[2] Penghuni Wonderland

10 0 0
                                    

♟️♟️♟️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♟️♟️♟️


   Kedai es krim di ujung jalan, dengan papan nama bertuliskan "Wonderland" menggantung dengan begitu noraknya. Gaya jadulnya tidak pernah berubah, bahkan rasa es krimnya tidak bisa mengalahkan es krim yang dijual di minimarket.

   Sepi, tidak ada yang tertarik menghampiriku toko dengan warna pudar dan jelek. Mungkin diantara jutaan manusia yang berlewatan berpikir --jika mereka bisa berpikir-- bahwa toko tersebut tidak akan bertahan lama. Lampu di teras berkedip sebelum mati total, mengisyaratkan takdir toko reyot tersebut.

   "Sudah kubilang untuk memperbaiki lampunya, Ash!"

   "Ayolah, aku sudah sibuk akhir-akhir ini!"

   "Sibuk mendengkur di sudut ruangan?"

   Perempuan dengan kostum formal dengan name tag manager berjalan mendekati laki-laki dengan rambut keriting peraknya.

   "Baik-baik! Akan kuperbaiki!"

   "Kau harus berhenti bercanda, Ash."

   "Ayolah Gabriel, aku bosan. Lagi pula tidak ada pelanggan."

   Pria yang namanya Gabriel itu melirik lewat sudut matanya. Ia menutup buku novel yang bukan miliknya. Melepas kaca mata hingga mata abunya terlihat begitu jelas.

   "Sekali lagi, kamu berkata seperti itu akan kusobek mulutmu!"

   Silvia merenggut. Riasan di wajahnya sudah menghilang, bahkan kostum The Knave of Hearts sudah terganti dengan kaos juga jeans ketat membalut kaki jenjangnya. Ia menuruni tangga menghampiri Rosa meminta izin.

   "Kalian mau kemana?"

   "Liburan," Perempuan dengan bando kucing menjawab pertanyaan Ash yang sudah membawa bohlam lampu.

   "Kami akan ke festival, Zara juga Anastasya benar-benar ingin ke sana sejak kemarin."

   "Ayolah, aku tidak mau ketinggalan festival sejak hari pertama!"

   Rambut putihnya membuat semua mata terpaku. Seolah malaikat baru saja turun menjebol atap penuh sarang laba-laba.

   "Lagi pula, kami sudah lembur sejak kemarin! Memangnya aku tidak boleh bersenang-senang?!"

   Tarik kembali pujian yang sudah kalian ucapkan. Bibirnya penuh bisa, ia bukan hanya malaikat tapi iblis dalam rupa malaikat.

   "Benar-benar iblis, ucapanmu menyakitiku!"

   "Kalau kamu perlu tahu, Ash," Zara melepas bando kucing dari rambut gelap "Iblis adalah malaikat yang terbuang dari Surga."

   "Aku sudah siap! Ayo pergi!"

   Sosok terakhir menuruni tangga. Dress dengan motif bunga semakin memperindah rupanya yang mengandung racun medusa. Membuat beberapa akan membatu, terpaku ketika bertatapan dengan Adelle.

Wonderland [Case 1]Where stories live. Discover now