01 . Amara's life.

92 73 109
                                    

Tampak sosok gadis yang saat ini sedang duduk sembari menatap kearah luar lewat jendela kelasnya. Netranya memandang dengan tatapan kosong. Melamun dan kembali memikirkan sesuatu yang tidak diketahuinya secara pasti. Sepertinya hal tersebut telah menjadi rutinitas gadis itu belakangan ini.

"WAYAE WAYAE!!"

Teriakan absurd itu berhasil membuyarkan lamunannya. Gadis itu mengalihkan pandangannya, dilihatnya empat orang anak dari kelas sebelah yang baru saja menerobos masuk kedalam kelasnya.

Mereka adalah, Somi, Mingyu, Haechan dan Jeno. Teman dekatnya Amara. Mereka bener-bener gatau malu, nerobos masuk ke kelas orang lain sambil berteriak seenaknya. Untungnya kelas Amara udah ga terlalu rame karna bel pulang sekolah udah berbunyi sejak beberapa menit lalu.

Salah seorang dari mereka kembali mengeluarkan suara cempreng yang telah menjadi ciri khasnya.

"CILOK WOI CILOK!! mau cilok ga, Ra?" tanya Somi sembari menyodorkan plastik kecil berisikan cilok yang sebelumnya sudah ia lahap sebagian.

"Dih, ogah. Udah gede kok makannya cilok," jawab Amara sembari menatap lawan bicaranya itu dengan sinis.

"WOI SEJAK KAPAN MAKAN CILOK DIKENAI BATAS USIA?!"

"Berisik lo Som. Btw, Amara doang nih yang lo ditawarin?" ucap Haechan yang berusaha mengalihkan atensi Somi agar gadis itu tidak meributkan hal yang tidak penting lagi.

"Oh. Gyu, lo mau ga?"

Yang ditanyai hanya menggelengkan kepala ringan.

"Jeno? Mau ga lo?"

"Gak, makasih."

Dan dari sinilah ketenangan hidup seorang Amara Jelyona, mulai terancam.

"Cih, pantesan jones. Kaga peka bener jadi cewe." sinis Haechan.

Ah, here we go again.

"HEH? MAKSUD LO APA?? SALAH EMANG KALO GUE NAWARIN MEREKA CILOK?"

"GUE BILANG GITU BIAR LO NAWARIN GUE, SOM! NAWARIN GUE!"

"LAH KOK NYOLOT?! CILOK CILOK GUE JUGA, YA TERSERAH GUE DONG!!"

"LAPANGAN LUAS WOY! AYO, GUA WASIT!" kali ini Mingyu yang berteriak.

"BERISIK ANJING!"

"........"

"Mau lo pada gue sumpel balsem? Perkara cilok doang diributin!" Jeno yang sedari tadi hanya menyimak kalem kini bersuara.

Sepertinya pria itu sudah cukup lelah, ia merasa telinganya akan segera kehilangan fungsinya jika terus-terusan berada diantara teman-temannya itu.

"Apa deh? Ngikut aja nih kuyang, sok asik." Somi bergumam perlahan, namun gumamnya tersebut masih bisa didengar oleh keempat temannya itu.

"Ngelunjak ya lo." ucap Jeno sembari mengangkat kursi didekatnya kemudian berancang-ancang ingin melempar Somi.

"WEH WEH MINGYU, TAHAN SI JENO, GYU!" teriak Amara tiba-tiba yang kemudian menarik Somi agar menjauh dari Jeno.

"NYEBUT LO JEN NYEBUT! JANGAN GITU ANJIR, TEPAR NTAR DIA!" Mingyu berteriak sambil mencoba menahan Jeno yang kini jiwa hulknya telah lepas kendali.

"Pemirsa, kembali lagi bersama saya Haechan si tampan rupawan yang tidak sombong. Kali ini terjadi pertengkaran antara tuan Jeno dan nona Somi. Mari kita lihat siapakah yang akan menang??"

PLAKK

"BANGSAT CHAN, LO YANG BENER AJA! BANTUIN WOI!!" Teriak Amara setelah ngegetok kepalanya Haechan.

Beginilah jadinya jika Jeno dan Somi disatukan. Kelakuannya sepertinya satwa liar yang tidak diawasi.

Untung Mingyu dan Amara sudah profesional menghadapi teman-teman mereka yang brutal. Haechan? Anak itu hanya bisa membuat suasana semakin tak terkendali.

Jeno kemudian menurunkan kursi yang tadinya ia coba lemparkan kearah Somi. Pria itu masih setia menatap Somi dengan tatapan sinisnya. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum dengan wajah tanpa dosa kemudian mengangkat kedua tangannya sembari menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah secara bersamaan dikedua lengannya. Mencoba menunjukkan tanda perdamaian ✌🏻.

"Hehehe, peace. Jangan serius amat, tua lo nanti"

"Loㅡ"

Belum selesai Jeno meneruskan kalimatnya, Amara langsung memotongnya. Berjaga-jaga agar pertengkaran diantara teman-temannya tidak terjadi lagi.

"Udah, Jen udah. Mending kita semua makan siang bareng yuk? Sekalian main kemana gitu, udah lama juga kita ga main bareng, kan?"

ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ____________

Mereka berlima akhirnya sepakat untuk pergi makan siang bersama. Saat ingin keluar menuju gerbang, mereka berhenti sejenak di lapangan sekolah tempat latihan basket. Terdapat beberapa murid yang sedang menjalankan ekstrakulikuler basket disana.

"Buset, itu yang dipojok ganteng banget Gila!" ucap Somi sambil menunjuk salah satu murid disana.

"Aduh neng, ngapain jauh-jauh sih liatnya sampe kesana?" kali ini Mingyu yang bersuara.

"Tau itu, kan ada gue, Jeno sama Mingyu," ucap Haechan menambahi.

Gadis itu menoleh kearah sumber suara.

"Lo bertiga? Ganteng? Hueek. Narsis banget, cih." ucap Somi yang meledek ketiga pria itu dengan berakting seolah dirinya akan muntah.

"Haruskah ni cewek kita pelet dulu, baru dia mau mengakui kalo kita ini ganteng??" tanya Jeno pada Mingyu dan Haechan.

"Nanggung bro. Modelan kaya dia mah kita santet aja langsung." ucap Mingyu sambil merangkul bahu Haechan dan Jeno.

Bersamaan dengan itu, beda halnya dengan Amara yang menatap para murid yang sedang bermain basket dengan tatapan kosong. Memikirkan hal yang tidak diketahuinya secara pasti, lagi.

Have We Met? || Kim DoyoungWhere stories live. Discover now