CHAPTER 1

778 98 51
                                    

Setelah menulis peristiwa penting yang akan terjadi kedepannya, Floryn berhasil menelaah isi novel sesuai ingatannya saat hidup di dunia modern, kehidupannya di masa lalu. Alur saat ini seharusnya Floryn sulit untuk keluar dari rumahnya karena perasaan takut dan Xavier akan dipanggil ke rumahnya untuk menenangkannya.

'Ini kesempatan yang tepat memutuskan hubungan pertemananku dengan Xavier.' pikirnya sambil membiarkan dirinya didandani. Ersha sedang menyisir rambut panjangnya sambil menempelkan ornamen bunga di setiap helaiannya.

"Nona, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya pelayan pribadinya itu.

"Tidak ada."

Ersha cukup bertanya-tanya akan perubahan nona mudanya ini. Biasanya Floryn akan memintanya mendandaninya dua kali sehingga penampilannya cukup berlebihan. Namun, hari ini Floryn hanya memintanya untuk meriasnya sederhana tanpa menyuruhnya melakukan ini dan itu.

Sepertinya nona mudanya ini sudah tidak memedulikan Xavier lagi. Begitulah Ersha berpikir dan hal itu membuatnya lega. Dia tidak mau melihat Floryn dikecewakan oleh penyihir yang tidak pernah memedulikannya.

Tidak hanya itu, aura yang ditunjukkan Floryn kali ini terlihat berbeda. Floryn yang dikenalnya itu sangat tidak percaya diri dan menilai harga dirinya sangat rendah. Namun sekarang nona mudanya mulai bersikap dewasa seperti lady pada umumnya.

"Sudah selesai, nona Floryn."

Floryn mematut dirinya di cermin. Meskipun penampilannya tidak semenawan putri Silvanna ataupun putri Duke Baroque, Floryn termasuk putri Count yang dikenal memesona karena warna rambut dan rupa wajahnya.

"Aku akan mengantarmu ke ruang tamu, nona."

Floryn tersenyum sambil membiarkan pengawal mengantarkannya ke ruang tamu. Dia menarik nafasnya dalam-dalam ketika melewati lorong kastil Count Hoppe. Selain karena bisnis ayahnya, Hoppe dikenal sebagai salah satu guardian yang memiliki kemampuan sebagai Healer. Leluhur mereka merupakan Healer yang pernah membantu kaisar saat berperang menaklukkan wilayah pemberontak karena melakukan penggelapan bisnis. Oleh karena itu, Count Hoppe dikenal sebagai bangsawan yang memihak faksi kekaisaran.

Floryn merenungkan posisi ayahnya selama ini. Sejujurnya, Belerick tidak pernah sekalipun memihak kekaisaran mengingat kaisar sekarang sedang memanfaatkannya. Yakni dengan membuat ayahnya berseteru dengan faksi anti-kekaisaran secara terang-terangan.

Pintu besar itu terbuka. Memperlihatkan seseorang dengan atributnya sebagai penyihir berkerah lebar. Pria itu menoleh kearahnya. Rambut birunya yang gelap seperti kedalaman laut itu berkilau dibawah sinar chandelier. Pria yang memiliki struktur rahang tegas nan sorot mata menunjukkan keengganannya itu menatap Floryn.

'Benar, teruslah bersikap seperti itu Xavier. Karena aku tidak akan mengharapkanmu sebagai temanku lagi.' batin Floryn sambil berdiri diam ikut menatap lelaki itu.

"Aku dengar kau mengalami demam tinggi setelah tenggelam di danau Lumina." lontarnya membuka pembicaraan setelah pintu ruang tamu ditutup. Floryn dengan santai mengambil tempat duduk diatas sofa panjang. "Kulihat sepertinya kau baik-baik saja."

"Terima kasih sudah mau menjengukku kemari." balas Floryn sambil meraih cangkir teh yang telah dituangkan untuknya. Aneka kudapan manis telah disusun di atas meja dengan dua cangkir teh, Floryn tidak mau membuat kerja keras sang koki disini menjadi sia-sia.

Xavier terdiam setelah mendengar jawaban Floryn. Tidak biasanya gadis ini bersikap tenang. Jika dia sudah menyindirnya seperti itu, pasti Floryn akan menunduk dengan tubuh gemetar sambil menggumamkan kalimat minta maaf tiada henti.

Becoming Duke's Beloved WifeDove le storie prendono vita. Scoprilo ora