Melepas Rindu (CiNan)

Start from the beginning
                                    

Cindy menahan tawa melihat Jinan yang entah kenapa jadi seperti robot yang sedang dikontrol oleh sebuah remot. Gadis itu kini menatap padanya dengan beberapa kali kedipan mata. Tampak sangat lucu.

"Masuk ke kamarku sana! Tunggu dan jangan otak-atik laptopku," titah Cindy yang hanya diangguki Jinan.

Dengan patuh Jinan masuk ke dalam kamar. Ia duduk di ranjang Cindy yang sedikit berantakan. Tangannya menyingkirkan snack yang ada di sana dan ia letakan di atas meja.

Pandangannya jatuh pada laptop Cindy yang masih terbuka tapi layarnya mati. Rasa penasaran perlahan hinggap. Ia pun sedikit berdiri untuk meraih laptop itu dan mengangkatnya ke pangkuannya.

"UDAH DIBILANG JANGAN DIPEGANG!" Jinan terlonjak hingga laptop itu hampir saja jatuh dari pangkuannya tapi segera ia tahan. Hal itu mengakibatkan tangannya tak sengaja menyentuh touchpad laptop Cindy.

Ia terdiam saat menatap layar laptop itu. Kini layarnya menampilkan fotonya bersama Cindy, foto lamanya. Ia tersentuh, gadis manisnya ternyata sedang melihat-lihat foto mereka dulu.

"I-itu gue cuma lagi iseng aja sih," kata Cindy terdengar gugup. "Udah siniin laptopnya, ini ngemil aja," ujar Cindy merebut laptopnya dan menutupnya lalu ia letakan di atas meja.

Wajah Cindy tampak memerah karena malu. Sementara Jinan sudah menahan senyum melihat Cindy yang tampak malu. Sangat menggemaskan, pikirnya.

"Jadi, kenapa aku disuruh ke sini?" tanya Jinan menatap Cindy.

Cindy diam dengan pandangan terlihat gugup. Ini bukan pertama kalinya mereka disatu ruangan hanya berdua tapi anehnya ia selalu gugup entah karena apa.

"Kenapa?" tanya Jinan sekali lagi.

"Y-ya kamu pikir aja sendiri," jawab Cindy memalingkan wajah. Ia duduk sisi ranjang lainnya membuat Jinan menoleh padanya.

Jinan naik ke atas ranjang, ia mendekati Cindy dan kepalanya sedikit menunduk agar bisa melihat wajah gadis itu. "Abis nangis, ya?" tanyanya to the point.

Bukannya mendapat jawaban, Cindy justru mendorong wajah Jinan dengan cukup kasar. Ia membuang pandangannya ke samping agar Jinan tidak melihat matanya.

"Ditanyain malah mukaku didorong," gumam Jinan. "Beneran abis nangis?" Jinan mencoba menarik wajah Cindy agar menghadap padanya, tapi gadis itu justru menepis tangannya cukup kasar.

Enggan bertengkar, Jinan pun bangun dari ranjang, melepas jaket serta topinya dan pergi menuju kamar mandi. Sedangkan Cindy langsung merapikan jaket topi Jinan yang gadis itu letakan di atas ranjang, ia gantung di gantungan pakaian. Iseng, ia merogoh saku jaket Jinan yang ternyata hanya berisi struk pembelian minuman dan makanan kucing yang tadi Jinan bawa.

Pintu kamar mandi terbuka, membuat ia segera memalingkan wajah. Melihat itu Jinan hanya meliriknya sebentar. Ia mengambil skincare milik Cindy yang ada di meja rias dan segera ia gunakan. Sudah biasa ia melakukan hal seperti itu setiap datang kemari. Jadi itu pemandangan yang biasa saja.

Usai memakai skincare malam, Jinan menyodorkan tangannya pada Cindy. Dengan bingung Cindy mendongak.

"Apa?" tanyanya bingung.

"NAH KAN ABIS NANGIS!" Teriakan Jinan membuat Cindy terkejut. Belum sempat ia memalingkan wajah, Jinan sudah menangkup kedua pipinya hingga kepalanya tetap bertahan pada posisi mendongak. "Kenapa abis nangis?" bisik Jinan menunduk karena ia memang berdiri di depan Cindy.

Cindy tidak menjawab, tapi bibirnya manyun karena kesal. Melihat hal itu, Jinan tersenyum. Ia sedikit membungkuk hingga hidungnya dan Cindy saling bersentuhan.

Short StoryWhere stories live. Discover now