?

"Jangan baper!" Keisha berteriak dalam hati. Ia mengulangi kalimat itu seperti mantra. Ia tidak boleh terbawa perasaan dengan Aditya. Ia yakin Aditya hanya ingin mempermainkannya saja seperti yang sering lelaki itu lakukan pada gadis lainnya.

"Mau sampai kapan meluk tubuh gue hm?" Aditya menoleh sembari tersenyum miring.

Karena sibuk melamun Keisha tidak sadar kalau mereka sudah sampai di parkiran kantor. Keisha meloloskan tangannya dari saku jaket Aditya kemudian turun dari motor.

"Dongak Sa," kata Aditya lalu dituruti oleh Keisha. Lelaki itu melepaskan kaitan pada helm Keisha dan melepasnya.

Mereka berjalan bersama masuk ke gedung. Sampai di lobi mereka bertemu dengan Gaby. Perempuan itu menatap bingung sekaligus curiga ke arah Keisha dan Aditya.

"Tumben barengan. Ada apa, nih?" ujar Gaby sembari tersenyum jenaka.

Keisha mendongak ke arah Aditya namun lelaki itu hanya mengedikkan bahu sambil menyeringai.

"Mencurigakan." Gaby mengusap dagunya. Ia melayangkan tatapan tajam ke arah Keisha. "Nggak ada yang mau disampein Sa?"

Keisha menarik napasnya sejenak sebelum menjawab. "Jadi gue—

"Gaby! Ngerumpinya nanti aja. Bantuin gue dulu." Seorang wanita menepuk pundak Gaby. "Gue pinjem Gaby dulu ya," katanya seraya menarik tubuh Gaby menjauh.

"Lo punya utang cerita sama gue Sa," kata Gaby sebelum berhasil diseret oleh seniornya menuju lift.

.
.


Keisha kira Satria tidak akan mengganggunya lagi setelah Aditya menjawab telepon Satria tempo hari, tetapi ia salah. Lelaki itu masih saja cari-cari kesempatan untuk mendekatinya. Satria sama sekali tidak merasa bersalah atau malu dengan tindakan mesumnya kepada Keisha.

Bahkan Satria ingin mengajaknya makan siang berdua di luar. Tentu saja Keisha langsung menolaknya. Ia teringat dengan perkataan bundanya semalam. Ia harus bersikap tegas apalagi dengan orang seperti Satria.

Dan Keisha baru mengetahui fakta bahwa Satria memang gemar menggoda rekan kerjanya apalagi karyawan yang ada di bawahnya. Selain itu Satria juga sudah memiliki tunangan yang berada di luar kota.

Pak Satria

Km mau makan siang apa dek?

Keisha membalikkan ponselnya dengan kesal. Padahal sudah jelas Keisha menolaknya. Keisha menatap datar pada Satria yang sedang duduk tidak jauh dari kubikelnya.

"Keisha ada yang nyariin lo di depan." Tifani muncul di depan kubikel Keisha.

"Oiya? Thanks Tifani." Keisha berdiri dari kursinya. Ia berjalan menuju pintu dan menemukan Aditya dan Gaby.

"Buruan ke kantin. Lo harus cerita sama gue tentang kalian berdua," bisik Gaby sambil merangkul Keisha.

"Iya-iya sabar Bi. Jangan main tarik gini."

Aditya sempat bertatapan sejenak dengan Satria. Ia mendengus singkat sebelum melangkah pergi menyusul Gaby dan Keisha.

.
.


"Jadi gitu ceritanya."

"Sinting, tuh, senior! Gue dari awal emang rada-rada ngeliat dia. Tampang om-om mesum gitu tau nggak sih lho!" celoteh Gaby menggebu. Ia sampai mengepalkan kedua tangannya saking kesalnya mendengar cerita Keisha.

"Gue kira kalian beneran pacaran."

"Enggak lah!" sergah Keisha cepat. "Dia bukan tipe gue." Matanya melirik Aditya.

Aditya menopang kepalanya dengan sebelah tangan. Tatapannya lurus ke arah Keisha sembari melemparkan seringai khasnya. "Oke, awas aja kalau nanti lo beneran suka sama gue. Siap-siap jilat ludah sendiri."

Keisha membuang buka ke samping. "Enggak akan!"

Ya, Keisha tidak akan jatuh ke dalam tipu daya Aditya. Lagi pula hubungan mereka ini akan segera berakhir mengingat masa magang mereka tersisa kurang dari satu minggu lagi. Setelah itu mungkin mereka tidak akan sering bertemu dan rasa suka itu tidak akan pernah muncul dalam hati Keisha.

BERSAMBUNG

Main Character [Mature Content]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora