Madness - Chapter 13

22 3 0
                                    

________________________________
____________________

C13 : If it was up to me

____________________
________________________________

____________________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

________________________________

Qars Al Watan, Abu Dhabi, United Arab Emirates...

HRH Sheikha Jasmine Aiyla Al Thani bint Rashid Al Thani.

Begitulah yang tertulis di atas kata 'Pendiri' di surat izin penyaluran dana dari organisasi amalnya; Al Nisa. Seorang putri yang menyukai kegiatan amal. Sempurna. Jasmine tersenyum samar, menandatangani surat itu.

"Sampaikan rasa penyesalanku karena tidak dapat ikut ke Kenya minggu depan pada istri duta besar di sana." Kata Jasmine yang langsung diangguki oleh Aisha sebelum sekertaris pribadinya itu mengambil surat izin yang telah berisi tanda tangan Jasmine.

"Mengenai permintaan anda beberapa hari yang lalu," Aisha menjeda sejenak, tampak ragu meskipun hanya sesaat. "HRH Sheikh Rashid ingin berbicara langsung dengan anda sebelum beliau memutuskan."

"Kenapa? Bukankah permintaanku bagus?"

"Sepertinya beliau ingin melihat keyakinan anda, Sheikha."

Jasmine diam-diam menghembuskan napas panjang, menyandarkan punggungnya di sandaran kursi berbahan kulit di balik meja kerjanya. Pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan bernuansa putih keemasan, tempat di mana dia menghabiskan banyak waktunya.

"Apa menurutmu, memang terlalu cepat?" Tanya Jasmine.

"Tidak, Sheikha. Kalau itu yang anda inginkan, menurut saya tidak ada yang salah."

Lagi, Jasmine menghembuskan napas. Kali ini lebih kentara. Memang benar, Jasmine yang menginginkannya. Tetapi bukan untuk dirinya. Semua yang dia lakukan, termasuk hidupnya, adalah untuk negaranya. Dan meskipun Jasmine benci mengakuinya, mungkin permintaannya kali ini sedikit terdorong oleh egonya.

Brian Asghar. Laki-laki liar itu benar-benar melukai ego Jasmine di pertemuan terakhir mereka. Dia terang-terangan menganggap remeh dan bahkan secara tersirat berniat menolak pertunangan yang telah disepakati kerajaan. Itu berarti sama saja Brian menginjak-injak bendera yang selama ini Jasmine junjung tinggi.

Jasmine mengentukkan telunjuknya di meja. Matanya menyorot penuh perhitungan. "Kalau begitu, kapan ayahku kembali?"

"Pesawat HRH Sheikh Rashid akan mendarat siang ini, Sheikha."

"Baiklah." Untuk ketiga kalinya, Jasmine menghembuskan napas panjang. "Kosongkan jadwalku hari ini."

><><><

Cruelest MindWhere stories live. Discover now