PROLOGUE

1.4K 112 50
                                    

Floryn Ivory Hoppe. Gadis yang menikah demi hubungan bisnis keluarganya tetap berlangsung harus mengalami kemalangan yang menimpanya.

Di hari pernikahannya, ia harus menghadapi sebuah masalah tidak terduga. Yakni ketika suaminya diserang oleh assassin misterius tepat di altar pemberkatannya. Membiarkan dirinya yang saat itu mengenakan gaun pengantin putih bermandikan oleh darah.

Para hadirin yang memenuhi undangan pernikahannya tentu berteriak histeris, mereka langsung menganggap acara sakral tersebut merupakan kutukan. Floryn yang tidak mengerti apa yang terjadi padanya hanya membeku terdiam.

Assassin yang melakukan kejahatan itu hanya memberikannya seringai dibalik kerudung hitam dan jubah bertudungnya sebelum menghilang melalui langit-langit gereja yang terbuka.

Death Princess.

Itulah julukannya setelah gagal menikah dan dia harus menghadapi hinaan tersebut dari para bangsawan. Mereka menertawakannya, menyiramnya dengan minuman di setiap acara pesta teh, dan membuatnya menderita sampai Floryn sangat takut untuk menghadiri apapun pesta yang diadakan para bangsawan.

Xavier, sang penyihir agung yang seharusnya menjadi tempat gadis itu mencurahkan segala keluh-kesahnya pun mengabaikannya, bersikap abai pada Floryn yang sangat membutuhkan sandaran.

Puncaknya, ketika rumor yang disebarkan oleh orang-orang yang membenci Count Hoppe membuat situasi semakin tidak terkendali. Seluruh penduduk yang mendengar bahwa keberadaan Floryn merupakan kutukan yang akan membawa bencana kematian segera meminta pihak istana menangani masalah tersebut.

Tibalah keputusan ditetapkan setelah penyelidikan lebih lanjut. Xavier, satu-satunya teman berharga diminta untuk menghukum gadis itu. Tidak peduli bahwa itu merupakan temannya semasa mereka masih kecil, Xavier memutuskan hukumannya dan gadis itu dibakar hidup-hidup di tengah khalayak ramai.

Seperti itulah akhir yang mengenaskan sang putri kematian.

🔹🔹🔹

Aku mendengus kesal karena baru saja menyelesaikan novel rekomendasi penjual buku. Judul novel itu ialah His Lovely Lady. Dengan Xavier sebagai tokoh utama cerita tersebut menyukai seorang putri Silvanna dan perjuangannya sebagai penyihir agung itu sangatlah mengagumkan.

'Dengan perjuangannya itu sampai mengorbankan Floryn yang merupakan temannya sendiri, apa pria itu tidak terlalu kejam?' pikirku jengkel.

Perasaanku memburuk karena novel itu, padahal aku sedang menikmati jalan-jalan sore setelah menyelesaikan mata kuliahku. Aku mengamati cantiknya sungai London melalui jembatan panjang bersama pohon maple yang sangat besar. Sesaat aku tidak mengerti mengapa novel His Lovely Lady sangat laris di toko buku. Satu hal yang kuketahui dari kematian sang karakter tambahan, Floryn Hoppe. Gadis itu mati demi mengalihkan isu politik yang sedang terjadi didalam istana, dimana terjadinya ketidakseimbangan kekuatan keluarga kerajaan dan kekuatan para bangsawan.

Setelah gadis itu mati, Xavier mendapatkan gelar sebagai penyihir agung dan sebuah nama bangsawan karena jasanya yang besar seolah-olah telah mengalahkan naga.

"Lagipula kenapa aku merasa bersimpati pada Floryn? Padahal dia hanya karakter fiksi." gerutuku sambil menuruni jembatan dan mendekati sungai. Dia memberikan makanan pada ikan-ikan kecil dengan remahan roti.

Aku jadi merasa sangat kesal tanpa sebab. Entah mengapa aku jadi teringat insiden di kampus bahwa aku telah dituduh karena membuat contekan ujian mata kuliah. Orang yang menuduhku tidak lain merupakan sahabatku sendiri yang berani menusukku dari belakang. Sudah merebut pacarku, jalang itu mencemari nama baikku sebagai mahasiswi unggul di kampus!

Becoming Duke's Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang