[1] Mereka Gila

11 0 0
                                    

♟️♟️♟️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♟️♟️♟️

   Perempuan dengan rambut sebahu masih menangis. Tubuhnya memiliki beberapa bekas memar. Ia memegang jalinan tali yang kini sudah membentuk sebuah simpul menggantung di langit-langit kamar.

   "Maaf," bisiknya sembari menendang kursi yang menjadi pijakan. Tubuhnya meronta selama beberapa saat, sebelum akhirnya terdiam lemas.

   Satu jiwa telah pergi.

   Suasana sepi memenuhi kamarnya yang begitu berantakan. Beberapa barang tergeletak tidak pada tempatnya.

♟️ ♟️ ♟️

   Lima manusia mengendap-endap. Gelap malam seolah menyelimuti mereka, menyamarkan aroma. Siluet dua orang bertubuh besar dengan senapan bersiaga menyambut siapapun yang lewat di depan mata mereka.

   Seekor tikus mencicit lewat di depan kedua orang yang berkedip sebelum jatuh tidak sadarkan diri. Sosok dengan penutup kepala kucing membuat wajahnya tidak terlihat. Seringai licik melebar hingga sudut mata menatap dua orang yang mendengkur teratur.

   "Mimpi indah kalian, anjing bodoh."

   Seseorang melewati seringai si kucing, pita yang membelit kepalanya berekor dengan beberapa lubang menjadi penghias. Tangannya memberi kode pada dua orang di belakangnya untuk masuk ke ruangan di ujung.

   Telinga kelinci yang sebagiannya menekuk menuju pipinya memandang orang tersebut, lalu mengangguk dan segera berlari memasuki ruangan. Di susul sosok lain memasuki ruangan tersebut.

   Lima orang dengan tambahan dua anak kecil terikat di tengah. Mereka terpaku menatap si kelinci dengan terkejut. Tidak ada suara tapak kaki membuat lima orang bertampang seram mengira di luar sana sedang kosong. Lagi pula, ada dua penjaga yang kini tertidur dengan wajah penuh coretan spidol berwarna neon oleh si kucing nakal.

   "Siapa?!"

   Kelinci menunjukkan pistol yang dipegangnya, ia menembak secara sembarangan. Seolah pikirannya sedang kacau. Tidak sedikit rongsokan yang ada di ruangan berlubang akibatnya. Satu orang tertembak di dadanya, membuatnya jatuh menciumi lantai semen yang berdebu. Empat sisanya segera mengangkat senjata mereka bersiap menyerang si kelinci hingga sosok dengan belati dan pistol mengejutkan mereka karena kemunculan di belakang mereka yang tidak diprediksi.

   "Menunduklah pada kekuasaan Wonderland!"

   Jeritan penuh kengerian membuat dua anak kecil menjerit lewat mulut terbungkam. Sosok dengan penutup mata berbentuk hati itu berhenti menusuk orang ketiga yang kini yang kini sudah ambruk merintih memegangi lehernya dengan tersengal-sengal.

   Sisa dua orang yang kini entah menghilang kemana. The Knave of Hearts menatap si kelinci yang kini melepas ikatan kedua anak kecil sembari menghibur mereka untuk menghentikan tangis.

Wonderland [Case 1]Where stories live. Discover now