15. Percikan Rasa

Mulai dari awal
                                    

"Enak 'kan Bob? Aku cabut lagi ya," kata Indah bersiap mencabutnya.

"Gue mohon berhenti! Gue bakal turutin apa yang lu mau," kata Boby mulai menyerah. Ia tidak sanggup menahan rasa perih itu lagi.

Geo tersenyum sinis, ia kembali ke arah depan untuk berhadapan dengan wajah Boby.

"Oke ikutin perintah gue," ucap Geo memenangkan pertarungan. 

***

"Geo?" teriak Naira dari teras kosannya. Ia mengintip dari balik pagar dan menemukan Geo yang tengah berdiri sambil membawa balon yang bagian dalamnya bisa menyala. Tanpa ragu, ia berlari sambil membuka tangan bersiap untuk memeluk Geo. 

Geo mengernyitkan dahi saat melihat Naira  berlari layaknya anak kecil yang sedang bertemu dengan ayahnya. Belum juga Naira berhasil memeluk Geo, Ia sudah duluan menghentikan Naira dengan menyentuh dahinya.  Langkah Naira terhenti tepat di depan Geo dengan posisi tangan terbuka. Padahal tinggal dua langkah lagi ia bisa merasakan kehangatan tubuh Geo.

"Main peluk-peluk aja. Ingat gue itu masih kakak tingkat lu, panggil nama gue yang benar," protes Geo pura-pura galak dengan memperlihatkan  wajah ketusnya.   

Bibir Naira mengerucutkan, susah sekali berbicara dengan senior yang ingin dianggap senior. "Iya iya, maaf ya KAK Geo," balas Naira menekankan ucapannya agar Geo puas. Jika sudah begini Geo semakin gemas kepada Naira. Ia ingin sekali mencubit kedua pipi yang menyembul itu hingga merah. 

"Yaudah sini peluk," balas Geo merentangkan tangannya lebar-lebar. 

"Enggak jadi deh, sama kakak tingkat harus hormat grak!" seru Naira sambil melakukan gerakan hormat dengan posisi tegap sempurna.  

Tanpa memperdulikan jawaban Naira, Geo menarik tangan Naira pelan hingga ia jatuh kedalam pelukannya. Naira terkejut ditambah tangan Geo kini sudah melingkar di badannya. 

"Lepas Kak engap tau," tutur Naira meronta-ronta ingin keluar.  Padahal di dalam hatinya ia sangat senang sekali. Hatinya berasa terbang diperlakukan demikian. Aroma  parfum manly yang Geo  kenakan menyeruak ke dalam hidung Naira dan membuatnya nyaman. 

"Tapi suka 'kan?" tanya Geo sambil menempelkan dagunya di atas kepala Naira. 

Dekapan Geo makin melemah sehingga Naira berhasil terlepas dari pelukannya. Naira harus sadar diri jika ini adalah tempat umum. Walaupun sekarang sudah larut malam dan jalanan tampak sepi. 

"Nih buat lu, gue bela-belain berhenti  di lampu merah demi beli ginian." Geo menyerahkan balon yang telah membuatnya malu dan kesusahan sepanjang perjalanan. Ia memang sengaja membeli itu untuk Naira.

Dengan sorot mata bingung Naira menerimanya."Buat apaan?"

"Biar lu gak sedih lagi kaya kemarin."

Naira tertawa, jadi ini yang dinamakan balon nyala-nyala. Geo benar-benar membelikannya seperti perkataanya tempo hari di jalan.  Balon itu berukuran besar, berwarna bening dan di dalamnya ada lampu kecil warna-warni yang berkedap-kedip. Ini kali pertamanya Naira mendapatkan hadiah se-random itu.

"Makasih loh, selera lu emang  aneh. Lagian sedih gue udah hilang tau."

"Wah mencurigakan. Ada apa ni kok tiba-tiba jadi senang gini? Jangan-jangan lu ditawarin jadi sugar baby lagi? Jangan diterima dong, nanti yang nemenin gue di kosan siapa?" tanya Geo panjang lebar, pupil matanya melebar minta diberi belas kasihan.

"IH ENGGAK LAH!" seru Naira refleks memukul bahu Geo sampai terdengar bunyi yang renyah. Geo memegangi bahunya dramatis namun Naira malah memasang wajah tanpa dosa.

"Mending masuk kosan gue aja, nanti gue ceritain," sambung Naira menyambar tangan Geo untuk menggandengnya.

