Pulang Kampung

28.6K 1.5K 87
                                    


Adam berkacak pinggang melihat Aiza yang duduk manis bak ratu di dalam mobilnya.

"Eh, enak aja lo nyantai-nyantai sementara 'calon suami' lo angkat-angkat barang, hem," ujar Adam ngos-ngosan setelah mengangkut koper dan barang-barang yang akan mereka bawa untuk pulang kampung. Berkardus-kardus buah tangan dan hadiah untuk keluarga besar Aiza sudah tertata rapi di bagasi mobil gadis itu.

Aiza justru tersenyum cantik menikmati kipas mungil otomatisnya, masa bodoh dengan baju Adam yang kebasahan karena keringat. Waktu Dio keluar menyeret kopernya, Aiza buru-buru ngambil tisu dan menarik lengan Adam untuk mendekat.

"Aduduh... capek ya, mas Adam. Sini, Ai lap keringetnya." Adam terkaget-kaget dengan perubahan Aiza dan menangkap keberadaan Dio yang memicing curiga. Adam tersenyum pura-pura senang dan balas mengecup pipi Aiza. Gadis itu melotot sekilas masih menyeka keringat di dahi Adam.

"Kesempatan banget sih lo," bisik Aiza tanpa suara lalu kembali tersenyum sok mesra.

"Makasih, Sayang," kata Adam tersenyum hingga mata sipitnya berbentuk segaris. Dicubitnya pipi Aiza gemas.

"Iya, sama-sama, Mas," balas Aiza namun langsung berpaling begitu Dio sudah masuk mobil. Aiza menepis tangan Adam dari pipinya, membuat ekspresi bergidik dan pura-pura muntah.

"Lo bisa nggak sih nggak perlu over-acting gitu? Jijik gue. Cium-cium lagi," sungut Aiza sebal pelan, masih mengamati pergerakan Dio. Adam terkekeh.

"Udah... terima aja. Lagian mereka nggak bakal percaya kalo kita nggak beneran mesra. Masa orang kasmaran jauh-jauhan. Lo juga nggak bantu banget, gue 'kan bakal nyetir jauh ntar," bisik Adam kesal. Aiza mencibir.

"Iya, ntar 'kan bisa gantian sama Alex nyetirnya. Dio sama Sony di mobil lain kok, nggak usah kelewat mesra maksudnya," kata Aiza yang sudah duduk manis di kursi belakang. Adam mengernyit.

"Lo pikir gue kacung lo, enak aja duduk di belakang," protes Adam makin kesal. Alex berjalan menuju mobil Aiza dengan menenteng koper dan tas ransel di punggungnya.

Ia terlihat berantakan, mata merah karena kurang tidurnya memicing pada Adam yang sudah duduk di dalam mobil Aiza. Baginya mereka terlihat mengobrol ria karena posisi Adam yang menoleh ke belakang dan Aiza yang mendekatkan wajahnya. Hatinya dongkol. Ia berjalan cepat.

"Heh, gue duduk di depan sama lo. Gue nggak bakal biarin lo macem-macem sama Baby bunny gue," sentak Alex masuk ke bagian depan di samping Adam yang mendengus. Alex tersenyum lebar pada Aiza yang mulai selonjoran.

"Baby bunny kalo pegal-pegal, Ayang massage ya. Hehe," kata Alex menggoda Aiza. Aiza cuma bergumam dan mengangguk. Adam mengernyit pada Alex.

"Apa lo? Buruan jalan!" perintah Alex tidak suka terang-terangan. Adam mendengus dan menjalankan mobilnya.

Mereka berlima dengan dua mobil, mobil Aiza dan mobil Dio, berkendara menuju kampung halaman Aiza. Perjalanan bisa memakan waktu seharian lebih meskipun memakai jalur tol dan alternatif. Bisa berhari-hari kalau terkena macet. Mereka menyempatkan mampir di tempat-tempat peristirahatan dan rumah makan serta bergantian menyetir.

Adam baru pertama kali mudik. Karena ia memang lahir dan besar di ibukota serta tidak memiliki sanak saudara dari kampung, ia merasakan sensasi baru dan antusias sehingga sering merepotkan Aiza dan yang lain yang notabene-nya sudah beberapa kali mudik menggunakan mobil pribadi.

"Kamu baru pertama kali mudik, mas Adam?" tanya Aiza sewaktu mereka duduk istirahat makan malam di sebuah restoran di daerah Sragen.

Kesepakatan tak tertulis antara Aiza dan Adam. Jika sedang ada teman Aiza atau keluarga Aiza, mereka akan bicara aku-kamu, dan panggilan 'sayang' diperbolehkan. Sedangkan Aiza memilih memanggil mas Adam.

Nikah Tender [HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang