Olimpiade Biologi - 20 November 2019

Start from the beginning
                                    

"Biologi, Ta. Kalo kamu?"

"Ekonomi, hehe."

Aku berdecak kagum. "Keren." ujarku seraya mengacungkan jempol.

"Anak-anak kumpul di lapangan dulu, ya. Sebentar lagi ibu keluar setelah selesaikan urusan dengan kepsek."

Beruntung cuaca siang ini tak begitu terik-cenderung mendung justru. Jadi kami tak banyak mengeluh dan malah asik mengobrol tentang olimpiade nanti.

"Sudah kumpul semua anak-anak?"

Bu Endah sebagai perwakilan pelaksanaan olimpiade akhirnya datang. Ia menggenggam map hijau berisi selembar kertas yang ku tebak untuk absen peserta.

"Ibu absen dulu, ya."

Ia mengabsen satu persatu siswa yang hadir berdasarkan abjad. Aku masih melamun seraya memainkan kerikil di lapangan sampai sebuah nama yang menarik perhatianku disebut.

"Radipta Abra Supala."

Hening.

Aku menoleh ke kanan dan kiri, namun tak menemukan sosok Radipta sama sekali disini.

"Radipta tidak hadir?"

Beberapa peserta menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Bu Endah. Entah menggeleng tak tahu atau memang menggeleng untung menegaskan bahwa laki-laki itu tidak hadir.

"Oke. Skip saja dulu. Selanjutnya, Renjana Manohara."

"Hadir, Bu!" seruku seraya mengangkat tangan.

Bu Endah mengangguk dan melanjutkan absen sampai pada nama siswa terakhir. Kemudian ia menjelaskan teknis pelaksanaan olimpiade.

Aku tak terlalu mendengar jelas karena larut dalam lamunan. Yang ku dengar pasti adalah soal pemberangkatan nanti. Kami rencananya akan dibagi menjadi tiga bus sesuai absen yang telah disebutkan tadi.

"Aksara Putra." Bu Endah memanggil salah satu siswa setelah selesai menjelaskan perihal olimpiade. "Kamu siswa MIPA 5, kan? Tolong sampaikan pada Radipta untuk datang ke ruangan ibu di jam istirahat kedua nanti, ya."

Ah, aku penasaran Radipta ikut olimpiade apa, dan juga penasaran mengapa ia tidak hadir disini, padahal tadi pagi aku melihatnya masuk ke kelas.

"Radipta kira-kira ikut olimpiade apa, ya, Kay?" bisikku pada Kayla yang tengah sibuk menyatat informasi yang Bu Endah jelaskan barusan.

Kayla melipat bukunya, kemudian menoleh. "Kayaknya inggris? Aku denger-denger dia jago bahasa inggris."

Aku membentuk mulut seperti huruf O seraya mengangguk-angguk.

Radipta ajaib sekali. Hal-hal yang ada pada dirinya selalu membuatku terkejut. Ku kira ia hanya siswa laki-laki biasa-yang tak terlalu fokus pada pelajaran dan punya nilai seadanya. Tapi nyatanya ia aktif berorganisasi, pun sekarang masuk ke dalam calon peserta olimpiade.

Sepertinya orang-orang harus berhenti menjelek-jelekan Radipta. Ia tak seburuk itu menurutku.

"Kamu nanti satu bus sama Radipta, dong?"

Kayla membuka pembicaraan ketika kami sudah berjalan menuju kelas. Benar juga, aku baru sadar kalau absen kami berdekatan.

"Iya, ya..."

"Berani gak, deketinnya?" Kayla bertanya dengan ekspreksi mesem-mesem. "Kalo denger dari ceritamu pas pulang sekolah waktu itu, kayaknya Radipta gak risih sama kamu. Lumayan kan, udah selangkah lebih maju."

"Jangan buat aku kepedean, Kay!" seruku seraya memberengut. "Kamu sendiri yang ngelarang aku suka sama dia. Kenapa jadi berubah begini?"

Kayla terbahak sampai matanya hilang. Padahal gadis itu sangat cantik ketika tertawa, tapi ia lebih sering memasang wajah datar ketika berinteraksi dengan orang lain.

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now