4ㅡ Lilith dan kuncinya.

36 16 27
                                    

Dengan perasaan yang sangat bahagia, Mammon berlari menemui Valerie dan menunjukkan hasil remedial matematikanya kepada gadis itu. "Liat! Liat! Gue berhasil dapet nilai bagus!" cetus Mammon. Valerie mengambil kertas hasil remedial milik Mammon dan membacanya. Valerie berkata, "Yeay! Selamat, Mammon! Kalo gini kan Lucifer gak akan marah lagi sama kamu!".

Tanpa sadar, Mammon refleks memeluk tubuh Valerie. Meskipun ia terkejut, namun ia tetap menerima pelukan Mammon. Namun, tak berapa lama setelah mereka berdua berpelukan, Mammon sadar bahwa ia kini tengah memeluk Valerie di tengah keramaian kelas yang membuatnya menjadi tontonan publik. Ia pun segera melepaskan pelukannya dari Valerie dan memalingkan wajahnya.

"Ma-maaf, gue tadi gak sadar malah peluk lo" lirihnya. Ia lantas pergi begitu saja dan berusaha bertingkah tak ada apa-apa. Simeon dan Luke yang melihat kejadian itu lantas menghampiri Valerie. Simeon menyapa, "Hai! Tadi abis pelukan sama Mammon, ya?". Valerie memalingkan wajahnya karena malu setelah mendengar ucapan Simeon. Ia menjawab, "Haha... Iya, tadi dia refleks meluk aku".

Simeon dan Luke lalu mengajak Valerie duduk untuk sekedar berbincang-bincang ringan. Luke bertanya, "Apa selama ini kamu ngerasa nyaman tinggal bersama iblis-iblis itu? Kamu gak diapa-apain, kan?". Valerie menggelengkan kepalanya, "Enggak, mereka gak bertingkah macem-macem. Mereka baik, jadi aku ngerasa nyaman".

Simeon tertawa kecil dan mengusap kepala Luke. "Tuh, denger kan? Lagipula kalo sampe terjadi apa-apa sama Valerie, Diavolo gak akan bertindak diam," timpal Simeon. Wajah Luke kini terlihat memerah, ia mengepalkan kedua tangannya dan menatap ke arah Simeon dengan tatapan yang kesal. "Aku udah bukan anak kecil lagi! Jangan perlakuin aku kayak anak-anak!" protesnya. Valerie yang merasa gemas dengan tingkah Luke hanya bisa tertawa melihatnya.

---


Selepas kegiatan sekolah dibubarkan, Leviathan memberikan kunci rumah dan menyuruh Valerie pulang lebih awal dibandingkan ia dan yang lain dikarenakan mereka harus menghadiri rapat sebagai anggota OSIS RAD.

Setibanya di depan pintu masuk house of lamentation, Valerie membuka pintu tersebut menggunakan kunci yang diberikan oleh Leviathan tadi. Suasana rumah yang biasanya terdengar ribut dan ramai kini terasa sepi dan sunyi, bahkan hingga suara dentingan jam terdengar jelas.

Valerie benar-benar sendiri di rumah ini, dan ia harus memberanikan dirinya untuk pergi ke kamarnya yang letaknya sedikit lebih jauh. Ia tidak takut untuk bertemu hantu, ia hanya takut tersesat dan menemukan monster-monster menakutkan yang dipelihara oleh Leviathan.

"Aku gak boleh takut, aku harus inget-inget lagi arah menuju kamarku!" batinnya. Namun, sebelum ia berhasil menemukan arah menuju kamarnya, ia lagi-lagi mendengar suara rintihan seseorang yang tengah meminta tolong kepadanya. Awalnya ia berusaha untuk mengabaikan suara-suara itu, namun semakin ia mengabaikannya maka suara itu semakin terdengar keras dan jelas.

Karena tak tahan lagi mendengar suara-suara tersebut, Valerie mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamarnya dan pergi menuju ke arah ruang bawah tanah. Setibanya disana, ia membuka pintu ruang bawah tanah seraya memegang sebuah lampu petromak. Keadaan di dalam ruang bawah tanah ini terlihat kotor disepanjang lorong.

"Tolong aku..."

Suara itu menggema disepanjang lorong. Meski sejujurnya Valerie merasa takut, namun ia tetap memberanikan diri untuk terus berjalan. Setibanya di ujung lorong, ia melihat ke arah kanan lorong lain dan melihat sebuah cahaya. Ia menghampiri cahaya itu yang ternyata berasal dari sebuah jeruji besi.

[✓] Hourglass ¦¦ Mammon [Obey Me!]Där berättelser lever. Upptäck nu