"Aku lupa, cuma inget itu cewe nyebut ka Galang."

"Ngga salah lagi," ucap Varo.

Irham mengangguk setuju, "Kita cari buktinya terus serahin ke polisi?"

"Ide bagus," sambar Rehan.

"Mama mana ya?"

"Lagi pulang sebentar, Rafa mau apa?" tanya Galang.

"Ngga ka, ka Echa kapan bangun nya?"

"Bentar lagi mungkin," tak lama mengatakan itu. Echa pun membuka mata nya, lalu menatap sekitar.

"Sayang!" panggil Galang khawatir, ia langsung berpindah ke brankar sebelah.

"Sshh pusing," Echa memegangi kepala nya seraya meringis.

"Bentar ya aku panggil dokter," Galang menekan tombol dekat nakas untuk memanggil, tak lama dokter dan suster pun masuk kedalam.

Setelah di cek keduanya, dokter itu terlihat memeriksa bahu kiri Echa.

"Untuk sekarang tangan nya jangan banyak gerak ya, biar tulang nya rapat kembali" gadis itu mengangguk lemah.

"Adek aku gak papa dok?"

"Alhamdulillah tidak ada yang serius,"

"Kalo gitu makasih dok," ucap Galang. Dokter itu keluar bersama suster.

Cowok yang notabene nya ketua Altra itu mengelus kening Echa dengan lembut.

"Kamu mau apa?"

Gadis itu menggeleng, "Mama mana lang?"

"Tante pulang dulu sebentar, nanti kesini lagi"

Echa kembali melirik adiknya yang sedang mengobrol dengan teman-teman Galang.

"Ada yang sakit?" suara lembut Galang terdengar.

"Ngga terlalu," Echa tersenyum tipis.

"Are you okay Cha?" Irham mendekat.

"I'm okay,"

Irham mengangguk angguk, "Kalo gitu kita ke markas aja ya lang."

"Hm, sekalian urus yang tadi."

Varo dan yang lainnya pun bertos ala lelaki kepada Rafa dan Galang lalu keluar ruangan. Tersisa lah mereka bertiga.

"Kak Rafa mau tidur ya,"

Echa mengangguk seraya tersenyum, ia kembali menatap kekasih nya.

"Kamu gak ikut mereka balik?"

"Aku nemenin kamu dulu," Galang mengelus rambut Echa.

Gadis itu tersenyum tipis lalu ia menepuk nepuk ranjang nya untuk Galang, "Sini duduk."

Cowok itu menurut lalu naik ke brankar Echa yang muat untuk 2 orang. Galang menarik kepala kekasihnya untuk bersandar, setelah itu tangan nya bergerak mengelus kepala gadis itu.

"Beneran gak sakit bahu nya?"

Echa hanya mengangguk. Kedua nya diam dengan pikiran masing-masing hanya ada suara detik jam yang terus berjalan.

"Lang!" panggil Echa.

"Hm?"

"Kepala aku pusing," keluh Echa cemberut.

"Mana yang pusing?" Galang menangkup pipi Echa lalu ditatapnya mata gadis itu.

Gadis cantik itu menunjuk kening nya, lalu cup.

"Udah sembuh."

Echa mengulum senyum, ia menunjuk pipi kanan nya. "Ini juga sakit,"

Cup.

ONLY MINE (TERBIT)Where stories live. Discover now