|Chap -6|

0 0 0
                                    

Sebelum baca aku mau kalian pencet ⭐ setelah itu kalau ada typo mohon di 💬. Terima kasih...

||
-
||
-
||



P

agi harinya dikediaman Narendra telah bersiap-siap untuk sarapan pagi. Gamma yang baru keluar dari kamarnya dan saat ini sedang menuju ke ruang makan menemui kedua orang tuanya.

"Pagi sayang." Sapa sang mama saat melihat Gamma yang akan mendukung kursinya.

"Pagi Mi!." Balasnya. "Pagi Pi!" Sapanya ke si Papi.

"Hmm.." dehem Papi. "Tadi malam pulang jam berapa.?" Tanya si Papi sambil melirik sang anak yang sedang mengoles selai ke roti.

Gamma berhenti sesaat mendengar pertanyaan sang Papi. "Jam 11 Pi." Jawabnya.

"Oh..."

"Papi udah selesai. Mau berangkat bareng Papi?." Tanya Papi ke si anak, Gamma.

Gamma yang sedang memakan rotinya menoleh, "gak usah Pi. Gamma bawa motor!."

Papi mengangguk paham, setelah itu pergi tanpa menyapa sang istri. Gamma yang aneh melihat tingkah sang Papi bertanya kepada Maminya.

"Papi kenapa Mi?"

"Mami juga gak tau. Dari semalem begitu."

"Minta jatah kali Mi." Ucap Gamma enteng

"Emang kamu mau punya adik?."

"Ya Gamma sih mau-mau aja. Tapi itu tergantung Mami ama Papi."

"Tapi gimana kalo Gamma aja yang kasih Mami Papi cucu." Ucapnya sambil melirik Maminya, ingin melihat reaksi maminya.

"Maksud kamu? Oh apa jangan-jangan kamu udah ngelakuin--".

"Mi.. mi tenang dulu."

"Gimana Mami bisa tenang anak Mami udah ngelakuin yang begituan."

"Mami dengerin Gamma dulu."

"Oke Mami dengerin kamu. Jadi siapa cewek itu?" Ucap Mami dengan pertanyaan mengintimidasi.

"Aduh salah ngomong kan gue." Gumam Gamma sembari menggaruk kepalanya.

"Gini Mi.." sambil menghela nafas. Maminya ini emang selalu heboh dengan masalah sepele. Kan niat Gamma hanya bercanda tapi Maminya selalu menanggapi serius. Kacau jadinya.

"Misalnya. Misal ya Mi, jangan serius! Kalo Gamma nikah pas SMA Mami setuju gak. Biar Mami ada temennya dirumah, kalo Papi sibuk." Mudah-mudahan Maminya...

"Setuju.." ucap Mami senang.

"Lah kok Mami setuju. Kan ini misalnya, bukan serius." Gamma frustasi.

"Mau seandainya, mau misalnya apalagi kamu serius Mami setuju. Mami harus telpon Papi."

"Akhirnya punya mantu..." Teriak Mami menuju lantai atas.

"Kan salah ngomong gue. Bisa-bisa panjang urusannya ini mah."

"Bodo lah mending berangkat aja."

Pagi-pagi udah bikin mood Gamma buruk karena perbuatannya sendiri. Tapi tak apa, yang penting Maminya tidak kelihatan murung lagi.

Tapi masalahnya cuma satu. Gimana kalau maminya memang bener ingin punya mantu dan itu disetujui oleh papinya?...

Ada yang mau jadi istri Gamma?

"Bi... Gemma berangkat sekolah dulu." Teriaknya ke pada bi Nana yang berada di dapur.

"Iya den hati hati ." Sahut bi Nana.

GammArsenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang