9

3.3K 99 0
                                    

4 tahun lalu

Sudah hampir lima bulan Keisha memperhatikan Eras. Setelah kejadian di UKS, ia tidak bisa berhenti untuk memikirkan Eras. Sadar atau tidak, laki-laki itu selalu menyelinap masuk ke dalam pikirannya. Keisha selalu mencoba untuk menjadi lebih dekat dengan Eras. Seperti saat ini, di seberang sana Eras tengah tertawa bersama teman-temannya sembari menyantap makanan—sekarang sedang jam istirahat. Dari meja ini Keisha menatap Eras sambil bertopang dagu. Sedari tadi senyumnya masih tercetak jelas.

Walaupun masih tidak jelas apakah Eras sudah memiliki kekasih atau tidak, tapi Keisha cukup senang sebab dirinya dan Eras bisa lebih akrab. Kedua mata Keisha berbinar terang kala Eras balik menatapnya dengan senyuman manis dan lambaian tangan. Cepat-cepat Keisha ikut melambaikan tangannya.

"Ah, manisnya," gumam Keisha. Ia berkali-kali jatuh dalam pesona lelaki itu. Untung lah saat ini ia hanya duduk sendiri sehingga ia bisa dengan bebas mengucapkan berbagai pujian untuk Eras.

Semasa SMP Keisha tidak memiliki teman yang selalu bersamanya. Katakan lah ia pribadi yang pendiam dan susah untuk memulai suatu pembicaraan dengan orang baru. Ia lebih nyaman di saat sendirian karena ia bebas untuk melakukan sesuatu.

Senyuman Keisha luntur ketika salah seorang teman Eras yang duduk di sampingnya menatap datar ke arah Keisha. Tatapan lelaki itu membuatnya kesal.

"Kenapa dia natap aku kayak gitu?" Malas untuk bersitatap dengan lelaki itu lebih lama, Keisha membuang mukanya ke samping. Kebetulan makanan Keisha sudah habis jadi ia beranjak pergi dari kantin.

.
.

Selain gemar memperhatikan Eras di kantin, Keisha juga suka menonton Eras latihan basket. Hari ini ada pertandingan sahabat tim basket sekolahnya dengan tim basket sekolah sebelah. Tribun sudah ramai diisi penonton—lebih banyak didominasi oleh murid perempuan. Mungkin mereka sama seperti Keisha, niat duduk disini bukan untuk melihat pertandingan namun melihat Eras.

Teriakan menyemangati dari Keisha berpadu dengan teriakan penonton lainnya. Lapangan indoor tersebut ribut bukan main. Koor membahana tidak berhenti terdengar.

Keisha dapat melihat Eras dengan gesit dan lincah berlari menggiring bola menuju ring lawan. Ia mengoper bola tersebut kepada salah satu rekan timnnya dan mencetak poin. Eras melayangkan telapak tangannya untuk mengajak tos teman setim-nya itu. Peluh membasahi jersey-nya yang bercetak angka 24. Keisha tahu arti angka itu, 24 adalah tanggal kelahiran Eras. Ya, ia sudah mencari tahu segala hal tentang Eras termasuk temannya yang kemarin menatap datar Keisha di kantin.

Nama lelaki itu Aditya, lebih lengkapnya Sebastian Aditya. Ia satu angkatan dengan Keisha. Aditya kelas 9A, kelasnya berada di gedung utama. Dan kalian tahu, sekarang si Aditya itu sedang duduk sebarisan dengan Keisha. Mereka hanya berjarak dua kursi saja.

Kembali Keisha membuang muka saat Aditya melirik ke arahnya. Apakah suara Keisha terlalu kencang sampai bisa menarik atensinya?

"Oh my— gue lupa kalau hari ini ada les. Mampus mami gue marah-marah, nih. Yuk pulang," ujar perempuan di samping Keisha.

"Yah, nanggung banget lho ini. Bentar lagi selesai tandingnya," jawab perempuan yang satunya.

"Gak bisa. Mami gue udah ngamuk."

"Ya udah, deh."

Kedua perempuan itu beranjak pergi. Sekarang Keisha semakin terlihat oleh Aditya karena tidak ada lagi yang menghalangi mereka. Keisha menjadi tidak fokus menonton pertandingan di lapangan karena dari ekor matanya ia dapat tahu kalau Aditya sesekali masih memperhatikannya.

"Nyebelin banget." Keisha bergumam pelan tanpa bisa didengar oleh Aditya.

Ponsel di atas paha Keisha bergetar beberapa kali. Ia melihat ponselnya, ternyata pesan dari bundanya yang memberitahu kalau ia sudah berada di depan gerbang untuk menjemputnya. Ah, Keisha lupa kalau sekarang sudah sore.

Main Character [Mature Content]Where stories live. Discover now