"Emang boleh?" tanya Geo menghentikan langkah mereka.

"Boleh...asal lu gak macam-macam," 

"Selama ini yang kelihatannya mau nerkam 'kan lu Nai," balas Geo menyadarkan Naira. Naira hanya cengengesan, benar juga apa kata Geo. Ia tidak pernah berbuat aneh-aneh yang membuat Naira tidak nyaman, yang ada Naira lah yang pertama kali mencium bibirnya tanpa izin.  Mereka kembali bergandengan, jari jemari mereka semakin erat terjalin. 

Tanpa disadari, seseorang tengah mengintai mereka dari dalam mobil yang terparkir beberapa rumah dari kosan Naira. Ia melihat semuanya sejak Geo ada di sana dan Naira langsung memeluknya. Kedua tangannya sudah terkepal, urat-urat di dahi dan lehernya makin terlihat jelas. AC di mobilnya tidak sanggup meredakan badannya yang panas melihat keromantisan mereka.

Ternyata firasatnya selama ini benar. Geo dan Naira memiliki hubungan lebih dari sekedar kepanitian ospek.

"Berani-beraninya lu bohongin gue Ra," gumamnya sambil memotret mereka yang sedang masuk ke dalam kosan.

***

"Serius Boby minta maaf?" tanya Geo dengan wajah serius lalu kembali menyeruput teh hangat buatan Naira. Ia pura-pura tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Baguslah jika Boby benar-benar mengikuti perintahnya. 

Naira mengangguk dengan wajah berseri-seri. Awalnya Naira ketakutan setengah mati, ia sudah bersiap-siap untuk pergi namun kakinya tidak mau jalan. Ia meringkuk selama tiga jam di kasur dengan pakaian rapih. Ketika jam menunjukkan pukul sepuluh, ada notifikasi whatsapp dari Boby dan anehnya ia mengirimkan kata-kata permintaan maaf. Ia juga mengaku salah telah menyangka Naira adalah pemiliki akun MessyHer.  Tentu hal itu sangat membingungkan tapi Naira tidak mau ambil pusing. Mungkin Boby berubah pikiran dan tiba-tiba menjadi baik kepadanya. 

"Tapi lu harus tetap hati-hati sama dia, jangan sampai ketemu di kampus," timpal Geo. Naira tersenyum sambil mengangguk-angguk paham. Ia beranjak pindah ke sebelah Geo yang duduk di lantai dekat pintu.

"Makasih ya, udah bantuin gue kemarin." Naira tersenyum dengan jarak beberapa centimeter saja dari wajah Geo. 

"Sama-sama," balas Geo gagal fokus kepada bibir Naira. Ntah kenapa perasaannya terasa berbeda. Ia juga jadi ingat mimpi anehnya waktu bibir Naira bersentuhan dan melumat bibirnya. Rasanya masih bisa Geo rasakan hingga detik ini. Sementara Naira tetap tersenyum dengan jarak yang dekat, ia tidak sadar telah membuat Geo gugup. 

"By the way...kamar lu sempit ya ternyata," ucap Geo mengalihkan pembicaraan sekaligus untuk menghindari pandangan agar tidak  berhadapan dengan wajah cantik Naira. 

"Kamar gue emang gak seluas kosan lu tapi tetap nyaman. Apalagi kasurnya, empuk banget ngalahin kasur punya lu," balas Naira sambil beranjak dari samping Geo dan lompat ke kasurnya. Posisi Naira malah membuat tenggorokan Geo kering sebab celana Naira yang longgar malah terangkat mengekspos pahanya. Geo juga tidak paham dengan dirinya sendiri. Mengapa badannya berekasi berlebihan padahal ia sudah melihat Naira telanjang waktu tidak sengaja mendapatinya membuat konten. Tapi malam itu terasa beda.

"Sini cobaain," kata Naira sambil menepuk-nepuk sebelah kasurnya yang hanya tersisa sedikit ruang.

"Hah? emang boleh?" Geo reflek menelan ludah, ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. 

"Kak Geo kok lu mendadak kaku gini si?" tanya Naira mulai sadar dengan gelagat anehnya. 

"Masa si? Kayanya gue ngantuk deh Nai, gue balik duluan ya." Geo cepat-cepat bangkit untuk pergi dari sana.

"Eh tunggu Kak...Lu gak ngajak gue ke kosan lu?"

***
TBC


Menurut kalian sampai sini cerita ini gimana???kurang apa gituu?

Positif!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang