5. Keputusan Besar

44 1 0
                                    

"Kamu yakin mau pergi sendiri, Na?" Lala tampak khawatir dengan keputusan impulsif Siena yang tiba-tiba ingin ikut open trip ke lima pulau besar yang ada di Indonesia. 

"Ntar di sana nggak ada sinyal, nangis!" Dika menimpali sambil mengunyah cemilan yang tersedia di ruang tamu rumah Siena. Lelaki itu duduk bersandar dengan santai sambil melipat kaki dan menghabiskan cemilan yang ada.

"Bukan cuma itu, skripsi di depan mata,  lho! Kalau lo pergi, itu artinya lo akan telat lulus!" tegas Dika.

"Iya, Na, aduh kumaha, yah? Kamu juga kan bukan orang yang terbiasa pergi sendiri. Aku sama Dika ikut, deh, ya, Na?" bujuk Lala dengan raut wajah cemas. 

"Ih lo aja yang ikut. Gue mah nggak, ah, males!" ungkap Dika sewot. 

Mata Lala melotot tajam arah Dika. "Kamu tuh, ya!" bisiknya sambil mencubit lengan lelaki berkulit sawo matang itu. 

"Kalian tuh kenapa, sih? Gue kan udah gede, bisa nge-handle semuanya sendiri. Lagian gue kan pergi sama travel agent. Tenang aja! Everything is gonna be ok," ujar Siena tegas. Ia yang sejak tadi sibuk merapikan isi koper berhenti sejenak sambil menatap wajah kedua sahabatnya itu bergantian. 

"Lagian yaa kalau kalian ikut, skripsi kalian gimana? Masa kalian mau ikut-ikutan cuti dan telat lulus cuma demi nemenin temen lo yang lagi galau?" lanjut Siena sambil melipat tangan dan menaruh di dada. 

Dika dan Lala saling menatap kemudian menarik napas berat sebelum kembali menghujani Siena dengan berbagai pertanyaan. Siena menjawab pertanyaan mereka dengan tenang seolah perjalanan ini adalah liburan biasa. Padahal ia berharap dengan kabur dari rutinitas dan kewajiban, ia bisa sembuh dari rasa sakit yang ditinggalkan Billy padanya.

Sudah sebulan berlalu dari malam menyakitkan itu, tetapi Siena masih merasa hancur dan terpuruk. Bagaimana tidak, ternyata belakangan diketahui keputusan Billy memutuskan hubungan dengan Siena adalah karena lelaki pengecut itu akan menikah dengan perempuan lain tepat dua minggu setelah hari anniversary kelabu itu. Siena ingin segera bangkit, tetapi rasa pedih yang dirasa terlalu dalam sehingga akhirnya keputusan besar itu diambil. Cuti kuliah dan kabur jalan-jalan mengelilingi lima pulau besar di Indonesia selama satu bulan menjadi pilihan yang diambilnya saat ini.

"Ya udah gini aja, selama kamu pergi, itu hape harus aktif 24 jam, ya? Kabarin kami setiap hari, ok? Kumaha?" Lala memegang pundak Siena sambil tersenyum getir.

"Iih sumpah ya, lebay banget, La!" seru Siena seraya menepuk jidatnya kencang. 

"Bukan Lala namanya kalau nggak lebay!" sela Dika sambil tertawa. 

Lala mencibir seraya melempar Dika dengan bantal. "Kamu kok masih bisa ketawa sih, Dik! Ini teman kita mau pergi sendirian juga, ih.." teriak Lala kesal. Dika hanya memainkan mata dan mengangkat bahu tanda tak paham mau bersikap bagaimana lagi.

