Tinggiku ternyata sehidungnya persis. Jadi kalau kami berdiri berhadapan, bibirnya tepat setinggi keningku.

Karena di dalam lift hanya ada kami berdua, suasananya hening. Aku hanya bisa mendengar suara hembusan nafasku dan hembusan nafasnya.

Jeje, kita menghirup udara yang sama.

Kemarin sebenarnya kami juga berada dalam lift yang sama, tapi bersama pengunjung lain. Baru kali ini kami benar-benar berdua di dalam lift.

Selama ini aku selalu iri dengan udara di sekitarnya yang bisa memeluknya setiap saat. Tapi sekarang aku tidak terlalu iri lagi, karena bisa saja, sebentar lagi, aku juga bisa melakukannya.

Ya tuhan, aku masih belum bisa mencerna semua ini.

*****

Saat kami datang, Wildan sedang disuapi oleh Kak Thunder. Selain mereka berdua, tidak ada orang lain lagi di ruangan ini.

Sebenarnya di ruangan ini ada dua ranjang pasien, satu dipakai Wildan, dan satu lagi kosong.

"Kalian barengan lagi?" komentar Wildan begitu kami datang. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Jeje menaruh tasnya di sofa, kemudian pergi ke kamar mandi. Aku duduk di kursi sebelah tempat tidur Wildan sambil melihatnya disuapi kakaknya.

"Sendirian aja Kak?" tanyaku.

"Tadi ada Nenek sama Bunda, baru aja pergi."

Aku beralih ke Wildan, "Udah enakan Wil?"

"Masih sakit."

Kak Thunder memasukkan suapan terakhir ke mulut Wildan. Cowok yang masih mengenakan seragam SMA itu kemudian meletakkan lunch box Wildan yang sudah kosong ke atas meja nakas.

"Kakak, minum!"

Kak Thunder kemudian mengambilkan minum air putih. Berbeda dengan kemarin, kini Wildan mau meminumnya.

Puas minum, Wildan melepas sedotan dari dalam mulutnya.

"Wildan, aku udah bawa filmnya. Mau langsung kamu tonton?" tanyaku.

"Kakaak, laptop!"

Kak Thunder kemudian mengambil laptop dari dalam laci meja nakas. Lalu diatur sedemikian rupa agar Wildan bisa melihat layarnya.

"Lina, flashdisk." kata Wildan.

"Flashdisk-ku tadi mana Je?" tanyaku ke Jeje saat dia baru keluar dari kamar mandi.

Jeje merogoh saku OSIS yang terletak di dada kirinya. Kemudian mengeluarkan flashdisk Hello Kitty milikku.

"Bosen gak Wil tiduran mulu? Biasanya kan kamu selalu gerak."

Untuk Wildan yang notabene-nya tidak bisa diam-bahkan untuk duduk selama 1 sampai 2 jam di bioskop-pasti sangat menyiksa.

"Barusan dia nyeletuk pengen renang Lin." Kak Thunder menyahut.

"Yaudah ayo kita cemplungin ke kolam! Kita gotong bertiga, sama Jeje."

"Lina!"

"Kan keinginanmu harus dipenuhi Wil. Kayak Buavita Leci kemarin. Mau yang leci Nenek, mau yang leci~" ujarku seraya menirukan rengekan Wildan ke neneknya.

"Lina!"

Kak Thunder terkekeh, "Lin, kalau mau nyemplungin dia ke kolam gak perlu bertiga, aku sendiri kuat kalau cuma ngangkat dia doang."

Perhatianku tertuju ke arah Jeje setelah tertawa singkat ke arah Wildan. Dia duduk di sofa sambil merogoh-rogoh sesuatu dari dalam tasnya.

Kenapa Jeje daritadi hanya diam saja?

8th Grade [END]Where stories live. Discover now