"Dia kakaknya Fayra." Jawab Aska.

"Beda banget" gumam El namun masih terdengar oleh Aska.

"Aska, Fayra beneran ngga ada. Dia biasanya pulang malem." Ucap Nancy yang terus berusaha mengompori Aska.

Namun Aska tetap Aska. Kalau bukan dia sendiri yang melihat dia tidak akan percaya.

Sedangkan di waktu yang sama juga Fayra sedang menahan perutnya yang sangat sakit.

Fayra sudah tau apa penyebab perutnya sakit, namun gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa, maag gadis cantik itu harus kambuh karena dari pagi dan hampir magrib gadis itu sama sekali belum memasukkan apa pun ke dalam mulutnya.

Karena Fayra yang sudah tidak tahan dengan perutnya yang sakit, gadis itu pun memutuskan untuk beranjak mengambil obat pereda nyeri yang ada di meja tempat makeupnya.

Gadis itu langsung menelan obat itu tanpa bantuan air atau apa pun, walau rasanya sangat pahit dan membuat Fayra mual namun gadis itu langsung menutup mulutnya agar obat yang di minumnya tidak kembali keluar.

Gadis itu benar-benar berharap agar Mamanya segera membuka pintu.

Tiba-tiba suara ketukan jendela terdengar oleh Fayra, "Aska" batin Fayra saat ingat bahwa dia sudah janji akan mendatangi laki-laki itu saat pulang sekolah.

Dengan pelan Fayra berjalan membuka jendela kamarnya, dan dugaannya tidak meleset.

Aska yang melihat raut kesakitan dari Fayra pun langsung melompat masuk ke dalam kamar gadis itu.

"Lo kenapa?" Tanya Aska dengan raut panik.

"Gue ngga papa Ka, Lo kenapa ke sini? Demam Lo masih belum turun loh." Ucap Fayra yang juga tak kalah khawatir saat merasakan suhu tubuh Aska yang masih hangat.

"Khawatir sama diri Lo sendiri, gue bisa jaga diri gue." Marah Aska dan langsung mendudukkan Fayra di ranjang gadis itu.

"Lo belom makan?" Tanya Aska.

"Udah kok, Lo pulang aja. Istirahat, besok gue temenin Lo seharian." Bujuk Fayra agar Aska segera pulang.

Bukannya Fayra tidak senang dengan keberadaan Aska, tapi Fayra khawatir dengan kondisi laki-laki itu.

"Ngga usah bohong" ketus Aska tak lupa tatapan tajam yang dia berikan kepada kekasihnya itu, Aska amat sangat tidak suka melihat Fayra yang berpura-pura kuat seperti ini.

"Lo istirahat aja, biar gue suruh El beli makanan." Perintah Aska.

Fayra hanya menurut, melihat tatapan tajam Aska tadi tak dapat di pungkiri Fayra sedikit takut. Biasanya kalau dia tidak sakit dia akan melawan, namun saat ini tubuhnya tidak mendukung untuk dia melawan Aska.

"Pasti Lo di hukum gara-gara gue kan" ucap Aska tiba-tiba.

Fayra yang mendengar ucapan Aska pun segera menggelengkan kepalanya.

"Ngga Ka, sok tau lo" ucap Fayra.

"Ini juga kenapa?" Tanya Aska sembari memegang dahi Fayra yang ada luka belum mengering akibat benturan tadi pagi.

"Oh ini, tadi ngga sengaja kena pintu. Iya pintu." Jawab Fayra dengan sedikit terbata-bata.

Aska langsung menanggapinya dengan senyuman yang teduh, Aska akan mencoba memahami posisi Fayra, dia tidak akan memaksa gadis itu untuk cerita.

"Gue bakal cari tau sendiri Ra, gue tau Lo ngga bahagia di rumah ini." Batin Aska dan terus menatap manik mata Fayra.

Aska di sana cukup lama, baru jam 8 malam Aska pulang setelah mendapat ancaman dari Fayra.

"Yaudah deh gue pulang dulu, Lo tidur jangan malem-malem. Jangan lupa minum obat yang kemarin di kasih kak Azman." Perintah Aska sebelum meninggalkan kamar Fayra.

"Iya-iya, udah sana Lo pulang." Jawab Fayra.

Aska pun langsung berjalan untuk menuruni kamar Fayra, sebelum turun Aska terlebih dahulu menelepon El agar menjemputnya.

Setelah merasa Aska sudah pulang Fayra entah kenapa tidak bisa berhenti untuk senyum-senyum sendiri.

"Ih gue kenapa sih" kesal Fayra pada dirinya sendiri yang sedari tadi tidak bisa lupa dengan perlakuan manis Aska beberapa jam lalu.

"Nggak, nggak boleh. Lo ngga boleh baper hanya karena perlakuan manisnya Ra, ngga boleh. Ingat Ra, semua laki-laki di dunia ini ngga ada yang tulus mereka cuma mau tubuh Lo doang Ra." Ucap Fayra pada dirinya sendiri.

Memang setelah pelecehan yang di lakukan Alvin 1 tahun yang lalu cukup membekas di benak Fayra, yang membuat Fayra semakin takut untuk mengenal orang baru terlebih lawan jenisnya.

Fayra dulu memang bisa di bilang anak yang periang, tapi saat memasuki SMA dia jadi terkenal orang yang tertutup dan sulit berbaur.

...

Semua anak Aodra sekarang sedang berkumpul di markas Aodra seperti hari-hari biasanya.

"Gays besok kita weekend kan" celetuk El tiba-tiba.

"Iya, kenapa bang. Lo mau nyari cewe di gang depan? Kalau itu gue ngga tanya deh." Sahut Jay.

"Dengerin dulu, orang tua lagi ngomong ngga boleh di potong. Dosa Lo" ucap El.

"Gimana kalau kita besok jenguk Kania, kita udah lama ngga ke sana." Ajak El pada yang lain.

Suasana yang tadi begitu riuh tiba-tiba menjadi hening seketika.

"Gue ngga bisa" jawab Rion dengan cepat.

"Yon, apa 3 tahun belom bisa buat Lo ikhlas kalau Kania udah pergi." Ucap El.

Rion hanya diam, dia tidak menjawab pertanyaan yang El lontarkan tersebut. Karena memang pada kenyataannya dia belum merelakan kekasihnya itu untuk pergi.

Sedangkan Aska pun hanya diam, di kembali mengingat cinta segitiga yang dia alami dengan Rion beberapa tahun lalu.

Walau Rion tidak tau bahwa dia juga menaruh hati pada Kania sebelum laki-laki itu.

Bahkan dia antara mereka berlima hanya El yang tau bahwa Aska menyimpan rasa pada Kania sejak laki-laki itu beranjak remaja.

Kania itu sahabat Aska sejak SD, sedangkan Aska baru mengenal Rion saat memasuki SMP.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now