Setelah melihat semuanya sudah berjalan terlebih dahulu, Aska langsung berjalan mendekati amang penjual gorengan yang menjadi tujuan bolos dia bersama teman-temannya.

"Mang tadi gorengnya berapa?" Tanya Aska.

"Ngga usah den, ngga papa. Itu upah kalian udah bantuin amang." Ucap penjualannya.

"Ngga papa mang, yaudah ini ya. Kembaliannya buat amang aja." Ucap Aska memberikan uang seratus ribu dan setelah itu langsung berpamitan untuk masuk.

"Makasih den"

"Iya mang, kalau gitu Aska masuk dulu." Ucap laki-laki itu dan langsung berjalan menyusul teman-temannya yang lain.

...

Seperti rutinitas setiap hari, Aska saat ini sudah menunggu di depan gerbang sekolah Fayra untuk menjemput kekasihnya itu.

"Tumben pulangnya agak lambat?" Tanya Aska saat melihat Fayra baru keluar bersama teman yang Aska ingat bernama Felicia.

"Tadi ada pelajaran tambahan" jawab Fayra.

"Yaudah ayo naik" perintah Aska.

"Gue balik sama Feli"

Feli yang namanya tiba-tiba di sebut pun langsung kaget "eh, nggak kok. Gu-gue udah di jemput. Ra gue duluan ya." Ucap Feli dengan gugup karna tatapan tajam dari Aska.

"Fel" panggil Fayra namun Feli sudah jalan jauh di depannya.

"Udah yok naik, mendung nih. Keburu ujian nanti" ucap Aska lagi.

Fayra pun dengan hati kesal pun akhirnya naik ke jok belakang motor Aska.

Dan benar saja kurang dan 5 menit perjalanan hujan mulai turun lumayan deras.

"Ra kita berhenti dulu ya" teriak Aska karna hujan yang begitu berisik.

"Ngga usah Ka, kita langsung pulang aja." Ucap Fayra.

"Kita berhenti dulu Ra, nanti Lo sakit."

"Ngga, gue udah biasa hujan-hujanan." Jawab Fayra.

"Ngga, kita berhenti dulu" ucap Aska dan langsung memberhentikan motornya di sebuah ruko yang tutup.

"Turun Ra." Ucap Aska saat sudah sampai di salah satu ruko yang tutup.

"Ka kita langsung pulang aja, gue udah di tungguin mama gue" ucap Fayra sedikit keras agar Aska dapat mendengar yang di ucapkan.

"Mama Lo pasti ngerti Ra, ini lagi hujan." Jawab Aska.

"Gu-gue ada acara penting habis ini." Ucap Fayra mencoba mencari alasan.

"Sepenting apa-pun acara itu, kesehatan Lo lebih penting." Ucap Aska tak terbantah.

"Ka-" ucapan Fayra langsung terpotong oleh Aska.

"Lo kenapa se takut itu sama mama Lo?" Tanya Aska tiba-tiba tanpa menatap ke arah Fayra.

Fayra yang mendapat pertanyaan itu sedikit gugup dan berusaha tetap tenang.

"Ya dia kan mama gue, ya pasti gue takut lah." Jawab Fayra.

"Tapi takut Lo ke mama Lo itu beda" ucap Aska.

"Beda dari mana sih Ka?" Tanya Fayra gugup.

Aska langsung menatap ke arah mata Fayra.

"Takut karna patuh dan ketakutan itu beda." Ucap Aska.

"Dih sok tau lu"

"Ra gue serius, kalau emang Lo ada masalah Lo bisa cerita ke gue. Lo ngga harus kaya kemaren cerita ke pohon, pohon ngga bakal ngasih solusi Ra, mending cerita sama gue." Ucap Aska.

"Ngga, enak cerita Ama pohon" jawab Fayra.

Aska langsung memutar bola matanya malas "terserah Lo" jawab Aska kesal karna Fayra yang tidak bisa di ajak bicara serius.

"Yaudah ayok lanjut pulang" ujar Fayra.

"Nunggu reda" jawab Aska ketus.

"Dih gitu aja marah" goda Fayra yang melihat wajah cemberut Aska.

"Ngga ada yang marah."

"Itu marah" goda Fayra lagi.

Aska pun hanya menatap Fayra sebentar dan kembali menatap ke depan.

"Terserah Lo deh mau marah kek mau apa, yang penting ayo buruan pulang. Gue udah di tungguin."ucap Fayra.

"Bawel banget sih dari tadi" kesal Aska yang langsung melepas jaket yang dia gunakan dan memberikannya kepada Fayra.

"Pake" perintah Aska.

"Lo pake apa?" Tanya Fayra.

"Pake baju lah, ngga lihat Lo." Jawab Aska dengan nada yang nyolot.

"Lo pake aja deh, ntar Lo ke dinginan lagi."

"Bawel Lo" ketus Aska dan langsung memakai Fayra jaket miliknya.

Dengan keadaan Aska yang begitu dekat dengan dirinya membuat Fayra gugup tak lupa dengan jantungnya yang berdetak kencang.

"Udah? Gitu amat lihatinnya." Goda Aska tiba-tiba.

Fayra mendecak, "kumat lagi nih orang" gumam Fayra yang tentunya Aska tidak dengar karna derasnya hujan.

"Udah ayo, mau pulang apa mau lanjut natap gue?" Goda Aska lagi.

"Mending pulang, natal Lo bikin gue mual." Ucap Fayra dan langsung naik ke atas jok motor Aska.

"Dasar cewek, gengsinya setinggi harapan orang tua." Gumam Aska.

Setelah merasa Fayra sudah nyaman Aska langsung kembali menjalankan motornya menuju rumah Fayra.

"Pegangan Ra" perintah Aska.

"Ngga usah, gini aja" jawab Fayra.

"Entar Lo ke dinginan"

"Gue udah pake jaket Lo."

"Udah buruan"

Akhirnya Fayra menurut karena dia sudah malas berdebat dengan laki-laki di depannya ini.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now