CHAPTER 2

642 90 37
                                    

Menurut novel His Lovely Lady, Aamon Paxley merupakan pria yang kejam karena telah membunuh saudara-saudaranya agar tidak ada siapapun yang menghalangi jalannya sebagai penerus selanjutnya. Oleh karena itu, sekarang pria itu telah menduduki posisi tersebut dengan mengorbankan nyawa adik-adiknya. Dia dikenal sebagai tokoh antagonis karena tidak memiliki belas kasih setelah membunuh salah satu bangsawan yang berada di faksi anti kaisar dan membuat para penghuni menara penyihir cemas akan pergerakannya.

Karena keluarga Paxley merupakan bangsawan yang secara turun-temurun melahirkan generasi pengguna sihir. Jika diurutkan diantara ketiga Duke yang berkuasa di kekaisaran Dawn, Paxley termasuk kategori bangsawan pengguna sihir paling tinggi diikuti Vance dan Baroque.

'Tapi karena dia penjahat di novel, Xavier menghukumnya setelah menjadi penyihir agung karena Aamon merupakan tirani dan pembunuh haus darah yang telah kehilangan kewarasannya.' pikir Floryn sambil memegang gelas berisi jus jeruknya, ia memilih meminum jus daripada mempermalukan dirinya yang mudah mabuk hanya dengan meminum seteguk wine.

Dia berada di balairung kediaman Duke Paxley. Tempat tinggal keluarga ini lebih tepat disebut sebagai istana. Melihat betapa megahnya bangunan ini dengan dua tingkat dan tangga yang menjulur panjang setengah melingkar ditambah langit-langitnya yang tinggi disertai lukisan menggambarkan serigala abu-abu membawa belati dimulutnya.

Floryn tidak sanggup membayangkan Paxley memihak kekaisaran, pasti sang kaisar akan menganggap Paxley anjingnya mengingat sejarah mereka yang mengutamakan loyalitas tinggi.

Setelah pengawal Duke mengumumkan kedatangan Aamon Paxley, gadis itu jadi tidak bisa memalingkan pandangannya. Dengan atribut pakaiannya mengenakan jubah berwarna ungu gelap, sisi yang menarik dari Aamon merupakan wajahnya. Dengan rambut perak tersisir belah menyamping memperlihatkan satu telinganya ditindik, penampilannya terlihat sangat berbahaya. Garis rahangnya, kulitnya yang pucat dan iris matanya tajam seperti mata serigala.

Gadis itu menelan ludahnya kemudian memalingkan mukanya begitu sadar ia telah mengamati terlalu lama. Dia tidak menyangka sang Duke muda itu akan menjadi penjahat di masa depan, rasanya ketampanan pria itu berujung sia-sia kalau nanti pada akhirnya akan dihukum mati.

"Oh, lihat! Ada siapa disini?"

Floryn merotasikan kedua bola matanya, ia berbalik hanya menemukan Carmilla bersama Karrie dan Alice. Kombinasi yang menyebalkan. Karena mereka bertiga merupakan orang-orang yang suka menyiksa gadis bangsawan terlihat lemah.

"Lady Hoppe, aku merasa bersalah karena tidak bisa membantumu saat tenggelam di danau Lumina." ujar Carmilla, dia memalingkan mukanya dengan sedih sampai helaian rambut putihnya tergerai begitu indah. "Seharusnya aku ikut melompat waktu itu, tapi Cecilion sudah menahanku."

"Itu bukan salahmu, lady Ansaac. Lagipula lady Hoppe merupakan orang pemaaf, benar bukan?" celetuk Karrie sambil memegang bahu Carmilla, menghiburnya agar tidak sedih.

Hipokrit, bermuka dua dan penuh tipu muslihat.

"Kata siapa?" tanya Floryn malas. Responnya tentu mengundang keterkejutan tiga gadis dihadapannya.

"A-Apa kau tidak mau memaafkan lady Ansaac? Bukankah insiden kau terjatuh di danau itu merupakan kecerobohanmu sendiri?!" timpal Alice sedikit agresif.

"Bagaimana bisa kalian asal menyimpulkan kejadian saat itu?" tanya Floryn sambil menatap ketiga orang ini dengan aneh. "Padahal yang berada di dekat danau itu hanya aku dan lady Ansaac."

Dengan Floryn melayangkan pernyataan tersebut semakin jelas bahwa informasi dirinya tenggelam di danau Lumina bukanlah kecerobohannya sendiri.

"Pada mulanya juga lady Ansaac yang mengajakku kesana." Floryn tidak bisa menahan rasa gelinya pada badut sirkus didepannya ini. Pasti mereka mendengar informasi itu secara sepihak dari mulut Carmilla. "Astaga! Orang gila mana yang mau jatuh di danau itu? Aku kan tidak ada niatan bunuh diri."

Becoming Duke's Beloved WifeWhere stories live. Discover now