SATU

861 71 1
                                    

▪︎
▪︎
▪︎

"Banyak banget nih barang, gimana kita bawanya?"

"Tenang aja mbak, nanti karyawan kita aja yang antar ketempat yang mbak mau,"

"Kirim ke SMA Merdeka Bangsa ya pak,"

Akhirnya mereka berdua sudah selesai memesan peralatan yang dibutuhkan untuk kelas mereka. Daiva duduk meneduh di toko gerabah yang didatanginya, tubuhnya terasa sangat dingin akibat diguyur oleh air hujan.

"Pulang sekarang atau gue tinggal disini?" ancam Nata pada Daiva.

"Sekarang? masih hujan loh kak, gue juga kedinginan ini.."

Jari telunjuk Nata menunjuk kearah wajahnya. "lo liat muka gue," Daiva menoleh melihat wajah Nata, "emang gue peduli sama lo?"

Daripada berdebat tidak jelas dengan Nata, Daiva memilih untuk menuruti perintah Ketua kelasnya yang menyebalkan itu.

Nata memutar bola mata malas saat melihat Daiva yang masih enggan untuk keluar dari toko gerabah tersebut. Ia kemudian berlari keluar toko, membuka jok motornya, dan mengambil sesuatu yang ada didalamnya.

"Kalo gak mau pake yaudah," ucap Nata memberikan sebuah jas hujan berwarna hitam kepada Daiva.

Daiva berdiri dari duduknya, menerima apa yang diberikan Nata, "belum juga ditawarin, ini apa emangnya?"

"Gue pikir, mata lo gak buta dan tangan lo gak buntung kan?" sarkas Nata kemudian kembali menghampiri motornya yang berada diluar toko.

"Ada ya, orang kayak gitu?"

▪︎▪︎▪︎

Sepanjang perjalanan, Nata tidak mengucapkan sepatah kata apapun pada Daiva. Sampai akhirnya Daiva membuka percakapannya.

"Kak, gue mau tanya boleh?" Nata hanya berdehem.

"Katanya, lo mantan anggota geng motor yang terkenal disini?"

Pertanyaan yang selalu dihindari Nata. Selalu saja ada orang yang membuatnya teringat betapa sakitnya kehilangan. "kenapa emangnya?"

"Kalo bener, boleh tau alasan geng motor itu bubar?"

Seketika Nata memberhentikan motornya saat mendengar pertanyaan dari Daiva. Napasnya sudah memburu, mata Nata sudah menjadi sangat merah, seakan siap untuk menerkam musuhnya.

Nata menoleh, menatap tajam Daiva yang bingung karena mendadak, Nata menghentikan motornya. "LO TURUN SEKARANG!!"

"Loh, kenapa sih kak?"

Nata menurunkan standar motornya, ia segera turun dan menarik kasar tangan Daiva agar turun dari motornya.

Pergelangan lengan Daiva seketika menjadi merah akibat cengkraman yang diberikan Nata begitu kuat. "lepasin, sakit kak.."

Daiva segera turun dari jok motor Nata, ia membalas dengan menepis kasar cengkraman Nata. "INGET, LO CUMAN ORANG BARU DISINI. LO GAK BERHAK BUAT MEMPERTANYAKAN PERSOALAN ITU!!" Nata membentak Daiva dengan suaranya yang begitu keras.

Gadis itu terisak, ia mengusap matanya yang sudah meneteskan air mata. Tak ada orang yang berani membentak Daiva selain orang tuanya. Namun kali ini, seorang cowok yang baru ia kenal tiga hari yang lalu berani membentaknya begitu keras.

"Bisa kecilin suara lo?!" balas Daiva membentak Nata.

Nata mendorong tubuh Daiva hingga tersungkur kepinggir jalan. "gue gak peduli!" ucapnya kemudian pergi meninggalkan Daiva tanpa rasa simpati sedikit pun.

▪︎▪︎▪︎

Tarik napass~
Chapter satu dikit aja dulu, baru awal soalnya hehe..

EVANESCENCEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora