"Seblak kak" jawab Fayra.

Nancy pun langsung merebut kasar seblak di tangan Fayra, "buat gue, gue dari tadi pengen ini." Ucap Nancy dan langsung berjalan menuju teras sebelah rumahnya.

Wanita itu masih belom menyadari keberadaan Aska yang mulai berjalan mendekat ke arahnya.

Aska yang sudah sampai di dekat Nancy langsung mengambil alih seblak itu dengan kasar dari tangan Nancy.

"Aska" ucap Nancy yang kaget.

Sedangkan Aska sama sekali tidak menghiraukan Nancy dan hendak berbalik meninggalkan wanita itu.

"Aska kembaliin seblak aku." Ucap Nancy dengan nada yang di buat selembut mungkin pada Aska.

"Ini bukan hak Lo!" Sentak Aska dan langsung berlalu begitu saja.

"Fayra sialan, aghhhh" teriak Nancy saat melihat Aska yang mulai mendekati Fayra yang sedang menutup gerbang rumah keluarganya.

...

Malam ini semua anak Aodra berkumpul di rumah Aska, mereka bersantai di sana sembari membantu Aska menyambut kepulangan bundanya dari Belanda besok.

Semua anak Aodra sudah mengistirahatkan diri mereka semua di lantai bawah, sedangkan Aska dan keempat sahabatnya sedang asik bermain PS di kamar Aska.

"Bang gue ada pertanyaan" ucap Jay di tengah ke seriusan mereka bermain PS.

"Lo mau tanya siapa bego, Abang Lo di sini kan tiga." Ucap Gavin menyahuti.

Jay menaruh telunjuknya di bawah dagu seolah-olah sedang berfikir, "em, buat bang Aska aja." Jawab Jay.

"Buruan, jangan bikin gue ngga fokus." Ucap Aska yang masih fokus bermain PS dengan lawan El.

"Bang kenapa jantung Abang berdetak?" Tanya Jay.

"Karena jantung gue normal" jawab Aska seadanya.

"Salah, karena kalau jantung Abang ngga berdetak gue dapet nasi kotak." Ucap Jay yang langsung tertawa terbahak-bahak di ikuti oleh El dan juga Gavin.

Aska langsung menaruh PS nya, laki-laki itu menatap Jay dengan sengit. "Jadi Lo nyumpahin gue mati gitu biar Lo dapat nasi kota?" Tanya Aska.

"Yaelah bang baperan amat, kaya orang pms." Ucap Jay.

"Sekarang Lo ngatain gue bencong?" Tanya Aska lagi.

"Yaelah bang, ngga ada yang ngatain Lo becong elah" ucap Jay frustasi.

"Sana Lo pulang, gue sama yang lain mau pesta." Ucap Aska.

"Yah kok gue di suruh pulang sih bang" rengek Jay.

"Lo udah ngatain gue, gue ngga terima." Ucap Aska yang sudah mulai bermain PS nya kembali.

"Bercanda doang bang, serius." ucap Jay yang mulai bergelayutan manja di lengan Aska.

"Jijik, lepasin tangan Lo" ucap Aska.

"Gue beneran bercanda bang" ucap Jay.

"Ngga nanya" jawab Aska dengan santainya.

Sedangkan El dan Gavin sudah tertawa melihat Aska yang asik mengerjai Jay.

"Udah Ka, kasian." ucap El pada Aska, namun laki-laki itu masih belum bisa menghentikan tawanya.

"Ngga usah kasian bang, orang kaya Jay gini ngga bisa di kasihanin" ucap Gavin menyahuti.

"Gue pihak Lo pin." Sahut Aska.

"Berisik Lo pada" ucap Rion tiba-tiba.

"Yah kalau Abang mau sunyi ya ke tengah hutan aja." Saran Jay dengan santainya yang langsung di balas tatapan tajam dari Rion.

"Gue cuma ngasih saran kali bang" ucap Jay dengan cengiran andalan bocah itu. Bisa bahaya kalau Rion juga ikut memarahinya seperti Aska barusan.

"Saran Lo emang ngga pernah bisa berguna." Ucap Rion.

"Ya ampun bang, ucapanmu makjleb di ulu hatiku." Ucap Jay mendramatis.

"Lebay" sorak keempat sahabatnya pada Jay.

Mereka pun melanjutkan acara malam yang panjang ini, dengan kejahilan Jay dan ke usilan Aska.

...

Sedangkan di rumah Fayra gadis itu sudah harus kembali menyiapkan semua kebutuhan Nancy yang besok akan berangkat olimpiade.

Mulai dari baju yang harus Fayra setrika, buku yang perlu gadis itu bawakan untuk kakaknya, dan masih banyak kebutuhan yang seharusnya Nancy siapkan untuk dirinya sendiri bukan Fayra yang menyiapkan.

Gadis itu sampai tidak menyadari banyaknya pesan dan panggilan yang kekasihnya kirimkan.

"Udah belom sih, lama banget Lo nyiapinnya. Gue udah ngantuk nih" sentak Nancy pada Fayra yang masih terus mondar-mandir di kamarnya.

"Bentar kak. Buku biologi punya kakak, kakak taruh mana?" Tanya Fayra.

"Ngga tau, gue lupa. Lo cari aja sendiri." Jawab Nancy yang malah asik bermain gadget miliknya.

"Tapi kak-" ucap Fayra terpotong oleh Nancy.

"Udah deh Lo ngga usah bawel! Kalau gue suruh cari ya cari aja, ribet banget sih Lo." Sentak Nancy.

"Maaf kak" ucap Fayra yang akhirnya mengalah.

Gadis itu pun lanjut untuk menyiapkan barang Nancy, dan hampir jam 11 malam baru Fayra bisa kembali ke kamarnya untuk mengistirahatkan badannya yang sangat lelah seharian ini.

Setelah dapat merebahkan dirinya di ranjang kesayangannya Fayra langsung bernafas lega dia sudah bisa istirahat.

Fayra langsung mencari handphonenya gadis itu langsung di suguhi banyaknya pesan dan panggilan yang Aska kirimkan padanya.

Entah kenapa Fayra bisa-bisa senyum-senyum sendiri melihat bertapa khawatirnya Aska saat dia tidak dapat dihubungi.

"Ngga! Ngga boleh baper sama ginian doang" gumam Fayra menggelengkan kepalanya.

"Aska itu orang asing, Lo ngga boleh langsung terbuai gitu aja Ra. Di dunia ini banyak orang jahat, Lo harus hati-hati." Monolog Fayra.

Gadis itu langsung menghela nafas berat, dia seharusnya tidak boleh selalu berpikir buruk pada orang baru, dia juga dulu berprasangka buruk pada Feli tapi sekarang ternyata hanya gadis itu yang benar-benar selalu ada di dekatnya.

"Gue harus bisa membuka diri buat Aska." Batin Fayra.

Setelah beroverthinking Fayra pun akhirnya tertidur dengan banyaknya pikiran yang ikut masuk ke bawah alam bawah sadarnya.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now