10. Akhir yang Mengecewakan

10.3K 598 85
                                    

10.

Akhir Yang Mengecewakan

Langit-langit bolong seketika. Derren dan Dirsa masih berkutat untuk memperebutkan pistol itu. Pistol itu turun dan sekarang ada ditengah-tengah mereka. Tak berapa lama kemudian terdengar suara tembakan.

Suasana hening seketika. Jantung Daris, Rai dan Sandra serasa membeku. Mereka mengintip dari tempat persembunyian masing-masing. Ada tetesan darah berjatuhan ke atas lantai.

Siapa... siapa yang kena tembak...? batin Rai. Derren atau...

Derren mundur perlahan. Tangannya memegangi perutnya. Ada rembesan darah yang melumuri pakaian putihnya. Dia jatuh.

“Tidak! Derren!” Daris berteriak. Dia keluar dari tempat persembuyiannya dan segera kearah Derren. Dirsa tersenyum penuh kemenangan. “Derren! Derren bangun!” air mata Daris berlinang ketika melihat wajah Derren yang pucat. “Nak, jangan mati. Kau tidak boleh meninggalkan Ayah. Tidak boleh!”

“Ayah... aku...,” suara Derren melemah.

“Kau akan baik-baik saja. Ayah janji.”

“Bagaimana, Pak Presidir? Kau akan melihat Putramu mati secara perlahan-lahan!” kata Dirsa penuh kemenangan. Dia tertawa seperti orang gila.

“Putraku tidak salah apapun! Kalau kau begitu dendam padaku, jangan lampiaskan pada Putraku!” Daris berang. “Kau pengecut! Kau pengecut! Kau boleh membunuhku asal jangan melibatkan keluargaku!”

“Baik. Kalau begitu kubunuh juga kau,” Dirsa menarik pelatuknya.

PRAAANK

Seseorang masuk dari jendela dan menerjang Dirsa. Pistol ditangan Dirsa jatuh. Orang itu, dengan sigap, mengunci tangan Dirsa dan memborgol tangannya.

“Apa-apaan ini?” Dirsa berkutat. Dia berteriak marah. “Siapa kau?”

“Jermy Nicolen, Polisi sekaligus pengawal pribadi Hosea Derren Harryawan,” kata Jermy. Seseorang yang lain masuk, kali ini Ello. “Kau ditangkap atas tuduhan penculikan, pencobaan pembunuhan, penipuan, pembunuhan, korupsi dan entah apa lagi. Kelihatannya kau harus betah di penjara dalam waktu lama. Dasar penjahat.”

Ello melihat keadaan Derren yang tidak sadarkan diri.

“Dia harus dibawa ke rumah sakit,” gumam Ello. “Jermy, kau urus disini. Aku akan membawa Hosea Derren ke rumah sakit,” kata Ello menggendong Derren. “Doktor Daris, ikut aku. Kalian juga,” tambahnya pada Sandra dan Rai.

Rai, Sandra dan Daris mengikuti Ello yang berlari sambil menggendong Derren. Langkahnya cepat dan panjang. Sulit dikejar. Kondisi Derren kelihatan lemah sekali. Dia bahkan tidak bergerak sedikitpun. Ketika mereka sudah keluar dari ruangan itu, sudah ada helikopter yang terparkir di lapangan, berpuluh-puluh pasukan berseragam yang menodongkan pistol pada anak buah Dirsa dan mobil-mobil polisi. Baling-baling helikopter itu masih berputar.

Derren dan RaiWhere stories live. Discover now