KH P.10

2.9K 281 22
                                    

Ketika pria itu ingin membuka celana Porchay. Tiba-tiba...

Bugh.
.
.
.

"Arghhh, sialan!", pria itu memegang kepalanya sambil mengumpat dan terduduk di lantai.

Ternyata saat pria itu mendekati area celana Porchay, Porchay langsung membenturkan kepalanya dengan kepala pria itu dengan sangat kencang. Benturan itu membuat kepala pria itu mengeluarkan darah, sama halnya dengan Porchay. Namun Porchay tidak memperdulikan rasa sakit yang dia rasakan. Dia hanya ingin sangat berusaha agar tubuhnya tidak disentuh oleh pria itu, khususnya bagian sensitifnya. Dia sangat tidak sudi jika bagian tubuhnya di sentuh oleh siapapun.

Pria itu meringis kesakitan. Kini rasanya dia tidak bisa menahan amarah terhadap Porchay. Dia merasa sudah memperlakukan Porchay dengan baik, namun tidak dengan Porchay terhadapnya. Pria itu bangkit dan mendekati Porchay.

Plakkkk.

Plakkkk.

Pria itu menampar Porchay dengan keras hingga sudut bibir Porchay mengeluarkan darah.

Bughhh.

Bughhh.

Bughhh.

Tendangan bertubi-tubi ditujukkan pada bagian perut Porchay. Porchay terjatuh bersama dengan bangku yang dia duduki.

"Ahhh! Perutku",

"Perutku, hikss. Sa-kit", ringisnya pelan.

Porchay hampir menitihkan air mata. Dia sudah berusaha melawan, tapi kenapa Tuhan masih belum berpihak kepadanya. Ini bahkan sudah hampir tengah malam, tapi seseorang belum juga datang untuk menyelamatkannya. Sekarang tubuhnya semakin panas, dan kini perutnya sangat sakit. Porchay tidak menyadari bahwa darah sudah mengalir hingga area kakinya.

Laki-laki itu membungkuk, menatap Porchay dengan dekat. Porchay hanya menatap tajam pria itu.

"Apa yang kau inginkan dariku? Hah?!", tanya Porchay kepada pria itu.

"Tidak ada", ucap pria itu santai.

"Lalu apa yang sedang kau lakukan padaku jika kau tidak mengiginkan apapun dariku?!", tanya Porchay lagi dengan penuh amarah.

"Aku hanya ingin membuat suamimu panik", jawab pria itu.

"Bodoh!", umpat Porchay kepada pria itu.

Pria itu hanya menoleh menatap Porchay lagi dengan tatapan heran.

"Kau bodoh! Kau tau? Hah? Ah, kau tidak tahu ternyata", ucap Porchay.

"Diam! Akan kubunuh kau!!", teriak pria itu sambil menarik rambut Porchay.

"Arghh! A-aku jelaskan padamu Tuan. Suamiku tidak akan pernah ke tempat ini. Dia tidak akan pernah datang ke tempat ini. Kau salah! Kau ingin membawa diriku kemanapun, bahkan jika aku dikubur hidup-hidup olehmu, suamiku tidak akan pernah mencariku. Kau pikir dia peduli padaku?! Kau hanya membuang-buang waktu!", jelas Porchay.

"Benarkah? Ah. Baiklah kalau begitu. Mari kita lihat. Jika suamimu tidak bisa datang dalam waktu 10 menit lagi ke tempat ini, maka kau akan jadi santapan anak-anakku. Mereka sudah sangat kelaparan sekali", ucap pria itu sambil pergi meninggalkan Porchay yang masih dalam keadaan tertidur di lantai.

"Bangunkan dia! Dan aku perintahkan kalian! Jika 10 menit Kim tidak datang, kalian boleh memakainya. Pakai dia sampai kalian puas! Bahkan aku akan senang jika kalian memakainya sampai mati!", ucap pria itu dan berlalu seketika dari ruangan itu.

Porchay yang mendengar itu langsung menutup kedua matanya. Sayatan demi sayatan kata-kata pria itu sangat terasa, begitu terasa mengiris hatinya. Dia menitihkan air mata. Mungkin sudah saatnya dia pergi dari dunia. Dia mulai berpikir bahwa sampai saat ini tidak ada yang menyayanginya selain Ibu dan Hia-nya. Bahkan disaat ingin bertemu Ibu dan Hia-nya, Tuhan tidak mengizinkannya, hingga akhirnya dia harus berakhir dengan menjadi tahanan dan mungkin sebentar lagi dia tidak akan ada di dunia.

KIND HUSBAND [[JEFFBARCODE]]Where stories live. Discover now