Ms. JUTEK vs Mr. AROGAN

37.5K 1.9K 71
                                    

Roy, Edo, Sony dan Alex canggung saling berhadapan satu lawan satu ketika mereka akhirnya duduk di VIP room sebuah klub malam.

Dua sofa panjang yang berhadapan dan hingar-bingar musik DJ di luar ruangan itu tidak dapat mengalahkan intensitas aura permusuhan yang nampak jelas pada dua orang yang saling menghunus tatapan tajam di paling ujung sofa.

"Anda benar-benar tidak ingin mengalah ternyata."

Adam memulai setelah hampir selama lima belas menit memicingkan matanya yang sudah sipit dan bertambah kantung mata tebal. Maklum, baru terbebas dari kutukan tanpa tidurnya beberapa bulan ini.

Ia mengangkat wajah tampan memesonanya dengan angkuh sambil melipat kedua tangannya di depan busungan dadanya yang memamerkan otot seksinya. Terlihat dari kemeja putih yang tergulung hingga lengannya serta jam rollex hitam keluaran terbarunya.

Matanya menatap penuh intimidasi pada wanita yang juga menatapnya dengan intensitas permusuhan yang sama. Tetapi terlihat tidak terpengaruh sedikit pun dengan pancaran pesonanya.

Wanita berambut seleher hitam dengan highlight kecokelatan itu tidak seseksi wanita-wanita yang pernah hadir di hidup seorang Adam Putra Laksmana tentu saja.

Tubuhnya mungil meskipun cukup berbentuk, tidak terlalu pendek dan tidak gemuk. Proporsional, lumayan, pikir Adam.

"Tentu saja. Memangnya anda pikir anda siapa?" balas Aiza ketus meraih iPhone-nya dan mengutak-atik instagramnya, mulai melihat akun-akun tentang segala hal berbau Jepang yang ia ikuti. Matanya sama sekali tak mau beralih dari iPhone-nya, membuat Sony dan Alex yang duduk di sebelahnya ketar-ketir jika menghadapi kemungkinan tawuran atau perang dunia ke III melihat pria di depan Aiza yang hidung kelewat mancungnya sudah kembang-kempis. Rupanya tidak terima dengan kejudesan Aiza.

'Ini-ada-apaan-ya?' Sony menyalurkan pikirannya pada Alex yang juga gagal paham. Sedangkan Alex mengedikkan bahunya dan melirik ke sampingnya mengamati Aiza yang seperti anak kecil mendapat mainan baru. Cemberut kadang cengengesan melihat iPhone-nya. Pandangan Alex kembali pada Sony dan meneguk ludah susah payah.

"Gue nggak tau, Bro." Alex berisyarat tanpa suara pada Sony yang meringis. Pandangan mereka beralih pada dua laki-laki yang baru berkenalan dengan mereka tadi yang bernama Roy dan Edo. Mereka juga mengedikkan bahu setelah mengamati sahabat mereka.

"Ai... Baby bunny, mending kita pindah ke tempat lain aja gimana?" Alex mengelus-elus lengan halus bin lembut Aiza yang terbungkus kemeja sifon berwarna peach yang masih memainkan iPhone-nya, sambil mencari kesempatan. Aiza yang terganggu langsung memicing pada Alex, membuat pria bule itu menelan ludah dan menarik tangannya.

"Nggak," tegas Aiza keras kepala. "Gue udah duluan reservasi. Enak aja!"

"Tapi gue udah dateng duluan di sini. Gue juga udah bayar langsung!" Adam menginterupsi membuat Aiza dan Alex kompak memicing. Alex bersyukur ada yang lebih ingin ditonyor Aiza daripada dirinya.

"Lo nggak tahu artinya re-ser-va-si?" tanya Aiza penuh penekanan. Adam mendengus.

"Siapa cepat dia dapat," balas Adam tak mau kalah. Kali ini Aiza mendengus.

"Tentu saja, siapa cepat dia dapat. Bukan telat tapi ngotot, modal relasi. Cuih!" sergah Aiza dengan mata kembali fokus pada iPhone-nya. Adam merasakan kemarahannya menanjak sampai ubun-ubun sekarang.

"Relasi tai," lanjut Aiza setengah bergumam.

Brakk.

Gebrakan keras mengejutkan Roy, Edo, Sony dan Alex. Mata sipit Adam melotot menatap Aiza garang.

Nikah Tender [HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang