PR • Him And A Year Ago.

70 11 27
                                    

Nah kan nah kan, cerita baru teross.

Orang lain mah ide baru, prolog, isi cerita, ending. Lah aing, ide baru, prolog, isi cerita, ide baru, prolog, isi cerita, ide baru, gitu teross.

Udah ah, baca aja. Semoga suka dan ceritanya kali ini lancar. Aminn

•••

S P E C I A L • C A S T

S   P   E   C    I    A    L   •   C   A   S   T

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Drrt! Drrt!

Nyala layar ponsel di atas meja menarik atensi seorang laki-laki yang pada malam itu tengah sibuk dengan bir di tangannya serta merta musik disko yang menderu kencang. Di antara kelap-kelip lampu dunia malam sang lelaki mengambil benda pipih berwarna silver tersebut lalu mengeceknya.

Nabila
| Kamu dimana?
| Kok telfon aku gak diangkat?
| Aku butuh kamu sekarang, plis.

Cowok berkemeja putih yang dua kancing atasnya dibiarkan terbuka serta terdapat beberapa bercak lipstik itu lantas mengembuskan napas gusar usai membaca pesan singkat dari kekasihnya.

Kekasih? Ya, mungkin saja dia masih menganggapnya. Sudah seminggu ini Jake Wilson Andela tidak memberi kabar padanya setelah pertengkaran hebat mereka. Entah, terakhir kali Jake menganggap Nabila terlalu dramatis. Seperti saat ini, butuh katanya? Jake tidak bisa memikirkan hal sepele lainnya selain itu.

"Jake, are you oke?" tanya perempuan berpakaian minim yang sedari tadi duduk di samping Jake.

Jake mengacuhkan bahu sebagai jawaban.

"Kamu mabuk?" tanyanya lagi. Jake hanya menggeleng. Perempuan ini mengisi ulang gelas Jake yang mulai kosong. Jake meneguk minuman keras itu lagi dengan sekali teguk. Jujur saja dia bohong soal gelengan kepala barusan. Nyatanya kepala Jake terasa pusing dan pikirannya tak terkendali.

Jake tak lagi memerdulikan tangan perempuan itu yang meraba dada bidangnya yang terekspos. Jake tak lagi leluasa menguasai hormonnya saat perempuan itu menciumi jakun dan area lehernya. Laki-laki itu justru mendongak memberi ruang lebih.

Parahnya lagi perempuan sexy itu berpindah duduk menjadi di atas pangkuan Jake. Jake sama sekali tidak menolak, justru, ia merapatkan tubuh perempuan itu padanya. Mereka berciuman panas.

PRANG!

Nabila menutup rapat kedua telinganya saat suara pecahan barang keramik terdengar nyaring untuk yang sekian kali. Di balik pintu kamarnya Nabila duduk meringkuk sambil terus menangis. Bibir bawahnya luka karena gigitannya sendiri.

Lagi-lagi dengan tangannya yang gemetar ketakutan Nabila berusaha menghubungi Jake. Ini sudah yang ke berapa kali? Namun hasilnya tetap saja nihil. Jake hanya membaca pesan yang Nabila kirim dan tak mengangkat panggilan darinya. Segitu tak pedulinya kah Jake sekarang?

Glimpse Of Us | JakeWhere stories live. Discover now