35. Ide Gila Lagi

Começar do início
                                    

Mark tersenyum sinis ke arah Geo lalu kembali menarik Naira untuk pulang ke rumah. Saat di depan pintu, Mark sempat menoleh ke arah Kavi memberi kode bahwa ia datang di saat yang tepat. Pastinya Mark akan memberikan bonus. Keadaan itu membuat Mark menang dan bisa membalikkan keadaan.

***

"Kamu lihat 'kan tadi Geo sama Kavi barengan." Mark mulai beralibi. Matanya fokus ke depan jalan.

Naira tidak menyahut. Ia tidak tahu harus mengikuti apa kata hatinya atau percaya dengan segala pendapat Mark.

"Dugaan aku bener Ra, mereka itu sekongkol!" teriak Mark mengambil kesimpulan. Naira menoleh ke arah Mark dengan tatapan tak percaya.

"Jangan gitu Mark. Kita nggak bisa nuduh Kak Geo karena kejadian tadi doang." Naira memilih apa kata hatinya.

Mark berdecak kesal. "Nai buktinya itu sudah jelas. Kalau satu atau dua kali bisa Nai disebut kebetulan tapi kalau ini 'kan sudah berkali-kali. Lagian aneh banget kalau mereka nggak berteman tapi Kavi bisa tahu Kak Geo pulang dari rumah sakit dan anterin dia kaya tadi."

"Aku nggak ngerti Mark kenapa mereka bisa barengan kaya gitu. Tapi mungkin aja Kavi sama Geo nggak sengaja ketemu." Naira masih membela Geo. Semuanya memang terlihat runtut dan mungkin saja ucapan Mark itu adalah nyata bukan kebetulan semata. Tapi isi kepala Naira masih berpikir positif.

"Duh capek ya ngomong sama kamu,"cerca Mark tampak badmood.

"Aku bukannya nggak percaya sama kamu tapi...."

"Sudah lah Nai, percuma juga kalau kamu masih taruh kepercayaan ke Kak Geo. Sejelas apapun bukti kamu tetap bela dia."

Naira tertegun, tak berani menjawab memberikan perdebatan. Ia memilih diam, menatap jalan sambil terlarut dalam lamunan. Suasana mobil berubah jadi sepi lagi.

***

Geo menghela nafas panjang dan berat sambil menduduki kursi belajarnya. Matanya menatap lemari yang telah dirapihkan. Sebagian ruang disana terasa kosong setelah baju baju Naira di bawa pergi.

"Nih makanannya." Kavi tiba-tiba datang dengan menjinjing kantung plastik putih berisi ayam geprek langganan Geo. Beberapa menit lalu Geo memesannya lewat ojek online.

"Thank you Kak, sorry jadi lu yang ambil."

"Santai aja."

"Yaudah gas deh kita makan." Geo dan Kavi duduk lesehan di lantai sambil membuka Styrofoam dan mulai memakannya.

Tidak ada percakapan saat mereka makan. Namun beberapa menit kemudian Kavi mulai bersuara.

"Sebenarnya lu ada hubungan apa sama Naira?" Tanya Kavi pura-pura tidak tahu.

Geo mengatupkan bibirnya rapat. Sendok yang sudah ada di depan mulutnya, ia kembalikan lagi, tak jadi menyuap.

"Gue percaya sama lu nggak bakal bocorin rahasia. Jadi gue sama Naira itu tinggal satu kosan dari bulan lalu," jelas Geo yang dibalas anggukan kecil oleh Kavi.

"Tapi lu berdua pacaran?"

Geo menggeleng cepat.

"Cuman lu suka sama dia?"

"E-nggak juga si Kak." Geo menjawabnya nya ragu-ragu. Sebenernya ia juga tidak yakin dengan jawabannya itu.

Tiba-tiba ponsel Kavi yang ia letakkan di saku kanan bergetar. Ia langsung mengeceknya dan disana ada panggilan masuk dari Mark. Kavi melirik sekolah ke arah Geo yang tengah menguyah makanannya.

"Bentar gue mau ambil sesuatu dulu di motor," ucap Kavi berdusta lalu ia pergi untuk mengangkat telepon dari Mark.

Setelah berjalan cukup jauh dari kamar Mark, Kavi segera mengangkat telepon itu. Lalu menempelkan ponselnya di telinga.

[Lu dimana?] tanya Mark daru ujung sana.

"Kosan Geo."

[Kali ini gue suka sama tindakan lu. Nanti gue kasih bonus.]

Kavi tak menyahutinya, ia hanya mengangguk kecil.

[Besok gue minta lu godain Naira lagi dan gimananya caranya sampai dia trauma tapi jangan berlebihan apalagi sampai lu sentuh Naira. Terakhir lu harus bilang kalau lu adalah suruhannya Kak Geo.]

"Hah? Lu gila? Kenapa jadi bawa-bawa Geo?"

[Sudah lah lu nggak usah banyak tanya! Jalanin aja, kalau lu bisa berhasil buat Naira percaya lu itu suruhan Kak Geo gue bakal bayarin semua biaya tunggakan rumah sakit ibu lu!] suara Mark terdengar meninggi. Ucapannya membuat Kavi bergeming cukup lama. Ia sangat setuju dan senang mendengar penawaran Mark namun disisi lain ia merasa harga dirinya diinjak-injak, seolah-olah ucapan Mark adalah suatu bentuk penghinaan terhadap Kavi dan ibunya.

****

Apakah kalian ingin cerita ini dilanjutkan???

Positif!Onde histórias criam vida. Descubra agora