-: ✧ :-゜06 ・.

1.7K 300 6
                                    

[Name] PoV
.
.
.
"Ibu! Main y--hmmph!"

Ucapanku terhenti saat ada sebuah tangan yang menutup mulutku.

"Shh. Ibu lagi nge jahit, jangan ganggu." kata orang itu yang ternyata adalah Kakakku.

Saat aku memperhatikan Ibu, ternyata Ibu memang sedang menjahit sebuah syal berwarna putih dengan sedikit aksen berwarna [fav color].

Aku dan Kakak mendekati Ibu secara perlahan agar tidak membuyarkan konsentrasi Ibu yang sedang menjahit.

Tepat di pangkuan Ibu, terlihat syal berwarna putih dengan sedikit aksen berwarna pink yang sepertinya sudah jadi.

"Ibu bikin syal buat siapa?" tanya Kakak pada akhirnya.

Ibu menghentikan kegiatannya, dan menatap kami satu per satu dengan senyuman lembutnya.

"Buat kalian lah, emang buat siapa lagi coba?" jawab Ibu dengan tertawa kecil yang terdengar begitu lembut.

"Terus yang udah jadi itu buat aku?" tanya Kakak lagi.

"Iya ini buat kamu. Ayo sini coba syal nya!" jawab sekaligus pinta Ibu.

Kakak mendekati Ibu dan Ibu pun melilitkan syal bercorak pink itu pada leher Kakak.

"Gimana? Kamu suka gak?" tanya Ibu.

"Suka! Suka banget malah!" jawab Kakak yang sepertinya sangat senang.

Ibu lalu melihat kearahku dan tersenyum, "[Name], kemarilah... Anakku yang manis."

Aku berjalan mendekati Ibu dan Ibu langsung memakaikan syal bercorak [fav color] yang tadi dijahitnya padaku.

Aku memegang ujung syal itu dan memperhatikannya dengan seksama.

Saat memakainya, rasanya hangat. Motifnya yang hanya berupa bunga kecil berwarna [fav color] juga membuat kesan 'manis' terlihat pada syal ini. Sederhana dan manis, aku sangat menyukainya.

"Gimana? [Name] suka kan?" tanya Ibu.

Saat aku melihat ke arahnya dan baru akan menjawab, perkataan yang akan keluar malah tercekat di tenggorokanku saat melihat Ibu yang nampak menyeramkan dengan luka bakar di seluruh tubuhnya.

"[Name], anakku yang manis... Kamu sayang sama Ibu kan?" tanyanya dengan suara yang entah mengapa terdengar mengerikan hingga membuatku merinding.

Aku tidak bisa menjawab ataupun bergerak karena saking takutnya. Seluruh tubuhku terasa beku dengan jantung yang berpacu dengan cepat.

Ibu tersenyum, tapi bukan dengan senyuman lembut yang biasa beliau perlihatkan selama ini. Senyumnya kali ini terlihat mengerikan dengan sudut bibirnya yang tertarik hingga mendekati telinganya.

Tangan Ibu yang dipenuhi dengan luka bakar terulur meraih ku. Ibu mencekik leherku hingga rasanya sulit untuk bernapas.

"Kamu sayang sama Ibu kan? Kamu mau ikut sama Ibu kan?" tanyanya dengan senyuman yang semakin melebar dan mengerikan.

"Le... Pa... S..." ucapku dengan suara tertahan.

Bukannya melepas, Ibu malah semakin mencekik leherku sembari tertawa.

'Plak'

Tiba-tiba saja aku merasakan ada seseorang yang menampar pipiku dengan cukup kencang. Begitu aku menyadarinya, aku sudah berada di taman tempat yang sering ku datangi dengan Sho saat waktu luang.

Our Bond (WEE!!! x Reader) Where stories live. Discover now