────『 𝗖𝗿𝗮𝘇𝘆 』

17 6 0
                                    

⚠ALL OF THE SCENES ARE ONLY FICTION
⚠DO NOT PLAGIARIZE MY WORK

PLEASE BE A SMART READER AND ENJOY THE STORY (灬º‿º灬)

──────────────────────────────

Kamis, XX October 2019
11 : 40 AM

"Kamu bolos lagi?" Tanya Jae Min yang sedang membuat Latte Art untuk pelanggan lain.

"Kenapa kamu menuduhku begitu? Bagaimana dengan dirimu sendiri? Kamu saja juga seringkali bolos"

"Setidaknya, aku hadir di saat yang tepat" Jae Min menyombongkan diri.

"Hadir di saat yang tepat? Bukankah kamu terakhir kali pernah ketahuan oleh dosenmu itu?" Tanya Chae Won, dia menemukan kejanggalan dengan perkataannya Jae Min.

"Setidaknya, dosen itu tetap menikmati kopi hasil buatanku, lebih bagusnya lagi... Aku mendapatkan poin tambahan karena sudah menjadi anak yang giat" Jae Min berhasil membuat Chae Won terdiam.

Chae Won tidak benar-benar bolos hari ini, dia hanya mengikuti kelas pagi saja. Padahal di jadwalnya, seharusnya dia ada kelas siang juga, cuma ia malah tidak ikut. Tingkat kemalasannya bertambah semenjak ia menjadi susah tidur yang disebabkan oleh mimpi buruk yang terus menghantuinya. Sekarang, Chae Won lebih suka menetap di kafenya Jae Min daripada di rumah. Dia merasa rumahnya seperti dihantui oleh arwah adiknya. Chae Won benar-benar menyesal, tak seharusnya dia melihat korban kecelakaan mobil itu.

"Jae Min, menurutmu..." Chae Won menggantung perkataannya.

"Apa?"

"Apakah aku bisa menjadi idol? Aku ingin menjadi idol... Namun, jika aku menjadi idol... Kemungkinan aku akan dibenci habis-habisan"

"Kenapa? Apakah karena masa lalumu yang suka mengucilkan teman-temanmu?"

"Bisa dibilang begitu..."

"Apakah kamu merasa kalau kamu penyebab utamanya? Bagaimana jika kamu membuat video minta maaf kepada seluruh murid yang pernah menjadi korbanmu?"

"Aku mau seperti itu, namun... Bukankah itu juga sudah pasti tidak akan diterima?"

"Setidaknya, kamu sudah minta maaf" Jae Min mengantarkan kopi ke pelanggan.

"Selamat menikmati, tuan" Ucapnya.

Si pelanggan membalasnya dengan senyuman hangat dan menerima kopi buatan Jae Min.

Jae Min duduk di depan Chae Won, dia menaruh nampannya di atas meja.

"Kamu takut, ya? Kalau kamu takut, lebih baik tidak usah jadi idol" Jae Min memberikan cara termudah.

"Tapi, aku ingin... Aku ingin menjadi idol dan penari! Bagaimana ini...?" Chae Won merengek.

"Kamu ini banyak maunya, yah... Ya sudah, minta maaf saja dulu! Kalau kamu sampai terjerat kasus, nanti minta maaf lagi" Jae Min memasang ekspresi kesal.

"Uhmm..." Chae Won cemberut.

"Kalau perlu, kamu jelaskan saja semuanya bagaimana hal itu bisa terjadi... Sebut saja kalau kamu pernah Star Syndrome, itu bukan suatu masalah... Setiap orang pasti pernah mengalami hal itu kalau menjadi terkenal, tergantung bagaimana cara kamu menghadapinya"

Chae Won cuma bisa cemberut, dia bingung. Memang penyesalan selalu datang diakhir, kalau awal-awal itu namanya pendaftaran. Jae Min kembali membawa nampannya dan masuk ke dalam meja kasir atau sebut saja pembatas antara pelanggan dan pelayan. Mi Yeon masuk ke dalam dengan senyuman cantik di wajahnya. Chae Won sontak menengok ke arah pintu masuk.

"Oh, Jae Min! Apa kabar~?" Mi Yeon berjalan cepat ke arah meja kasir.

Jae Min menghampiri Mi Yeon, dia bertumpu pada meja.

"Oh, tumben sekali kamu ke sini? Memang kamu tidak ada kerjaan di sana?"

"Hey, aku sedang istirahat makan siang! Memangnya kamu pikir aku sedang ngapain? Jelas-jelas aku sedang mau istirahat" Mi Yeon cemberut, suasana hatinya langsung kacau.

"Terserah... Hari ini mau pesan apa?" Tanya Jae Min, menyiapkan layar tabnya.

"Aku ingin pesan Caffe Mocha yang Regular saja"

"Tidak mau yang Venti?" Jae Min menawarkan.

"Tidak, uang jajanku baru saja dipotong oleh papa karena aku meminta sesuatu darinya" Mi Yeon tersenyum seperti orang bodoh.

"Dipotong? Kamu minta apa?" Jae Min menatap Mi Yeon penuh curiga.

"Cepat, buatkan saja pesananku! Ini kartunya!" Mi Yeon memberikan kartunya pada Jae Min.

Jika kalian belum tau, Mi Yeon dan Jae Min adalah sepupu dari keluarga mamanya Mi Yeon.

──────────────────────────────

Selasa, 13 July XXXX
10 : 15 AM

"Bukankah dia orang aneh?"

"Pastinya dia orang aneh..."

"Iya, dia orang aneh"

Para siswa-siswi membicarakan Baek Ha yang sedang berjalan menuju toilet. Baek Ha baru saja menginjak kelas 1 SMA dan sudah langsung dimusuhin. Bahkan, anak baru dari sekolah lain juga tidak ingin berteman dengannya karena rumor-rumor aneh yang sudah tersebar. Baek Ha dianggap sebagai pembunuh atau monster oleh murid-murid sekolah. Baek Ha sudah terbiasa akan hal itu, dia tidak mempedulikannya.

Selama dia tidak diusik secara langsung, maka tidak akan ada masalah.

"Hey, kamu!"

Baek Ha berhenti, dia menengok ke belakang.

"Kamu yang namanya Baek Ha?" Tanya si siswi dengan seringai di wajahnya.

Baek Ha menengok ke sebelahnya, ternyata siswi itu sedang bersama teman-temannya.

"Iya" Jawab Baek Ha singkat.

Si siswi yang berdiri di dekat pintu pun mendekat ke arah Baek Ha, bersama teman-temannya.

"Oh, kenalin! Aku kakak kelas kamu, namaku Yoo Ji Min!" Ji Min mengulur tangannya untuk salaman.

Baek Ha mengenggam tangan itu dan bersalaman.

"Oh, lihat! Si bocah kotor memegangku~!" Ji Min menengok ke sekitarnya.

Murid-murid lain yang menyaksikan itu mentertawakannya, Baek Ha sedang dipermalukan.

"Hey, kamu tidak tau aku? Aku ini adalah primadonna... Dengan santainya, kamu memegang tanganku dengan tanganmu yang kotor dan rendahan itu... Kamu tidak merasa malu?" Ji Min menatap remeh Baek Ha.

"Kamu merasa kalau kami akan menjadi temanmu? Jangan harap hal itu terjadi, kami tidak ingin berteman dengan... MON~STER~" Temannya Ji Min yang bernama Min Jeong ikut mempermalukan Baek Ha.

Dua temannya lagi yang bernama Aeri dan Ningning hanya memperkeruh suasana.

"Kenapa aku harus merasa malu?" Tanya Baek Ha.

"Hey, berhenti ketawa!" Perintah yang dikeluarkan Ji Min berhasil membuat sekitarnya berhenti ketawa.

Ji Min mendekat ke Baek Ha.

"Apa yang kamu katakan tadi? Kupingku tidak begitu berfungsi untuk bocah kotor sepertimu" Ji Min tersenyum sombong.

"Kupingmu indah dan sangat bagus, cocok untuk dipotong dan diberikan kepada orang tuli" Baek Ha tersenyum manis.

Ji Min menatap tidak suka ke arah Baek Ha.

"Maksudmu apa?"

"Maafkan aku, orang pintar sepertimu pasti susah untuk mengerti perkataan orang bodoh sepertiku..." Baek Ha meremas tangannya Ji Min.

"Aw—! Lepaskan, lepaskan! Lepaskan tanganmu yang kotor itu!" Ji Min mulai merasa jijik.

"Kotor? Padahal aku selalu mandi menggunakan lumpur... Kamu tidak menyukainya?" Baek Ha tersenyum seperti psikopat.

"Dasar orang miskin, lepaskan aku! Tolong, siapapun! Tarik dia! Lepaskan dia dari—AAAAHHH!!!" Ji Min berteriak kesakitan.

Baek Ha barusan mematahkan tulang hastanya Ji Min.

"Janganlah menangis... Tidak seharusnya orang pintar sepertimu menangis, masa begitu saja sudah menangis?" Baek Ha menatap datar ke arah Ji Min.

"Hey, sialan!"

Min Jeong baru saja mau meninju muka Baek Ha, tapi kepalan tangannya langsung ditahan oleh Baek Ha. Ji Min yang sudah terjatuh ke lantai ditendang begitu saja oleh Baek Ha ke arah tembok. Baek Ha menarik tangannya Min Jeong dan menyikutnya tepat di perutnya Min Jeong. Air liur dan air mata keluar di saat yang bersamaan, Min Jeong memeluk dirinya sendiri. Baek Ha mengakhiri Min Jeong dengan tamparan yang keras, cukup membuat Min Jeong tersungkur ke lantai.

Aeri dan Ningning hanya bisa menonton sembari ketakutan.

"Katakan aku monster sekali lagi, maka aku akan membuat nasib kalian sama seperti mereka" Baek Ha menatap tajam ke seluruh murid yang berada di sana.

Murid-murid yang berada di sekitarnya hanya kembali berbisik, pastinya tentang hal buruk mengenai Baek Ha.

Baek Ha mendekat ke Ji Min, sekali lagi dia menendang wajahnya Ji Min.

"Primadonna seharusnya dilayani oleh murid sekolah, kan? Sekarang aku ingin bertanya..."

Baek Ha jongkok di depan Ji Min yang sedang ketakutan.

"Di mana pelayan-pelayanmu ini? Bukankah mereka seharusnya berusaha melindungimu dariku?" Baek Ha menatap tajam ke arah Ji Min.

"Kamu bukanlah kupu-kupu, kamu hanyalah seekor ulat yang mengaku akan menjadi kupu-kupu"

──────────────────────────────

Kamis, XX October 2019
07 : 10 PM

Yu Qi sudah berusaha untuk makan malam dengan makanan yang ia suka, namun tidak membuahkan hasil. Dirinya tetap memuntahkan makanan yang barusan ia makan. Perutnya mendadak merasa mual dan nafsu makannya menurun. Yu Qi mendadak merasa seperti orang gila setelah membunuh ibunya, dia seperti dikutuk. Namun, sebenarnya dia hanya terlarut dalam kesedihannya terlalu lama. Ia terus-terusan menangis, padahal air matanya sudah tidak ada dan mengering.

"Lucas... Jangan pergi..."

Lucas yang memang dari awal hanyalah khayalan Yu Qi, membuat Yu Qi semakin terpuruk.

Yu Qi memaksakan diri untuk keluar dari toilet.

"Eonnie...?" Baek Ha menatap Yu Qi yang terlihat tidak ada semangat hidup.

"Baek Ha..." Yu Qi berlari ke arah Baek Ha dan memeluknya.

"Eonnie, ada apa?! Kenapa?!" Baek Ha tentu saja kebingungan.

"Katakan padaku!" Yu Qi melepaskan pelukannya dan meremas kedua pundak Baek Ha.

"Aku tidak salah, kan? Aku membunuh mama dengan racun yang diberikan Mi Yeon, aku membunuhnya! Polisi tidak mengincarku sama sekali, hidupku seperti diberkati begitu saja! Rencanaku telah berhasil Baek Ha, kita bebas... Tapi, kenapa aku merasa bersalah? Apakah seharusnya kita hidup dengan penuh tekanan?" Yu Qi menatap mata adiknya.

Baek Ha seperti ketakutan melihat Yu Qi yang seperti orang gila.

"Katakan padaku, Baek Ha... Apakah kita harus mencari mama kembali?"

Baek Ha tak kunjung menjawab, Yu Qi kesal. Dia meremas rambutnya Baek Ha, ia jambak dan menjedotkan kepala Baek Ha ke tembok. Baek Ha tidak menangis maupun mengeluarkan suara, ia pasrah dilukai oleh Yu Qi. Darahpun mulai keluar dari dahi dan hidungnya Baek Ha, pandangan Baek Ha mulai memudar. Namun, Yu Qi kembali tersadar kalau dia itu sedang sendirian.

Baek Ha tidak ada di sana, daritadi ia hanya sedang menyiksa boneka panda besar yang sedang menggigit bambu.

"Baek Ha? Baek Ha... Kumohon, maafkan aku..."

Baek Ha tidak sepenuhnya berbohong tentang Yu Qi yang menyakiti dirinya. Memang selama Yu Qi masih tinggal di rumah bersama keluarga, Yu Qi sering kali melukai fisik dan psikisnya Baek Ha. Seringkali Baek Ha masuk ke rumah sakit yang berbeda-beda hanya karena tingkah laku keluarganya itu. Jangan heran kalau Baek Ha menjadi sering bermain kasar dan mudah untuk melukai orang lain. Hatinya Baek Ha memang harus dingin dan tidak mudah jatuh kepada orang lain. Kecuali, kelima temannya itu yang muncul di hadapannya dan memberikan kehidupan baru.

Yu Qi mendengar HPnya berdering, dia langsung pergi mengambil HPnya.

"Halo?" Yu Qi berusaha untuk tenang.

"Halo, dengan kediamannya Song?"

"Iya, kenapa?"

"Oh ini, saya orang acak nih sebenarnya... Saya ingin memberitahu kalau pria bernama Song Kang baru saja mengalami kecelakaan mobil, tolong datang ke rumah sakit Hang Ju!"

Yu Qi yang mendengar itu langsung membuka lebar matanya.

"Kecelakaan?"

"Iya, ini saya hanya mengabarkan saja, jika kamu ingin datang, saya akan memberikan lokasinya"

Orang acak itu memutuskan panggilannya dan sesuai perkataannya, dia mengirimkan alamat rumah sakit ke Yu Qi via chat.

"Papa... Tabrak...?" Yu Qi tersenyum senang.

"Lucas, bukankah hal ini adalah hal yang bagus?!"

Yu Qi menengok ke semua arah, namun tidak ada Lucas.

"Lucas... Kamu di mana? Tidak lucu kalau kamu menghilang..."

Yu Qi meminum obatnya dengan rakus, ada 5 butir kapsul yang diminum olehnya. Tenang saja, itu adalah obat penenang. Yu Qi buru-buru mengganti pakaiannya dengan pakaian yang simple namun sopan. Dia pergi ke rumah sakit menggunakan motornya karena mobilnya sudah diambil alih oleh Baek Ha. Lucas benar-benar menghilang seperti ditelan bumi, Yu Qi tidak habis pikir.

"Papa... Aku harap papa sudah mati sebelum aku sampai, aku benar-benar mengharapkan hal itu"

──────────────────────────────

𝙏𝙤 𝘽𝙚 𝘾𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚𝙙...

Thank you for reading this chapter
Please wait for the next chapters(◍•ᴗ•◍)
-Love, Kei

𝙍𝙚𝙫𝙚𝙧𝙞𝙚 || 𝙏𝙤𝙢𝙤𝙧𝙧𝙤𝙬 𝙓 𝙏𝙤𝙜𝙚𝙩𝙝𝙚𝙧Where stories live. Discover now