"Dih" gumam Jay.

"Bang turun aja yok bang, ogah gue lihat ginian." Ucap Gavin menggandeng tangan Rion.

"Ngga usah balik sekalian Lo" ucap Aska.

Akhirnya ke 4 sahabatnya itu pun mengalah dan memilih untuk duduk di sofa yang cukup besar, mungkin muat untuk 2 orang.

"Jahat banget Lo sama temen-temen Lo" bisik Fayra pada Aska.

"Biarin" jawab Aska dan mulai memejamkan matanya untuk tidur, tak lupa semakin mengeratkan pelukannya pada Fayra.

"Jangan gitu juga Ka, kalau semaleman gitu besok pagi pasti badan Fayra sakit kalau bangun." Tutur El.

"Eh, ngga papa kok kak" ucap Fayra menyahuti ucapan El sebelum Aska membuka suara.

"Sini tiduran" perintah Aska pada Fayra.

Mau menolak tidak enak melihat semua pasang mata sahabat Aska menatap ke arahnya.

"Em aku tidur di kamar sebelah aja deh" ucap Fayra berusaha menolak secara halus.

"Di sana buat tidur anak-anak lain" ucap Aska.

"Aku tidur di bawah sini aja ka, ngga papa" ucap Fayra lagi.

"Udah Ra turutin aja, dia emang gitu kalau sakit. Manjanya ngalahin bocah TK" ucap Jay.

Fayra menanggapi ucapan Jay dengan senyum kikuk.

Akhirnya gadis itu mulai merebahkan diri di sebelah Aska. Setelah merasa Fayra sudah nyaman Aska pun kembali membenamkan kepalanya di dada Fayra.

Tak butuh waktu lama juga Aska mulai tidur, mungkin karena efek obat yang laki-laki minum tadi menyebabkan rasa ngantuk.

"Tidur aja Ra ngga papa, gue sama yang lain temenin kalian." Ucap Rion yang baru membuka suara.

"Iya kak" jawab Fayra.

"Iya Ra tidur aja, bang Aska lagi sakit ngga bakal ngapa-ngapain Lo." Ucap Jay.

Fayra hanya mengangguk dan mulai memejamkan matanya menyusul Aska ke alam mimpi, dia besok juga harus bangun pagi untuk pulang, dia berharap bisa bangun sepagi mungkin agar saat dia pulang mama dan kakaknya belom bangun.

...

"Kenapa buru-buru Ra? Ini masih jam 4." Gumam Aska Setengah sadar.

Dia harus terbangun saat merasakan pergerakan dari Fayra.

"Gue pulang dulu, nanti pulang sekolah gue ke sini lagi." Ucap Fayra.

"Anak-anak belom bangun Ra, Lo pulang pake apa?"

"Gue jalan aja Ka, ngga papa"

"Ngga, Lo tunggu di luar. Gue ambil kunci dulu." Perintah Aska.

"Badan Lo masih demam, udah nurut aja kenapa sih." Kesal Fayra pada Aska.

"Lo yang nurut, ini masih gelap. Kalau terjadi apa-apa sama Lo gue ngga bakal maafin diri gue." Ucap Aska.

"Gue ngga bakal kenapa-napa Lo tenang aja, kalau gitu gue pulang dulu." Ucap Fayra mulai beranjak namun pergelangan tangannya di tahan oleh Aska.

"Gue bilang gue ater ya gue anter." Ucap Aska lagi.

"Ngga us-"

"Gue ngga minta persetujuan Lo" laki-laki itu langsung beranjak dan mulai menggandeng tangan Fayra untuk ikut turun bersamanya.

"Pemaksa!" Kesal Fayra.

Rasanya gadis itu ingin teriak saja, tapi dia sadar di sini masih ada sahabat-sahabat Aska yang sedang menjelajahi alam mimpinya.

Dengan muka cemberut akhirnya dengan ogah-ogahan Fayra mengikuti Aska dari belakangnya.

"Udah siap" tanya Aska.

"Udah" jawab Fayra.

Akhirnya Aska menjalankan motor sportnya meninggalkan pekarangan markas Aodra, Aska mengendarai motornya dengan hati-hati karena sebenarnya kepalanya masih sedikit pusing.

...

Plak..

"Dari mana kamu semalam" bentak Aida pada Fayra yang baru masuk.

Mendapat tamparan tiba-tiba tentu saja Fayra kaget.

"Kalau mama tanya itu jawab." Sentak Aida lagi.

Fayra tetap tidak menjawab pertanyaan dari mamanya itu, dia juga bukan orang yang pandai berbohong. Mau berkata jujur dia takut Nancy akan ikut marah.

Aida yang geram karena Fayra tidak menjawab pertanyaannya pun langsung dengan kasar menarik rambut Fayra.

Aida membawa Fayra ke kamar gadis itu, wanita paruh baya itu langsung menghempaskan Fayra ke lantai yang membuat kepala gadis itu terbentur pada meja yang berada di dekat ranjang kamarnya yang membuat darah segar keluar dari dahi gadis malang itu.

"Dasar anak ngga tau diri, cuma bisa bikin malu saja kamu itu. Ke hotel mana kamu semalam, berapa orang yang kamu layani ha. Dasar gadis kotor. Kalau sampai perkerjaan kotor mu itu tersebar di media, kamu hanya mencoreng nama baik keluarga saya kamu paham!" Teriak Aida dengan menggebu-gebu.

"Ma Fayra ngga kaya gitu." Ucap Fayra dengan tatapan memohon agar mamanya percaya.

"tidak usah beralasan lagi kamu!, bahkan kemarin pun kamu sampai menggoda kakak sepupumu sendiri. Memang tidak tau malu kamu ini, apa masih kurang uang yang papamu berikan!" Sentak Aida "berhenti pura-pura menangis untuk menutupi kenyataan gadis bodoh!" Lanjut Aida dan langsung berlalu tak lupa menggambil handphone Fayra sebelum benar-benar meninggalkan kamar gadis itu.

Aida pun tak lupa mengunci pintu kamar Fayra.

Setelah kepergian mamanya Fayra langsung berjalan ke kamar mandi, dia membasahi tubuhnya di bawah shower. Fayra berharap darah yang keluar dari dahinya segera berhenti, di bawah guyuran air yang membasahi tubuhnya Fayra tidak berhenti mengeluarkan air mata.

Kepala Fayra sangat sakit karena tarikan pada rambutnya yang di lakukan mamanya tadi, tapi sakit kepalanya tidak sebanding dengan sakit hatinya mendengar hinaan yang di berikan mamanya.

"Makasih ma, aku tau mama ngelakuin ini pasti karena mama khawatir sama aku." Gumam Fayra tetap berusaha tersenyum.







Hai gays apa kabar?
Buat kalian yang menemukan typo bantu komen ya dan juga jangan lupa kasih vote.
Mampir juga ke IG : hsnlsr_
         Tik tok : hsnlsari
Btw ada yang nungguin cerita ini up ngga?
Happy reading

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now