CHAPTER 5

605 89 26
                                    

"Apa lady baik-baik saja?"

"Seperti yang kau lihat." sahut Floryn sambil meneguk tehnya dengan santai. "Aku sehat dan otakku tidak menumpul karena terbentur setelah tenggelam di danau Lumina."

Xavier menyadari perkataannya tempo hari yang lalu memang sangat tidak sopan. "Aku minta maaf atas perkataanku sebelumnya."

Floryn tidak merespon lagi, ia memilih asyik dengan kudapan yang dibawa oleh pelayannya. Xavier yang mengamati gerak-gerik Floryn tentu harus menelan kenyataan bahwa gadis ini memang sudah berubah.

"Lady Hoppe, apa kau bisa menjawab pertanyaanku?"

"Tergantung topik yang tuan Xavier bawakan berhasil menarik perhatianku atau tidak." jawabnya ringan. Dia benar-benar tidak menanggapi serius kedatangan lelaki ini. Toh, ini salah Xavier sendiri karena datang tanpa memberitahukan Floryn maupun Belerick.

"Apa ada alasan mengapa lady ingin mengakhiri pertemanan?"

Floryn berhenti mengemut cake yang sangat enak dimulutnya, ia menurunkan garpunya. Pandangannya sepenuhnya berbeda ketika Xavier mengungkit hubungan mereka.

"Karena..." Floryn memiringkan kepalanya, ia tersenyum miring pada pria dihadapannya. "Aku sudah tidak mau berhubungan lagi denganmu."

"Tapi bukan berarti lady memutus kontak denganku."

Floryn merasakan kedua tangannya yang berada di atas gaun hijaunya gemetar tanpa sebab. Dia mulai menerawang menyadari mungkin jiwa Floryn yang asli merasa ketakutan melihat mata Xavier.

Terlepas dari statusnya sebagai penyihir, Xavier merupakan putra dari saudagar kaya yang memiliki gelar Count Hellon. Dengan kata lain, pria ini juga termasuk bangsawan. Hanya saja salah satu orangtuanya merupakan bangsa elf yang berbakat dalam sihir dan Xavier sangat mengetahui bakat apa yang dimilikinya sehingga menjadi salah satu penyihir menara. Oleh karena itu, Floryn tidak memanggilnya dengan nama bangsawan karena Xavier sendiri datang sebagai penyihir.

"Apa yang membuat lady berubah seperti ini—"

Suara pecahan cangkir dan piringnya menggema di ruang tamu, meskipun lantainya beralaskan karpet. Bunyinya tentu sangat nyaring karena ruangan ini begitu sepi dan hening.

"Berubah?" tanya Floryn tidak habis pikir dengan cara pikir penyihir didepannya. Apa yang Xavier katakan memang benar adanya, Floryn tidak perlu memutus kontak dengan pria ini. Tapi, tetap saja Floryn tidak mau melihatnya.

"Tuan Xavier, bukankah ini yang kau inginkan?! Kau sangat membenciku yang terlalu menempel padamu."

"Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku membenci lady!"

"Tapi sikapmu mengatakan segalanya!!" seru Floryn yang membuat pria itu terdiam. "Hanya karena kita berteman semenjak kecil, kau bisa bertindak seenaknya padaku?! Kau tidak tahu apa yang kurasakan setiap kali kau meninggalkanku dan mengabaikanku!!"

Mungkin karena ia telah beradaptasi dengan tubuh ini, Floryn tidak bisa mengontrol emosinya. Membayangkan Floryn di novel sangat memercayai Xavier dan memedulikannya, terlepas dirinya menjadi gunjingan para bangsawan. Floryn tetap mendengarkan pria ini meskipun pada akhirnya ia dibakar hidup-hidup oleh temannya sendiri. Floryn sadar bahwa perkataannya mulai keterlaluan, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Dia harus membuat pria ini pergi dari hadapannya. Menjauh darinya.

"Sebelum kau mempertanyakan sikapku yang berbeda. Bagaimana kalau kau bercermin terlebih dahulu?" ejek Floryn, ia sudah tidak mau bersabar lagi mendengarkan omong kosong dari Xavier. "Kurasa kau sudah tahu apa jawaban dari pertanyaanmu, bukan?"

Karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Floryn beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruang tamu. Terdapat dua pengawal dan Ersha tengah menunggunya, mereka menoleh kearah nona mereka yang terlihat mengintimidasi.

Becoming Duke's Beloved WifeWhere stories live. Discover now