"Hmm udah tenang aja, deh, La. Mama Papaku aja percaya kok sama aku. Kata mereka nggak apa-apa sesekali aku pergi sendiri. Biar dewasa dan nggak manja lagi meskipun konsekuensinya aku nggak bisa lulus bareng kalian." Suara Siena sedikit mengambang dan sangat pelan karena tiba-tiba rasa sesak itu datang. Kerinduan pada sosok yang ia cinta, namun sekaligus ia benci saat ini mendadak menguar. Tanpa dikomando, ingatannya terlempar pada saat surat undangan pernikahan itu ia terima dari teman sekelasnya, Raya.

Ia ingat betul, saat itu, di taman kampus yang luas, Siena akhirnya menumpahkan air mata sambil berkali-kali menelepon dan mengirimkan pesan untuk mengkonfirmasi berita itu. Namun, Billy tak sekali pun menjawabnya. Alih-alih berkomunikasi dengan baik, Billy malah menghilang tanpa kabar dan meninggalkan luka yang sangat dalam. Akhirnya, Siena kembali memutuskan pergi ke rumah Lala dan membagikan kesedihannya di sana.

"Udahlah, Na, mau ngapain lagi kamu bicara sama lelaki itu? Udah nggak ada gunanya tahu, nggak!" ucap Lala ketus sambil menggenggam erat tangan sahabatnya itu.

Siena menggeleng kencang sambil menangis, "Tapi, La, gue nggak bisa terima. Gue butuh penjelasan dari dia. Gimana ceritanya kita yang udah empat tahun pacaran malah putus dan dua pekan kemudian dia mau nikah sama perempuan lain? Demi apa pun ini nggak make sense, La! Nggak masuk akal sama sekali!" teriak Siena sambil menangis tersedu. Kelopak matanya nampak sembab karena terlalu sering menangis, rambut panjangnya berantakan, dan wajah cerahnya kini tampak muram.

Lala menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. "Iya, aku ngerti, Na. Tapi, gimana ya, hmm ... kalau misalnya, nih, kamu udah dapat jawaban, emang kamu yakin bisa jadi tenang gitu? Kamu yakin masalah selesai dan kamu akan bahagia? Jangan-jangan malah tambah sakit, Na," ucap Lala dengan lembut.

"Na, denger, ya.. tidak ada jawaban berarti jawaban itu sendiri. Terkadang, penolakan tidak perlu alasan. Jika pun ada, aku rasa itu nggak penting lagi sebab intinya dia nggak mau sama kamu dan kamu nggak bisa memaksakan kehendakmu untuk bisa sama dia," lanjut Lala sambil memeluk Siena yang semakin tersedu mendengar kalimat itu.

"Na, eh, Na, kok diem? Eh, kamu nangis, ya?" tanya Lala sambil menyentuh lengan dan menatap wajah Siena dari dekat sehingga lamunan gadis itu buyar. Siena tersenyum sambil mengusap matanya dengan cepat. "Nggak, kok. Cuma kelilipan. Udah lah ya, pokoknya kalian nggak usah khawatir. Aku butuh trip ini, ralat bukan butuh, tapi butuh banget untuk menyembuhkan hatiku secepatnya. Aku nggak mau sedih terus. Yah, mungkin, dengan melihat suasana baru, aku akan bisa punya kekuatan lagi untuk menghadapi hari-hari ke depannya. So, kalian doain aku aja ya." Siena menatap Lala dan Dika bergantian dengan wajah memelas.

Melihat itu, Lala akhirnya mengerti dan membiarkan sahabatnya mengambil keputusannya sendiri tanpa ada protes dan pertanyaan apa-apa lagi. Begitu pun dengan Dika, lelaki itu hanya mengangguk lalu membantu Siena membereskan koper yang akan dibawanya pergi meski terselip sedikit kekhawatiran di hati.

***
BERSAMBUNG...

Maaf banget yaa baru update lagi. Hiatusnya kelamaan heehe. Komen dong gimana pendapat kamu tentang bab ini? 😁
Terima kasih sudah baca ya.. Jangan lupa kasih votenya!
Luv..
-DIA



Kalau Cinta, Jangan Kode! Where stories live. Discover now