-: ✧ :-゜20 ・.

726 103 2
                                    

[Name] PoV
.
.
.
Akhirnya aku berhasil diterima di klub drama karena rencana yang dibuat oleh Sho. Dan ya, kurasa sebaiknya aku mengucapkan terima kasih padanya dan pada keempat orang lainnya (yaitu Amu, Upi, Toro, dan Kiki) karena mungkin mereka juga membantu Sho dalam membuat rencana itu.

Kini aku resmi menjadi anggota dari dua klub yaitu klub musik dan klub drama. Akhirnya setelah sekian lama, aku bisa menyalurkan hobiku yaitu bermain piano atau keyboard juga menulis cerita.

Saat ini aku tengah berada di ruang klub musik dan sedang mencoba memainkan lagu buatan Kiki dengan menggunakan piano.

Begitu aku memainkan piano mengikuti not lagu yang ditulis Kiki (walaupun aku hanya melihat not nya sekilas) , sebuah melodi manis juga ceria langsung terdengar bergema di ruangan yang telah sepi ini.

'Prok prok prok'

Mendengar suara tepukan tangan itu membuatku sontak menoleh kearah asal suara. Yang pertama kali terlihat olehku adalah sosok Kiki yang bertepuk tangan dengan senyumannya.

"Padahal aku baru kasih lagunya sekarang, tapi kamu udah lancar maininnya. Terus tadi kamu cuma liat not nya sekilas ya? Hebat." puji nya yang berhasil membuatku tersipu malu.

"I-itu tadi cuma... Insting? Tapi, makasih." tanggapku setengah malu-malu.

Kiki menanggapi ucapanku yang malu-malu hanya dengan tertawa renyah dan sedikit mengacak rambutku.

Aku memasang raut cemberut dengan menggembungkan pipiku,

"Jangan diacak, aku gak bawa sisir." protes ku.

Lagi-lagi Kiki hanya tertawa, "Maaf maaf, tadi aku reflek. Tapi sengaja sih..."

Aku memukul pelan bahunya, "Tuh kan sengaja!"

"Pfft--"

Mendengarnya yang seperti menahan tawa membuatku semakin ganas memukul-mukul bahunya (tapi tentu saja dengan pelan).

"Kok malah ketawa? Kiki nyebelin! Hmph!"

Akhirnya tawanya yang terdengar puas itu pun lepas,

"Aduh, kok kamu lucu sih? Jadi gemes kan." ucapnya di sela-sela tawanya yang sudah mereda.

"Harusnya kamu bilang gitu ke Amu, bukan aku." kataku yang mengalihkan pandangan darinya.

Dan kenapa pula wajahku malah terasa memanas? Apa mungkin wajahku sudah memerah karena disebut 'lucu' oleh Kiki?

Maafkan aku, Amu... Aku sungguh tidak bermaksud...

"Ciee yang nge blush." godanya diiringi oleh tawa kecilnya.

"Apa sih? Jangan godain anak orang sembarangan! Udah sana keluar!" usir ku lengkap dengan gerakan tangan mengusir.

"Loh? Kok malah aku yang keluar? Ini kan klub ku." katanya.

Entah mengapa aku malah kelabakan dan jadi salah tingkah,

"Yaudah aku aja yang keluar." kataku yang beranjak bangkit dari kursi depan piano dan hendak berjalan keluar dari ruang klub musik.

Kiki memegang tanganku, "Ehh bentar! Jangan keluar dulu!"

Aku berbalik dan menatapnya tajam, tapi yang ditatap malah senyum-senyum tidak jelas.

"Lagi kesel juga kamu masih keliatan imut ya." ucapnya gamblang yang sontak membuat wajahku kembali terasa memanas.

"Dih gombal. Udah ah, kalau kamu cuma mau godain aku mending aku ke klub drama aja!" kataku yang pura-pura ngambek--yah, tidak sepenuhnya pura-pura sih...

Our Bond (WEE!!! x Reader) Where stories live. Discover now